15 Contoh Cerita Sejarah Singkat dalam Bahasa Indonesia yang Menarik untuk Diceritakan ke Anak

4 hours ago 3

Jakarta -

Selama bersekolah, Si Kecil pastinya akan mempelajari sejarah tentang Indonesia maupun sejarah dalam skala internasional. Selain mengenalkan tokoh-tokoh penting dan peristiwa bersejarah, pelajaran sejarah juga mengajarkan nilai-nilai perjuangan, kebangsaan, serta moral yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, banyak anak menganggap sejarah sebagai pelajaran yang membosankan karena terlalu banyak hafalan. Padahal, jika disampaikan dengan cara yang tepat, sejarah bisa menjadi cerita yang menarik dan menginspirasi.

Penggunaan metode bercerita atau storytelling membuat anak lebih mudah memahami peristiwa-peristiwa penting dan menghubungkannya dengan kehidupan mereka. Bunda dapat menceritakan kisah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan Indonesia, sehingga dapat diceritakan dengan lebih dramatis dan penuh semangat agar anak-anak lebih tertarik.

Menariknya lagi, sejarah bisa dijelaskan melalui berbagai media seperti buku bergambar, video animasi, atau bahkan permainan edukatif. Melalui cara tersebut, membuat anak lebih antusias untuk belajar dan memahami sejarah tanpa merasa terpaksa.

Selain guru di sekolah, Bunda juga dapat berperan dengan membuat sesi diskusi ringan, sehingga anak-anak dapat mengaitkan sejarah dengan kehidupan mereka sendiri. Dengan menyampaikan sejarah sebagai cerita yang menarik, anak-anak tidak hanya belajar tentang masa lalu, tetapi juga mengambil pelajaran berharga untuk masa depan.

Bunda dapat menceritakan tentang sejarah singkat Bahasa Indonesia pada Si Kecil seperti dikutip dari buku Bahasa Indonesia :: Dasar-Dasar Memahami Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Darmayasa Darmayasa, Yusi Kurniati, Ernawati.

1. Sejarah singkat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Sejak awal kemunculannya, bahasa ini telah mengalami berbagai perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor sosial, politik, dan budaya. Dalam uraian ini, kita akan membahas sejarah Bahasa Indonesia dari masa awal hingga perkembangannya di era modern.

Menurut Kridalaksana (2008), Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara pada abad ke-15. Bahasa Melayu ini kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia yang digunakan sebagai bahasa nasional di Indonesia.

Pada awal abad ke-20, Bahasa Indonesia mulai dikembangkan sebagai bahasa nasional oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia (Dardjowidjojo, 1992). Mereka melihat Bahasa Indonesia sebagai alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa.

Pada tahun 1928, Kongres Pemuda II di Jakarta menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia (Kosasi, 2017). Sejak itu, Bahasa Indonesia terus berkembang dan menjadi bahasa resmi di Indonesia.

2. Perang Padri

Dikutip dari buku Explore Bahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII oleh Imam Taufik; Rusmiyanto; S. Prasetyo Utomo; Setia Naka Andrian, menceritakan tentang Perang Padri yang dapat dibacakan untuk anak.

Perang Padri adalah perang yang terjadi di Sumatra Barat, tepatnya di Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Perang ini dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau yang disebut Kaum Adat, seperti meminum minuman keras, berjudi, menyabung ayam, dan mempraktikkan hukum adat matriarkat mengenai warisan. Tidak adanya upaya dari Kaum Adat yang telah memeluk agama Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan dari Kaum Padri.

Dalam peperangan ini, Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan, sedangkan Kaum Adat dipimpin oleh Letnan Kolonel Antoine Theodore Raaff berhasil mengusir Kaum Padri dari Pagaruyung. Lalu, Belanda mendirikan benteng pertahanan di Batusangkar dengan nama Fort van der Capellen. Sementara itu, Kaum Padri menyusun kekuatan dan pertahanan di Lintau.

Pada 13 April 1823, Pasukan Raaff mencoba menyerang daerah Lintau, namun dapat digagalkan oleh Kaum Padri. Pasukan Raaff pun kembali ke Batusangkar. Pada tanggal 14 April 1824, Letnan Kolonel Raaff tewas setelah mengalami demam tinggi.

Perlawanan yang dilakukan oleh Kaum Padri cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda untuk menundukkannnya. Belanda melalui residennya di Padang mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan maklumat "Perjanjian Masang" pada tanggal 15 November 1825. Pada saat bersamaan, Pemerintah Hindia Belanda juga kehabisan dana dalam menghadapi peperangan lain di Eropa dan Jawa, seperti Perang Diponegoro.

Selama periode gencatan senjata, Tuanku Imam Bonjol mencoba memulihkan kekuatan dan merangkul kembali Kaum Adat. Akhirnya, tercapailah suatu kesepakatan yang dikenal dengan nama "Plakat Puncak Pato" di Bukit Marapalam, Kabupaten Tanah Datar, yang mewujudkan konsensus bersama Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang artinya adat Minangkabau berlandaskan pada agama Islam, sedangkan agama Islam berlandaskan pada Alquran.

Setelah berakhirnya perang Diponegoro dan pulihnya kekuatan Belanda di Jawa, Pemerintah Hindia Belanda kembali mencoba untuk menundukkan Kaum Padri. Hal ini didasari oleh keinginan kuat untuk menguasai penanaman kopi yang sedang meluas di kawasan pedalaman Minangkabau (Darek). Sampai abad ke-19, komoditas perdagangan kopi merupakan salah satu produk andalan Belanda di Eropa.

Untuk melemahkan kekuatan lawan, Belanda melanggar perjanjian yang telah dibuat sebelumnya dengan menyerang nagari Pandai Sikek yang merupakan salah satu kawasan yang mampu memproduksi mesiu dan senjata api. Kemudian untuk memperkuat kedudukannya, Belanda membangun benteng di Bukittinggi yang dikenal dengan nama Fort de Kock. Pada awal bulan Agustus 1831, daerah Lintau berhasil ditaklukkan sehingga Luhak Tanah Datar berada di bawah kendali Belanda.

Sejak tahun 1833, mulai muncul kompromi antara Kaum Adat dan Kaum Padri. Pada tanggal 11 Januari 1833, beberapa kubu pertahanan Belanda diserang secara mendadak. Belanda pun menyadari kini tidak hanya menghadapi Kaum Padri, tetapi juga seluruh masyarakat Minangkabau, termasuk Kaum Adat. Belanda pun merancang strategi dalam menghadapi masyarakat Minangkabau. Pada tanggal 16 Agustus 1837, Benteng Bonjol secara keseluruhan dapat ditaklukan oleh Belanda yang dipimpin oleh Frans David Cochius. Akan tetapi, Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya meninggal dunia pada tahun 1864.

