Mengamati Geopolitik Energi Dalam Konflik Iran Israel dari Kacamata Arcandra Tahar

3 hours ago 4

loading...

Mantan Menteri ESDM periode tahun 2016 dan Wamen ESDM periode 2016-2019, Arcandra Tahar mengupas gejolak di Timur Tengah yang kembali terjadi. Kali ini antara Israel dan Iran. Foto/Dok

JAKARTA - Mantan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) periode tahun 2016 dan Wakil Menteri ESDM periode 2016-2019, Arcandra Tahar mengupas gejolak di Timur Tengah yang kembali terjadi. Kali ini antara Israel dan Iran .

Dikutip dari akun media sosial resminya @arcandra.tahar, Ia menuliskan seolah-olah ketidakstabilan kawasan ini sudah direncanakan untuk tidak pernah ada. Tentu kita semua bertanya-tanya kenapa kestabilan di Timur Tengah merupakan barang mahal dan susah didapat?

Arcandra Tahar menyarankan, bagi mereka yang ingin mendalami dari sudut pandang geopolitik energi disarankan untuk membaca buku The Prize karangan Daniel Yergin yang mengupas sisi-sisi gelap dan terang konflik antar negara yang bermuara pada ketahanan energi.

Baca Juga: Seberapa Penting Selat Hormuz Bagi Stabilitas Ekonomi Global? Ini Analisisnya

"Dengan menggunakan data-data yang otentik, buku ini mampu merangkai cerita yang membuat kita berpikir ulang tentang kenapa konflik terjadi. Tentu kita tidak bisa menafikan peran uang dan kekuasaan (power) dalam membaca geopolitik energi," tulis Arcandra.

Namun Arcandra menerangkan, tulisan ini tidak bermaksud untuk membahas buku The Prize, tapi mencoba mengamati apa yang dipertaruhkan oleh Israel dan Iran yang tentunya berpengaruh besar terhadap kestabilan pasokan minyak dan gas dunia. Selain kedua negara ini, Arcandra menekankan, juga harus bisa membaca persepektif geopolitik energi dari sisi Arab Saudi, Irak, Kuwait, Syria, Jordan, Qatar dan Mesir.

"Satu hal yang sudah pasti terjadi adalah harga minyak mentah Brent naik dari USD65 per barrel di awal Juni menjadi USD73 di pertengahan Juni 2025. Seperti yang kita tahu Israel menyerang Iran pada tanggal 13 Juni 2025. Hanya beberapa saat setelah serangan ini, harga minyak mentah langsung bergejolak," paparnya.

Ia mengutarakan, sekali lagi diingatkan akan volatilitas harga minyak mentah dunia. Satu peristiwa bisa mengubah harga minyak mentah dalam sekejap.

"Coba kita lihat gejolak harga minyak mentah untuk tahun ini. Sewaktu Presiden Trump mengumumkan kenaikan tarif impor pada tanggal 9 April 2025, harga minyak mentah Brent turun dari USD76 per barrel menjadi USD65 per barrel dua bulan kemudian. Begitu juga dengan serangan Israel ke Iran, harga minyak mentah langsung naik," jelasnya.

Secara sederhana menrutnya kita bisa melihat bahwa logika dasar dalam dagang terpusat pada hukum suplai dan demand. Tentu tidak bisa memungkiri hukum sebab akibat ini. Tapi, apakah dalam bidang energi hanya hukum ini yang menjadi faktor penting yang menentukan harga?

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online