Antisipasi PHK, Ini Jumlah Tabungan Ideal yang Perlu Dimiliki Pekerja

2 weeks ago 53

Dengar beberapa kerabat Bunda kena PHK tahun ini? Antisipasi PHK, yuk menabung lebih banyak, Bunda. Ini jumlah tabungan ideal yang disarankan pakar. 

Belakangan ini, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin marak terjadi di berbagai sektor industri Indonesia. Bagi para pekerja, kabar tersebut tentu membawa kekhawatiran tersendiri, terlebih di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Situasi ini mengingatkan pentingnya kesiapan finansial, terutama dengan memiliki tabungan atau dana darurat agar tidak terpuruk saat kehilangan pekerjaan secara mendadak. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Ketenagakerjaan, sebanyak 24.036 pekerja terkena PHK selama periode Januari hingga 23 April 2025.

Dari jumlah tersebut, Provinsi Jawa Tengah menjadi wilayah dengan angka PHK tertinggi, mencapai 10.692 kasus, disusul DKI Jakarta dengan 4.649 kasus. Data ini mempertegas bahwa tidak ada wilayah atau sektor yang benar-benar aman dari risiko PHK.

Untuk itu, memiliki simpanan dana yang memadai bukan lagi sekadar saran, melainkan kebutuhan. Dengan tabungan yang cukup, pekerja bisa tetap memenuhi kebutuhan hidup dasar sambil mencari peluang kerja baru tanpa harus terjebak dalam utang atau tekanan finansial yang lebih besar.

Mari bahas mengenai jumlah tabungan ideal yang disarankan pakar untuk mengantisipasi PHK. 

Berapa jumlah tabungan yang ideal untuk antisipasi PHK?

Mengutip detikcom, Tejasari Assad, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, menyarankan agar setiap pekerja memiliki dana darurat setara tiga hingga enam kali pengeluaran bulanan. Sebagai contoh, jika pengeluaran rutin per bulan mencapai Rp5 juta maka idealnya Bunda memiliki tabungan darurat sebesar Rp15 juta hingga Rp30 juta.

"Berapa tabungan yang ideal? Ini tentunya sejalan dengan dana darurat yang kita rencanakan tadi. Kalau kita merasa tiga kali pengeluaran sudah cukup, atau merasa enam kali pengeluaran, silakan saja," papar Tejasari.

Semakin besar jumlah dana darurat yang dimiliki, semakin besar pula fleksibilitas dalam mengambil keputusan karier. Dana ini memberi ruang Bunda untuk memilih pekerjaan yang sesuai minat dan keahlian, bukan sekadar demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Perlu diingat, tidak ada angka baku yang bisa diterapkan untuk semua orang. Jumlah tabungan yang ideal untuk antisipasi PHK sangat bergantung pada gaya hidup, tanggungan, dan rencana masa depan masing-masing.

Sebagai contoh, Bunda dengan keluarga dan cicilan rumah jelas memerlukan dana darurat yang lebih besar dibanding pekerja lajang tanpa beban utang. Jadi, jumlah tabungannya berbeda-beda setiap orang tergantung kebutuhan.

"Tidak ada jawaban yang cocok untuk semua orang," kata Delyanne Barros dari Delyanne The Money Coach, seorang penasihat keuangan asal Amerika Serikat, mengutip CNBC International.

Delyanne menambahkan bahwa tabungan tidak hanya soal seberapa besar penghasilan, tapi juga seberapa besar pengeluaran. Seseorang berpenghasilan Rp100 juta per bulan tapi boros akan lebih rentan dibandingkan dengan Bunda yang memiliki penghasilan Rp10 juta namun hemat dan rajin menabung.

Persiapan tabungan bukan hanya untuk berjaga-jaga saat terkena PHK, melainkan memberi ketenangan pikiran. Dengan dana cadangan yang cukup, Bunda bisa menghadapi situasi sulit dengan lebih tenang dan rasional.

Strategi menabung dari gaji tiap bulan

Masih belum bisa menabung setiap bulan? Berikut strategi keuangan yang disarankan.

1. Formula 50-30-20

Banyak pakar keuangan menyarankan formula 50-30-20 dalam pengelolaan gaji. Apa itu formula 50-30-20?

50 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen keinginan, dan 20 persen buat tabungan serta investasi. Namun jika kondisi finansial belum memungkinkan menyisihkan 20 persen, menabung 10 persen atau bahkan Rp20 ribu per minggu pun tetap lebih baik daripada tidak sama sekali.

2. Formula 80-20

Metode lain menurutnya, melibatkan pembagian 80-20, dengan 20 persen dari gaji Bunda dialokasikan untuk tabungan lalu 80 persen sisanya buat pengeluaran yang terkait dengan kebutuhan dan keinginan. Jadi, alokasi 20 persen tetap konstan dalam kedua pendekatan tersebut.

Apa pun formula yang Bunda pilih, pastikan untuk menemukan keseimbangan yang fleksibel antara menabung dan belanja.

“Inti dari kedua metode ini adalah bahwa menabung 20 persen ​​tetap menjadi prioritas,” papar Shon Anderson, seorang perencana keuangan asal AS.

3. Memangkas pengeluaran non-esensial

Jika Bunda merasa sulit menabung dari gaji bulanan, cara lain dengan memangkas pengeluaran non-esensial. Bunda bisa mengurangi biaya hang out, belanja impulsif, langganan layanan hiburan, hingga makan di luar. Selain itu pengeluaran transportasi dan makanan sehari-hari pun bisa dihemat dengan perencanaan yang lebih matang.

Di tengah situasi ekonomi yang sulit diprediksi, tabungan berperan sebagai benteng pertahanan utama bagi pekerja. Saat risiko PHK meningkat, memiliki dana darurat menjadi bentuk nyata dari kesiapan finansial.

Jadi mulai hari ini, berapapun penghasilan Bunda, pastikan ada sebagian yang dialokasikan untuk tabungan. Meski kecil, kebiasaan tersebut bisa menjadi penyelamat saat krisis datang tak terduga.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online