Awalnya, Perang Padri merupakan perang saudara. Perang saudara itu mengakibatkan perpecahan dan memberi kesempatan kepada Belanda untuk melakukan ekspansi wilayah jajahannya. Akan tetapi, peristiwa Perang Padri menimbulkan kesadaran dalam menghadapi rakyat Minangkabau yang telah bersatu. Buktinya, Belanda membutuhkan waktu lama untuk menaklukkan Benteng Bonjol.

3. Kota Surabaya

Dalam buku Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan oleh Taufiqur Rahman menceritakan tentang sejarah awal Kota Surabaya yang dapat dibacakan untuk anak:

Setiap daerah pasti mempunyai cerita tersendiri dalam pemilihan nama, seperti kota Surabaya ini. Setidaknya ada tiga keterangan tentang asal nama Surabaya. Keterangan pertama menyebutkan, nama Surabaya awalnya adalah Churabaya, desa tempat menyebrang di tepian Sungai Brantas. Hal itu tercantum dalam prasasti Trowulan I tahun 1358 Masehi. Nama Surabaya juga tercantum dalam Pujasastra Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca.

Dalam tulisan itu Surabaya (Surabhaya) tercantum dalam pujasastra tentang perjalanan pesiar pada tahun 1365 yang dilakukan Hayam Wuruk, Raja Majapahit. Namun Surabaya sendiri diyakini oleh para ahli telah ada pada tahun-tahun sebelum prasasti-prasasti tersebut dibuat. Seorang peneliti Belanda, GH Von Faber dalam karyanya En Werd Een Stad Geboren (Telah Lahir Sebuah Kota) membuat hipotesis, Surabaya didirikan Raja Kertanegara tahun 1275, sebagai pemukiman baru bagi para prajuritnya yang telah berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M.

Versi berikutnya, nama Surabaya berkait erat dengan cerita tentang perkelahian hidup dan mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan tentara Tartar (Mongol), Raden Wijaya yang merupakan raja pertama Majapahit, mendirikan kraton di Ujung Galuh, sekarang kawasan pelabuhan Tanjung Perak, dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama Jayengrono makin kuat dan mandiri karena menguasai ilmu Buaya, sehingga mengancam kedaulatan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura. Adu kesaktian dilakukan di pinggir Sungai Kalimas dekat Paneleh. Perkelahian adu kesaktian itu berlangsung tujuh hari tujuh malam dan berakhir tragis, keduanya meninggal kehabisan tenaga.

Dalam versi lainnya lagi, kata Surabaya muncul dari mitos pertempuran antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), perlambang perjuangan antara darat dan laut. Penggambaran pertarungan itu terdapat dalam monumen suro dan boyo yang ada dekat kebun binatang di Jalan Setail Surabaya.

Pada tahun 1975, ketika Walikota Surabaya Soeparno menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai hari jadi Kota Surabaya. Ini berarti pada tahun 2005 Surabaya sudah berusia 712 tahun. Penetapan itu berdasar kesepakatan sekelompok sejarawan yang dibentuk pemerintah kota bahwa nama Surabaya berasal dari kata sura ing bhaya yang berarti keberanian menghadapi bahaya. Semua keterangan mengenai asal usul nama kota tersebut sebagian telah dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan yang menjadi bukti otentik. Namun masih ada kemungkinan bisa jadi asal-usul itu hanya sebuah cerita yang berkembang di masyarakat yang terjadi secara turun-temurun yang ditularkan pada masyarakat luas yang sejatinya akan menjadi sebuah mitos belaka.

4. Asal usul Tari Guel

Dikutip dari buku Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: Dari Sabang Sampai Merauke oleh Irwan Rouf, Shenia Ananda, terdapat cerita sejarah singkat yang menarik diceritakan untuk anak. Simak selengkapnya:

Suatu hari kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia yaitu Muria dan Sangede sedang menggembala itik di tepi laut sembari bermain layang-layang. Tiba-tiba sebuah badai hebat datang sehingga benang layang-layang mereka terputus. Kakak-beradik ini pun berusaha mengejar layang-layang tersebut sehingga lupa terhadap itik-itiknya.

Sesampainya di rumah, Ayah mereka menyuruh kedua anaknya untuk mencari itik dan tidak boleh kembali ke rumah dengan tangan kosong. Selama berbulan-bulan Muria dan Sangede mencari itik-itik yang hilang sampai ke Kampung Serule. Sesampainya di kampung itu, mereka berdua dibawa oleh orang kampung untuk menghadap ke istana Raja Serule.

Setelah saling bertemu, Muria dan Sangede justru diangkat sebagai anak oleh sang raja. Hal ini lantas membuat orang lain merasa iri terhadap keberuntungan yang didapat oleh Muria dan Sangede.

Orang yang iri tersebut adalah Raja Linge. Kemudian ia mengancam akan membunuh kakak beradik itu. Nahasnya, Muria berhasil tewas.

Beberapa waktu kemudian, Sangede bermimpi bertemu dengan saudaranya yang sudah tewas, yaitu Muria. Dalam mimpi itu Muria memberikan petunjuk kepada Sangede tentang bagaimana cara menangkap gajah putih sekaligus menggiring gajah-gajah itu untuk dibawa dan dipersembahkan kepada Sultan Aceh Darussalam. Beberapa tahun berselang, ketika para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembahkan upeti, Sangede juga ikut datang.

Ketika sidang sedang berlangsung, Sangede bermain-main di Balai Gading sambil menikmati keindahan Istana Sultan. Pada waktu itulah, Sangede kemudian teringat pada mimpinya. Lalu, sesuai petunjuk yang diarahkan saudaranya, Muria, ia melukis seekor gajah berwarna putih di sehelai daun Neniyun.

Setelah selesai, lukisan itu dihadapkan pada cahaya matahari. Tidak disangka, lukisan ini ternyata menarik perhatian sang putri sultan. Sang putri yang merasa penasaran dan terkesima dengan lukisan itu pun meminta bawahannya mencari gajah seperti di lukisan tersebut.

Sang putri sultan juga menyatakan permintaannya kepada Sangede. Sangede pun menyanggupi permintaan sang putri untuk menangkap Gajah Putih yang ada di rimba raya Gayo. Konon katanya, dalam prosesi pencarian inilah, benih-benih dan panduan tari Guel terbentuk.

Untuk menjinakkan si gajah putih, diadakan kenduri dengan cara membakar kemenyan, terdapat bunyi-bunyian dengan cara memukul-mukul batang kayu serta apa saja yang menghasilkan bunyi-bunyian. Sejumlah orang yang ikut berusaha menarik Gajah Putih bersama dengan Sengeda pun membuat beberapa tarian untuk menarik perhatian si gajah putih. Beruntungnya tarian mereka berhasil menarik perhatian si gajah putih untuk keluar dari persembunyiannya.

Selama dalam perjalanan, mereka terus menari agar gajah putih itu mengikuti mereka sampai ke istana. Tarian-tarian inilah yang kemudian dikenal sebagai Tari Guel.

5. Asal usul padi

Alkisah, di Tanah Karo, Sumatera Utara, berdiri sebuah negeri yang mengalami kemarau panjang. Di antara penduduk negeri tersebut, tampak seorang anak laki-laki yang sudah yatim bernama si Beru Dayang, sedang menangis meminta makan di pangkuan ibunya. Ibunya sedih tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Semakin lama tubuh si Beru Dayang semakin lemas hingga akhirnya meninggal. Sejak kepergian anaknya, kesedihan sang ibu semakin bertambah. Ia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke sungai yang dalam. Tak seorang pun warga yang mengetahui kejadian itu.

Beberapa bulan telah berlalu, musim kemarau belum juga berakhir. Di tengah padang yang kering kerontang tampak dua orang anak kecil sedang mengais-ngais tanah mencari umbi-umbian. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka menemukan buah berbentuk bulat sebesar buah labu. Akhirnya, kedua anak tersebut membawa pulang buah iru untuk ditunjukkan kepada orangtua mereka. Ternyata orangtua maupun seluruh warga negeri itu tidak ada yang mengenali buah itu. Sang raja yang mendapat laporan dari salah seorang warga pun berkenan datang untuk melihatnya.

Saat raja dan para penduduk berkumpul melihat buah itu, tiba-tiba terdengar suara dari angkasa yang mengatakan bahwa buah itu adalah jelmaan seorang anak laki-laki kecil yang bernama si Beru Dayang. Suara itu juga memerintahkan penduduk untuk menanamnya dengan baik agar kelak bisa menjadi makanan. Tidak hanya itu, suara tersebut juga mengatakan bahwa Beru Dayang sangat merindukan ibunya dan meminta untuk dipertemukan dengan ibunya yang telah menjelma menjadi ikan di sungai. Jika semua itu dilakukan, maka seluruh penduduk negeri itu tidak akan kelaparan lagi, ujar suara ajaib itu.

Sang raja pun memerintahkan untuk melaksanakan pesan yang disampaikan oleh suara itu. Setelah genap tiga bulan, buah tanaman itu pun menguning dan siap untuk dipanen. Setelah dipanen, buah itu kemudian mereka jemur dan tumbuk untuk memisahkan kulit dengan isinya, kemudian dimasak. Ternyata, buah tanaman itu adalah padi. Untuk mempertemukan si Beru Dayang dengan ibunya, masyarakat Tanah Karo menyantap makanan bersama dengan ikan yang dipercaya sebagai penjelmaan dari ibu Beru Dayang.

6. Asal usul Danau Toba

 Asal-usul Munculnya Danau TobaCerita Fabel Animasi: Asal-usul Munculnya Danau Toba/ Foto: Novita Rizki

Di suatu daerah di Sumatera Utara. Hiduplah seorang petani bernama Toba. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap ladang dan mencari ikan. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari, Toba pergi ke sungai di dekat rumahnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan, dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya.

Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, Toba berdoa, "Ya Allah, semoga aku dapat ikan banyak hari ini." Beberapa saat kemudian, kail yang telah dilemparkannya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang karena ternyata ikan yang didapatkannya kali ini sangat besar.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, Toba sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara! "Tolong aku jangan dimakan Pak, biarkan aku hidup," ucap ikan itu. Tanpa banyak tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam sungai kembali.

Selang beberapa menit, Toba terkejut karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik. "Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu," kata si ikan. "Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?" tanya Toba. "Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan," jawab Wanita itu. "Terima kasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu. Sebagai imbalannya, aku bersedia kau jadikan istri," kata Wanita itu.

Tanpa pikir lama, petani itu pun mengangguk. "Baiklah, saya setuju," ucapnya. Namun, wanita ini mensyaratkan satu permintaan terakhirnya. "Kamu berjanji tidak boleh menceritakan asal-usul saya yang berasal dari seekor ikan," kata calon istrinya itu. "Jika janji itu dilanggar, niscaya akan terjadi petaka yang sangat dahsyat," ucapnya dengan tatapan serius.

Setelah beberapa bulan menikah, kebahagiaan Toba bertambah karena sang istri telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Samosir. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran orang-orang.

Samosir selalu merasa lapar dan tidak pernah merasa kenyang. Hingga suatu hari, dia mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Namun, tugas tersebut tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis. Setelah itu, dia tertidur pulas di sebuah gubug. Karena sudah tidak tahan menahan lapar, Pak Toba yang berada di sawah langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, petani ini melihat anaknya sedang tertidur di gubug. Pak Toba langsung membangunkan anaknya. "Hey Samosir, bangun!" teriaknya.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. "Mana makanan buat Ayah?" tanya Pak Toba. "Sudah habis kumakan," jawab Samosir. Mendengar hal tersebut, Pak Toba langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tahu diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!" umpat Pak Toba tanpa sadar telah melanggar janji dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras disertai dengan turunnya hujan dan petir. Air meluap sangat tinggi dan luas hingga membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

7. Asal usul Danau Maninjau

Di sebuah perkampungan di kaki Gunung Tinjau. Gunung Tinjau memiliki kawah yang sangat luas, namun dalam waktu singkat berubah menjadi sebuah danau yang indah. Kejadian tersebut tak lepas dari legenda setempat, yaitu tentang ulah dari Bujang Sembilan. Bujang sembilan adalah sebutan untuk sepuluh bersaudara lelaki yang tinggal di sebuah kampung kaki Gunung Tinjau.

Bujang Sembilan terdiri dari Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, dan Kaciak. Sebenarnya, mereka sepuluh bersaudara dengan seorang adik perempuan bernama Siti Rasani. Orang tua mereka sudah lama meninggal, sehingga keputusan di rumah itu dipegang oleh si sulung yang bernama Kukuban.

Mereka juga terhitung masih bersaudara dengan pemimpin di kampung tersebut, yaitu Datuk Limbatang. Baik Bujang Sembilan dan Siti Rasani adalah anak yang giat sehingga Datuk Limbatang, paman mereka kerap mengajari keterampilan untuk bertani dan mempelajari tentang adat setempat. Hal itu tak lepas dari janji Datuk Limbatang kepada kakak perempuannya yang juga amak dari sepuluh bersaudara tersebut.

Setiap datang ke tempat Bujang Sembilan, istri serta putra Datuk Limbatang yang bernama Giran pun turut serta. Para lelaki bekerja di ladang, sementara yang perempuan memasak dan berbenah di rumah. Seiring berjalannya waktu, kemampuan Bujang Sembilan menggarap sawah semakin baik dan membawa hasil melimpah. Sementara Siti Rasani juga tumbuh menjadi remaja putri yang cantik dan baik budi. Tanpa diduga, karena kerap bertemu tumbuhlah rasa cinta antara Siti Rasani dan Giran.

Setelah memberanikan diri berbicara di depan kedua keluarga, hubungan mereka pun disetujui oleh kedua keluarga. Hubungan berlangsung baik hingga pada perayaan panen raya, Kukuban dan Giran berhadapan dalam sebuah pertunjukan adu ketangkasan dalam bersilat. Giran yang menangkis serangan membuat kaki Kukuban patah, sehingga si sulung merasa dipermalukan. Sejak itu Kukuban menyimpan dendam, hingga pada suatu hari Datuk Limbatang datang untuk menyampaikan niat Giran meminang Siti Rasani.

Kukuban menolak dengan tegas maksud baik itu karena masih merasa dendam pada Giran. Hal itu membuat Siti Rasani dan Giran sedih, dan memutuskan untuk berdiskusi di pinggir sungai untuk mencari jalan keluar agar mereka bisa menikah. Sayangnya setelah berdiskusi panjang mereka tidak juga bisa menemukan jalan keluar dan pada akhirnya Siti Rasani memutuskan untuk pulang. Baru akan beranjak sebuah tanaman berduri merobek sarung yang ia kenakan, pahanya pun terluka. Sontak Giran segera mencari tanaman obat untuk mengobati kaki kekasihnya.

Tiba-tiba Bujang Sembilan datang bersama warga dan dengan penuh amarah menuduh mereka melakukan hal yang tidak pantas. Sidang adat pun dilakukan untuk menentukan nasib dua sejoli tersebut, namun Bujang Sembilan terus memojokkan keduanya. Pembelaan Siti Rasani maupun Giran tidak didengar dan hukuman pun akhirnya dijatuhkan dengn alasan supaya kampung mereka terhindar dari malapetaka.

Keduanya lantas dibawa ke kawah Gunung Tinjau, hukuman yang telah diputiskan adalah Siti Rasani dan Giran harus dibuang ke dalam kawah. Sebelum dibuang, Giran berdoa meminta keadilan kepada Tuhan, agar jika tidak melakukan kesalahan, ia meminta agar Gunung Tinjau Meletus dan Bujang Sembilan mendapat kutukan.

Benar saja, setelah keduanya dibuang ke dalam kawah, gunung itu pun meletus dan mengeluarkan lahar yang membinasakan semua orang tanpa ada yang bisa selamat. Bekas letusannya kemudian menjadi sebuah cekungan yang terisi air dan menjadi sebuah danau yang indah. Sementara Bujang Sembilan mendapat kutukan, mereka pun berubah menjadi ikan dan hidup di danau yang kini dikenal sebagai Danau Maninjau.

8. Sejarah terciptanya Instagram

Dikutip dari buku Bahasa Indonesia Kelas XII oleh Maman Suryaman, terdapat cerita sejarah singkat yang menarik untuk dibacakan anak:

Instagram tentu sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Aplikasi berbagi foto dan video ini memungkinkan penggunanya untuk mengambil gambar, menerapkan filter digital, menambahkan efek, serta membagikannya ke berbagai platform media sosial, termasuk ke dalam jejaring Instagram itu sendiri.

Instagram sendiri terbentuk dari dua kata utama yakni "insta" yang berarti "instan" seperti pada kamera jenis polaroid yang lebih akrab disebut dengan foto instan. Dan kata "gram" mengarah pada kata "telegram" yang cara atau pengaplikasiannya adalah untuk mengirimkan sejumlah informasi pada seseorang dengan sangat cepat.

Burbn, Inc yang merupakan perusahaan start up teknologi yang notabennya hanya berkonsentrasi pada pengembangan dan pembuatan aplikasi telepon genggam berdiri pada sekitar tahun 2010 lalu.

Pada mulanya Burbn, Inc sendiri berfokus pada pendalaman seluruh fungsi bahasa pemrograman yakni HTML5. Namun seiring berjalannya waktu, Mike Krieger dan Kevin Systorm selaku CEO dari perusahaan ini memilih untuk berfokus hanya pada satu hal saja.

Seminggu lamanya mereka berusaha membuat ide ide yang mungkin dapat mendatangkan profit, pada akhirnya kedua CEO ini berhasil menciptakan versi pertama dari Instagram, namun seperti pada prototype pada umumnya, versi awal dari Instagram ini masih memiliki banyak sekali kelemahan dalam segala sistemnya.

Setelah melalui berbagai tahap penyempurnaan versi Burbn (Instagram) ini akhirnya sudah dapat diuji coba dengan menggunakan perangkat iphone. Namun, tetap saja dirasa memiliki banyak sekali fitur yang tidak terkategori dengan baik.

Sulit bagi Kevin dan Mike untuk mengatur ulang seluruh fitur yang ada dan memulai semuanya dari awal. Akhirnya Mike dan Kevin memilih untuk berfokus hanya pada fitur foto, berkomentar dan menyukai foto saja. Inilah kerangka awal terbentuknya jejaring sosial Instagram saat ini.

Pada tahun 2012 tepatnya tanggal 09 April diumumkan sebuah berita besar yakni saham dan kepemilikan Instagram akan diambil alih oleh Mark Zuckerberg selaku pemilik Facebook dengan uang tunai dan saham senilai 1 miliar dollar.

Instagram saat ini telah banyak diminati baik tua maupun muda. Penggunaan yang mudah dan fitur yang terkesan canggih membuat Instagram semakin populer dari tahun ke tahun. Dengan jejaring sosial Instagram ini kita dapat mengetahui segala aktivitas teman teman kita hanya dengan melihat foto dan video mereka.

9. Kemelut di Majapahit (S. H. Mintardja)

Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak membantunya semenjak dahulu itu membagikan pangkat kepada mereka. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban dan yang lain-lain pun diberi pangkat pula. Dan hubungan antara junjungan ini dengan para pembantunya, sejak perjuangan pertama sampai Raden Wijaya menjadi raja, amatlah erat dan baik.

Akan tetapi, guncangan pertama yang memengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara, telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Sebelum putri dari tanah Malayu ini menjadi istrinya yang kelima, Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara. Hal ini dilakukannya karena beliau tidak menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Keempat orang puteri itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah Nara Indraduhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang juga disebut Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti "terkasih" karena memang putri bungsu dari mendiang Kertanegara ini menjadi istri yang paling dikasihinya.

Dyah Gayatri yang bungsu ini memang cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan, terkenal di seluruh negeri dan kecantikannya dipuja-puja oleh para sastrawan di masa itu. Akan tetapi, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara ke negeri Malayu. Pasukan ini dinamakan pasukan Pamalayu yang dipimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang atau juga Mahisa Anabrang, nama yang diberikan oleh Sang Prabu mengingat akan tugasnya menyeberang (anabrang) ke negeri Malayu.

Pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa pulang pula dua orang putri bersaudara. Putri yang kedua, yaitu yang muda bernama Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan sang putri ini, maka diambillah Dyah Dara Petak menjadi istrinya yang kelima. Segera ternyata bahwa Dara Petak menjadi saingan yang paling kuat dari Dyah Gayatri, karena Dara Petak memang cantik jelita dan pandai membawa diri. Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini yang setelah diperistri oleh Sang Baginda, lalu diberi nama Sri Indraswari.

Terjadilah persaingan di antara para istri ini, yang tentu saja dilakukan secara diam-diam namun cukup seru, persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda yang tentu saja akan mengangkat derajat dan kekuasaan masing-masing.

Kalau Sang Prabu sendiri kurang menyadari akan persaingan ini, pengaruh persaingan itu terasa benar oleh para senopati dan mulailah terjadi perpecahan diam-diam di antara mereka sebagai pihak yang bercondong kepada Dyah Gayatri keturunan mendiang Sang Prabu Kertanegara, dan kepada Dara Petak keturunan Malayu.

Tentu saja Ronggo Lawe, sebagai seorang yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, karena segan kepada Sang Prabu Kertarajasa yang bijaksana, persaingan dan kebencian yang dilakukan secara diam-diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka.

Kiranya tidak ada terjadi hal-hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara Petak ke dalam kehidupan Sang Prabu, sekiranya tidak terjadi hal yang membakar hati Ronggo Lawe, yaitu pengangkatan patih hamangku bumi, yaitu Patih Kerajaan Mojapahit. Yang diangkat oleh Sang Prabu menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja yaitu Senopati Nambi.

Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar akan pengangkatan patih ini, merahlah muka Adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar berita ini dia sedang makan, seperti biasa dilayani oleh kedua orang istrinya yang setia, yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati.

Mendengar berita itu dari seorang penyelidik yang datang menghadap pada waktu sang adipati sedang makan, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sudah dikepalnya itu dibanting ke atas lantai dan karena dalam kemarahan tadi sang adipati menggunakan aji kedigdayaannya, maka nasi sekepal itu amblas ke dalam lantai. Kemudian terdengar bunyi berkerotok dan ujung meja diremasnya menjadi hancur.

"Kakangmas adipati ... harap Paduka tenang ...," Dewi Mertorogo menghibur suaminya.

"Ingatlah, Kakangmas Adipati ... sungguh merupakan hal yang kurang baik mengembalikan berkah ibu pertiwi secara itu..." Tirtowati juga memperingatkan karena melempar nasi ke atas lantai seperti itu penghinaan terhadap Dewi Sri dan dapat menjadi kualat.

Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua orang istrinya yang berusaha menghiburnya.

"Aku harus pergi sekarang juga!" katanya.

"Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di depan! Aku akan berangkat ke Mojopahit sekarang juga!" Mego Lamat adalah satu di antara kuda-kuda kesayangan Adipati Ronggo Lawe, seekor kuda yang amat indah dan kuat, warna bulunya abu-abu muda. Semua cegahan kedua istrinya sama sekali tidak didengarkan oleh adipati yang sedang marah itu.

Tak lama kemudian, hanya suara derap kaki Mego Lamat yang berlari congkalang yang memecah kesunyian gedung kadipaten itu, mengiris perasaan dua orang istri yang mencinta dan mengkhawatirkan keselamatan suami mereka yang marah-marah itu.

Pada waktu itu, sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan punggawa. Semua penghadap adalah bekas kawan-kawan seperjuangan Ronggo Lawe dan mereka ini terkejut sekali ketika melihat Ronggo Lawe datang menghadap raja tanpa dipanggil, padahal sudah agak lama Adipati Tuban ini tidak datang menghadap Sri Baginda.

Sang Prabu sendiri juga memandang dengan alis berkerut tanda tidak berkenan hatinya, namun karena Ronggo Lawe pernah menjadi tulang punggungnya di waktu beliau masih berjuang dahulu, sang Prabu mengusir ketidaksenangan hatinya dan segera menyapa Ronggo Lawe.

Di dalam kemarahan dan kekecewaan, Adipati Ronggo Lawe masih ingat untuk menghanturkan sembahnya, tetapi setelah semua salam tata susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe menyembah dan berkata dengan suara lantang, "Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan Paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!" Semua muka para penghadap raja menjadi pucat mendengar ucapan ini, dan semua jantung di dalam dada berdebar tegang.

Mereka semua mengenal belaka sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Mojopahit yang gagah perkasa dan selalu terbuka, polos dan jujur, tanpa tedeng aling-aling lagi dalam mengemukakan suara hatinya, tidak akan mundur setapak pun dalam membela hal yang dianggap benar. Sang Prabu sendiri memandang dengan mata penuh perhatian, kemudian dengan suara tenang bertanya, "Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?".

"Yang hamba maksudkan tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai pepatih paduka! Keputusan yang paduka ambil ini sungguh-sungguh tidak tepat, tidak bijaksana dan hamba yakin bahwa paduka tentu telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara dari belakang! Pengangkatan Nambi sebagai patih hamangkubumi sungguh merupakan kekeliruan yang besar sekali, tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif bijaksana dan adil!"

Hebat bukan main ucapan Ronggo Lawe ini! Seorang adipati, tanpa dipanggil, berani datang menghadap sang Prabu dan melontarkan teguranteguran seperti itu! Muka Patih Nambi sebentar pucat sebentar merah, kedua tangannya dikepal dan dibuka dengan jari-jari gemetar. Senopati Kebo Anabrang mukanya menjadi merah seperti udang direbus, matanya yang lebar itu seperti mengeluarkan api ketika dia mengerling ke arah Ronggo Lawe.

Lembu Sora yang sudah tua itu menjadi pucat mukanya, tak mengira dia bahwa keponakannya itu akan seberani itu. Senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar juga memandang dengan mata terbelalak.

Pendeknya, semua senopati dan pembesar yang saat itu menghadap sang prabu dan mendengar ucapan-ucapan Ronggo Lawe, semua terkejut dan sebagian besar marah sekali, tetapi mereka tidak berani mencampuri karena mereka menghormat sang Prabu.

Akan tetapi, sang Prabu Kertarajasa tetap tenang, bahkan tersenyum memandang kepada Ronggo Lawe, ponggawanya yang dia tahu amat setia kepadanya itu, lalu berkata halus, "Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat kakang Nambi sebagai patih hamangkubumi, bukanlah merupakan tindakan ngawur belaka, melainkan telah merupakan suatu keputusan yang telah dipertimbangkan masak-masak, bahkan telah mendapatkan persetujuan dari semua paman dan kakang senopati dan semua pembantuku.

Bagaimana Kakang Ronggo Lawe dapat mengatakan bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan tidak adil?" Dengan muka merah, kumisnya yang seperti kumis Sang Gatotkaca itu bergetar, napas memburu karena desakan amarah, Ronggo Lawe berkata lantang, "Tentu saja tidak tepat! Paduka sendiri tahu siapa si Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak-tanduknya dahulu! Dia seorang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekali tidak memiliki wibawa. 

10. Sejarah Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer

Pelarian-pelarian politik dari Nederland, Sneevliet, dan Baars itu semakin giat di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Mereka membuka pidato di mana-mana, seperti takkan kering-kering kerongkongan mereka. Lari dari pertentangan intern di Nederland ke Hindia, mereka anggap diri seakan-akan jago-jago tanpa lawan, seakan-akan Hindia negerinya sendiri yang dipayungi oleh hukum demokratis. Beruntung mereka bergerak hanya di kalangan orang-orang yang berbahasa Belanda, yang menduduki tempat sosial yang rendah dan hidup dalam kemasygulan.

Sekalipun mereka orang-orang Eropa dan bukan jadi urusanku, tapi mau tak mau terlibat ke dalam urusanku juga. Mereka memilih Surabaya sebagai pusat kegiatan karena Surabaya adalah markas besar Syarikat Islam. Mereka akan lakukan induksi langsung dan tidak langsung terhadap Syarikat. Mas Tjokro, "kaisar" yang masih kekanak-kanakan dalam politik itu harus dibikin kebal terhadap induksi mereka. Dia harus lebih banyak miring ke agamanya sendiri daripada ke arah radikal abangan Eropa ini.

Bagan untuk mengebalkan sang "kaisar" telah kubuat sampai terperinci setelah sepku menekan aku dengan berbagai cara. Bukan sampai di situ saja. Sepku sampai merasa perlu menggunakan gertakan seakan-akan kuatir telah kutipu atau kujebak.

"Bagaimana Tuan dapat menyimpulkan mereka bermaksud memengaruhi Syarikat Islam? Dapatkah Tuan membuktikannya?"

Ucapan yang meragukan kemampuanku itu memang menyinggung kehormatanku. Semestinya ia bisa lebih bijaksana sedikit.

"Sebenarnya," kataku dengan tekanan yang menekan juga. "Tuan sendirilah yang semestinya menyimpulkan dan membuktikan, bukan yang sebaliknya seperti ini. Mereka bukan pribumi."

Baganku memang hanya menjauhkan Syarikat dari mereka. Hanya menjauhkan agar tidak terkena induksi. Beberapa hari kemudian bagan itu dilaksanakan tanpa sepengetahuanku. Dan sepucuk nota dari sepku menyatakan, ia tidak puas dengan hanya menjauhkan. Harus ditarik terus sampai mempertentangkan kedua-duanya.

Mempertentangkan dua golongan dari pandangan dan sikap yang berlain-lainan memang terlalu gampang. Tetapi, akibatnya akan berlarut. Syarikat akan menghadapi mereka sebagai orang Eropa pada umumnya, dan kebencian pukul-rata pada Belanda akan menjadi hasilnya. Sedang sayap Marco, yang selama ini tidak mendapat medan untuk berpawai akan menggunakan kesempatan ini.

Bila ia memisahkan diri dari pimpinan Mas Tjokro, dengan sayanya ia akan menjadi sangat berbahaya. Perkembangan secepat itu belum lagi diharapkan.

Pada hari itu juga notanya kubalas. Akibatnya sepku datang dan langsung menyemburkan kejengkelan.

"Apakah Tuan sudah bermaksud melawan pemerintah?".

Karena aku tahu inisiatifnya takkan berjalan tanpa rumusan dan tanda tanganku, aku hadapi dia dengan cadangan.

"Kalau perintah itu diberikan padaku setelah predikat 'tenaga ahli' itu dicabut oleh Gubermen, aku akan lakukan dengan segera, Tuan. Kalau tidak, aku masih punya hak untuk menolak."

Mukanya jadi kemerah-merahan karena berang. Ya, ya, kau akan kupermain-mainkan, Tuan. Mari kita lihat siapa yang akan lebih tahan.

Tetapi, ia tak mendesak lagi dan pergi dengan bersungut-sungut. Notanya datang lagi, isinya bernada curiga terhadap aku sebagai simpatisan salah sebuah dari organisasi-organisasi tersebut.

Jelas dia belum kenal siapa Pangemanann. Sekali orang bernama Pangemanann ini jadi Algemeene Secrerie, takkan mudah orang dapat mengisarkan sejengkal pun dari tempatnya. Aku simpan baik-baik nota itu dan tak kujawab.

Sekarang datang waktunya ia akan mencari-cari kesalahan. Mulailah aku mengingat-ingat secara kronologis pekerjaanku sejak 1912 sampai masuk ke tahun 1915. Hanya ada satu hal yang bisa digugat: analisa dangkal tentang naskah-naskah Raden Mas Minke yang aku anggap tidak berharga. Naskah-naskah itu aku simpan di rumah untuk jadi milik pribadi. Maka analisis yang kurang bersungguh-sungguh itu mungkin memberi peluang untuk menuduh aku menyembunyikan sesuatu pendapat atau kenyataan.

Apa boleh buat, aku akan tetap berkukuh naskah-naskah itu lebih bersifat pribadi daripada umum. Dan aku katakan naskah itu telah dibakar langsung di kantor dalam tong kaleng kecil di kamarku. Walau begitu aku harus bersiap-siap.

Pidato Sneevliet mulai bermunculan dalam terjemahan Melayu, dalam terbitan koran-koran di Sala, Semarang, Madiun, Surabaya. Juga pidato-pidato Baars yang mampu berbahasa Melayu dan Jawa dengan fasih. Tapi, koran-koran Jawa Barat dan Betawi tampaknya tenang-tenang saja. Pengaruhnya mulai menjalari panggung pribumi. Tampaknya pengaruhnya dapat diibaratkan sebuah roda. Sekali orang mengenal dan menggunakannya, dia lantas jadi bagian dari kehidupan.

Dalam pertunjukkan langsung di Sala, jelas benar pengaruh ini bekerja. Lakon yang dimainkan kala itu adalah Surapati. Setelah beberapa minggu berlalu, ternyata pemain peran utama sebagai Surapati adalah orang yang ituitu juga: Marco.

Secara khusus kusiapkan bagan peta pengaruh. Dalam waktu seminggu dapat kulihat, bahwa pengaruh itu laksana lelatu yang memercik dan meletik-letik ke kota-kota pelabuhan di Jawa Tengah dan Timur, memasuki pedalaman dan memerciki wilayah-wilayah pabrik gula-semua wilayah pabrik gula.

Dewan Hindia telah meminta pada Gubernur Jenderal, demikian yang kudengar dari omongan orang agar tenaga-tenaga kepolisian yang sudah mulai berpengalaman dalam mengawasi kegiatan politik pribumi ditetapkan kedudukannya untuk mengurusi soal ini. Kepolisian setempat yang telah mengambil inisiatif untuk pekerjaan ini supaya diberi pengukuhan, badan koordinasi supaya dibentuk untuk membantu pembentukan seksi khusus ini.

Dasar dari permintaan itu adalah kegiatan politik Pribumi yang semakin menanjak dengan semakin melonggarkan hubungan antara Kerajaan dengan Hindia. Kalaupun ada rencana mengirim bantuan militer dari Kerajaan tak mungkin bisa diharapkan dalam situasi Perang Dunia. Maka juga Angkatan Perang Hindia seyogyanya diperbesar untuk dapat menghadapi segala kemungkinan.

11. Sosok pahlawan perempuan Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien adalah Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir pada tahun 1848 di Kerajaan Aceh. Ia terlahir dari garis keluarga bangsawan yang mengutamakan pentingnya agama.

Cut Nyak Dien lahir dari orang tua bernama Teuku Santa Setia dan Putri Uleebalang Lampagar. Ia dikaruniai seorang putra dari hasil pernikahannya dengan Ibrahim Lamnaga.

Cut Nyak Dien juga memiliki seorang putra dari pernikahannya kedua bersama Teuku Umar bernama Cut Gambang. Perjuangan Cut Nyak Dien memukul mundur penjajah Belanda bukan tanpa halangan.

Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar diketahui melancarkan taktik Hed Veraad. Taktik Hed Veraad memaksa pasangan suami istri tersebut berpura-pura bergabung dengan penjajah Belanda. Kemudian, setelah mengetahui rencana Belanda Cut Nyak Dien melancarkan aksinya untuk merebut kekuasan dari tangan penjajah. Namun, Teuku Umar gagal pada saat menyerang pasukan Belanda.

Tonggak perjuangan melawan penjajah kemudian dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien yang kala itu masih berusia sangat muda. Namun, sayangnya Belanda mampu menangkapnya di Beutong Le Sageu.

Cut Nyak Dien menjadi sosok pahlawan perempuan yang diteladani oleh para perempuan Indonesia, seperti halnya R.A. Kartini. Sebab, sosok perempuan pada zaman dahulu tidak begitu menonjol terlihat.

12. Sejarah terbentuknya ASEAN

National flags of countries who are member of AEC (ASEAN economic community) on blue sky backgroundASEAN/Foto: Getty Images/Aj_OP

ASEAN adalah singkatan dari Association of Southeast Asian Nations yang merupakan organisasi ekonomi dan geopolitik khusus untuk negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Sejarah berdirinya ASEAN diawali karena beberapa kesamaan negara-negara pendirinya serta konflik yang terjadi saat itu.

Tahun 1960-an merupakan masa-masa yang sulit bagi negara di Asia Tenggara. Ada sejumlah perselisihan yang terjadi, baik secara internal maupun eksternal. Asia Tenggara merupakan tempat yang strategis, sehingga beberapa negara di kawasan ini menjadi basis blok untuk wilayah Timur dan Barat, seperti di negara Vietnam dan Filipina. Selain itu, konflik militer juga terjadi di negara lain, seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Ada pula konflik bilateral yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia, serta Kamboja dan Vietnam.

Permasalahan-permasalahan ini berdampak pada stabilitas pertahanan dan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara. Akhirnya, beberapa pemimpin berinisiatif untuk menciptakan suasana aman dan damai untuk kawasan Asia Tenggara dengan membentuk ASEAN.

13. Perkembangan transportasi darat

Transportasi darat sudah dikenal sejak zaman kuno. Ada banyak jenis transportasi darat pada masa itu, seperti kuda tunggangan, kereta berkuda, gerobak, dan sepeda. Sayangnya, jenis-jenis transportasi darat di masa itu masih menggunakan tenaga hewan dan manusia untuk berpindah tempat.

Kendaraan dengan mesin baru muncul setelah abad ke-18. Tapi pada saat itu, mesin yang digunakan masih berupa mesin uap. Kendaraan bermesin uap ini mulai digunakan sejak 1870-an oleh tentara Prancis untuk mengangkut peralatan perang. Mesin uapnya juga masih terdiri dari tiga roda penggerak, kecepatannya cuma secepat manusia saat berjalan.

Satu dekade kemudian, mesin diesel ditemukan. Penemuan mesin diesel berbasis solar pada 1880-an menjadi tonggak sejarah penting bagi pengembangan kendaraan, yaitu mobil. Mesin diesel bikin bahan bakar yang digunakan pun jadi lebih efisien dan pergerakan mobil jadi lebih cepat. Sejak saat itu, mobil mulai banyak digunakan karena praktis dan bisa digunakan kapan saja untuk ke mana saja. Perkembangan industri mobil dipelopori oleh Henry Ford yang pertama kali melakukan produksi massal mobil "murah".

Perkembangan mutakhir transportasi darat saat ini salah satunya adalah kereta api rel magnetik, atau yang dikenal sebagai Maglev (magnetic levitation), yang dirancang oleh seorang insinyur Inggris, Eric Laithwaife pada tahun 1950.

Ternyata, transportasi juga punya sejarah yang panjang. Perkembangan transportasi ini tentunya punya membuat manusia menjadi lebih mudah bepergian, pengiriman barang antarwilayah jadi lebih cepat, dan mempercepat pembangunan infrastruktur.

14. Asal mula hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Indonesia telah merayakan kemerdekaan selama lebih dari 70 tahun. Tepatnya pada 17 Agustus 1945, Indonesia meraih kemerdekaan nya. Namun seperti yang kita ketahui kemerdekaan tidak diraih dengan cara instan atau tiba-tiba. Dan bukan juga karena adanya perjanjian merdeka dari pihak mana pun. Namun, kemerdekaan yang diperoleh Indonesia telah banyak melalui peristiwa-peristiwa sejarah yang penting.

Diawali dengan pembentukan sejumlah lembaga persiapan kemerdekaan, yang pertama adalah pembentukan BPUPKI pada Maret 1945. Lembaga ini bertugas untuk merumuskan dasar negara, yang kemudian disetujui sebagai Pancasila. Kemudian setelah dasar negara terbentuk BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan lembaga baru.

Setialah pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan, selanjutnya dibentuk PPKI dan Panitia 9 untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Dan proses selanjutnya yaitu perumusan teks proklamasi dimulai pada malam hari tanggal 16 Agustus. Tepatnya setelah Ir. Soekarno dan M.Hatta kembali dari Rengasdengklok.

Perumusan teks proklamasi ini bertempat di kediaman Laksamada Maeda yang berlangsung hingga dini hari. Teks dibuat dan dirundingkan bersama-sama oleh sejumlah pihak yang hadir, kemudian ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Selanjutnya teks Proklamasi diberikan kepada Sayuti Melik untuk diketik.

Pada hari selanjutnya yaitu tepat pada 17 Agustus 1945, teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno di kediamannya. Yang beralamat di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pembacaan teks proklamasi disaksikan oleh beberapa tokoh nasional seperti Soewirjo, Trimurti, Ahmad Soebarjo, dan warga Indonesia lainnya.

Dengan dibacakannya teks Proklamasi, maka Indonesia menyatakan kemerdekaan nya. Kemudian berita kemerdekaan Indonesia disebarluaskan melalui media-media massa saat itu. Kabar ini disebar dengan cepat melalui surat kabar dan radio seluruh Indonesia. Dan berita kemerdekaan akhirnya tersebar.

Kemerdekaan Indonesia telah terjadi lebih dari 70 tahun silam, atau tepatnya pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya untuk memulai persiapan kemerdekaan dibentuk BPUPKI yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara atau Pancasila. Dan dibentuk PPKI untuk melanjutkan tugas BPUPKI. Pada tanggal 16 Agustus 1945, tepatnya pada malam hari teks proklamasi dirumuskan bersama oleh beberapa tokoh nasional di rumah Laksamana Maeda.

Kemudian keesokan harinya, dibacakan oleh Ir. Soekarno dan menjadi penanda kemerdekaan Indonesia. Setelahnya Berita kemerdekaan menyebar dengan cepat melalui radio dan surat kabar. Pemerintah pun segera mengesahkan Undang-Undang dan membentuk MPR untuk menyempurnakan kepemerintahan Indonesia. 

15. Awal mula hari Ibu

Hari ibu di Indonesia dilaksanakan setiap tanggal 22 pada bulan Desember. Tanggal ini diperingati untuk ibu yang sudah memiliki peran besar dalam mendidik anak-anak nya. Penghormatan terhadap rasa kasih dan sayang menjadi salah satu hal ikonik yang sering terhubung dengan makna hari Ibu.

Biasanya peringatan ini akan dilaksanakan dengan memberi hadiah atau kejutan kepada ibu. Dan untuk perayaan yang dilakukan di sekolah biasanya ada parade yang menggunakan pakaian daerah. Ada pula yang mengadakan lomba-lomba untuk anak-anak dan ibunya.

Pada hari yang umumnya akan dirayakan sebagai simbol kasih sayang ibu ini, tak jarang anak-anak memberi perlakuan yang menyentuh dan berbeda dari biasanya. Namun bagaimanakah awal mula tanggal 22 Desember dijadikan sebagai perayaan Hari ibu. Ada sejarah yang bisa kita simak tentang mengapa 22 Desember adalah hari ibu.

Sejarah awalnya sangat berhubungan dengan peran serta kaum ibu dalam membantu kemerdekaan. Dengan latar peran sosial yang sama dan semangat kasih nya kaum perempuan saat itu bekerjasama dalam upaya memperbaiki kualitas bangsa ini. Sehingga pada awal nya hari Ibu adalah untuk mengenang semangat juang para ibu.

Dalam sejarah di mulai pada 22-25 Desember 1928, kaum perempuan (kaum Ibu) mengadakan sebuah Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta. Dalam kongres ini, orang-orang yang hadir memberi asa bahwa perempuan juga memiliki semangat perjuangan. Kaum wanita yang menggagas kongres ini adalah salah satu pihak yang hadir pada Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Peristiwa itu kemudian menjadi pendorong kaum perempuan untuk sama-sama untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Kemudian pada 20-24 Juli 1935 kongres lanjutan diadakan Kembali. Yaitu kongres Perempuan Indonesia II diadakan tepatnya di Jakarta. Dalam kongres itu berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia. Dan di dalam nya juga menetapkan fungsi perempuan dalam perjuangan. Dimana perempuan memiliki kewajiban untuk menumbuhkan rasa kebangsaan pada anak-anak nya. Mengajarkan nilai-nilai kebangsaan dan juga semangat menjaga bangsa Indonesia pada generasi muda selanjutnya.

Pada Juli 1938, diadakan kongres lanjutan, yaitu kongres Perempuan Indonesia III dilaksanakan di Bandung. Pada kongres ini menyatakan bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu, keputusan ini adalah kelanjutan hasil Kongres Perempuan Indonesia II 1935 di Jakarta. Tidak sampai disana kongres selanjutnya yang diadakan di Semarang 1941 membahas posisi perempuan dan kesejahteraan nya. Kongres Perempuan Indonesia IV di Semarang berupaya menuntut agar perempuan dapat dipilih dalam Dewan Kota.

Kemudian pemerintah pun menerbitkan regulasi soal Hari Ibu itu pada tahun 1959. Hari Ibu telah ditetapkan oleh Presiden Soekarno sebagai hari nasional yang bukan hari libur, melalui Dekrit Presiden No. 316 Tahun 1959. Dekrit ini membahas hari nasional yang tidak merupakan hari libur nasional.

Dengan penetapan ini, setiap tahunnya masyarakat merayakan Hari Ibu sebagai salah satu hari nasional. Saat ini, dan saat ini Badan Kongres Perempuan Indonesia telah berubah nama menjadi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Sebenarnya cukup banyak perubahan yang terjadi selain nama dari organisasi tersebut. Hari ibu yang awalnya diperingati sebagai bentuk penghormatan atas semangat perjuangan perempuan sekarang memiliki makna yang berbeda.

Itulah contoh cerita sejarah singkat dalam Bahasa Indonesia yang menarik untuk diceritakan ke anak. Semoga bermanfaat untuk pengetahuan Si Kecil, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online