9 Kebiasaan Toxic Orang Tua yang Menyakitkan Hati Anak

2 hours ago 2

Jakarta -

Semua orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, tapi kadang kebiasaan toksik orang tua bisa muncul tanpa disadari dan bisa menyakiti hati anak.

Biasanya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan seperti ini sering merasa cemas dan kesepian, meski berada di tengah keluarga yang lengkap. Mereka bisa merasa kurang didengar, kurang dipahami, dan sulit mengungkapkan perasaannya sendiri. Lama-kelamaan, ini bisa menurunkan rasa percaya diri mereka, Bunda.

Kadang juga, tak jarang orang tua yang terlalu fokus pada prestasi anak sampai lupa memperhatikan kebutuhan emosional mereka. Padahal, perhatian sederhana dan mengakui usaha anak bisa bikin mereka merasa dicintai dan dihargai.

"Ketidakdewasaan emosional orang tua, kebutuhan akan kendali, atau ketidakmampuan mereka mengatur emosi sendiri secara konsisten merusak rasa aman dan harga diri anak mereka," jelas seorang psikolog berlisensi, Cynthia Edwards-Hawver, PsyD, dikutip dari Parents.

Lalu, kebiasaan toksik orang tua apa saja yang bisa menyakiti hati anak?

Kebiasaan toksik orang tua yang menyakiti hati anak

Mari kita lihat beberapa contoh pola asuh toksik yang harus dihindari oleh orang tua.

1. Tidak memberi ruang untuk anak

Sebagai orang tua, kita pasti ingin anak-anak bisa membuat keputusan yang tepat dan sukses dalam hidupnya. Namun, kadang dorongan itu bisa berlebihan dan justru menjadi beban bagi mereka, Bunda.

Orang tua terkadang lupa bahwa setiap anak punya cara dan tujuan hidupnya masing-masing. Memberikan ruang bagi anak untuk mencari pilihannya sendiri penting supaya mereka bisa tumbuh mandiri dan percaya diri, Bunda. 

"Sifat toksik terbesar yang saya lihat dilakukan secara tidak sengaja oleh orang tua yang penyayang adalah tidak memahami bahwa anak mereka memiliki jalan dan tujuan hidupnya sendiri," tutur seorang konselor klinis yang fokus pada kecemasan anak, Dawn Friedman.

Menurut Friedman, orang tua yang dulu kurang mendapat perhatian dari orang tua mereka sendiri cenderung ingin mengendalikan anak-anaknya.

2. Membuat anak terjebak di tengah konflik orang tua

Salah satu kebiasaan pengasuhan yang bisa menyakiti hati anak adalah membuat mereka merasa harus memilih antara orang tua. Bunda perlu sadar bahwa situasi ini kerap menimbulkan beban emosional yang berat bagi anak.

Perilaku ini paling sering terjadi pada orang tua yang bercerai, tapi juga bisa muncul di rumah tangga dengan konflik yang sering terjadi. Anak-anak yang berada di tengah-tengah sering merasa bingung dan tertekan.

"Hal ini paling umum terjadi pada orang tua yang bercerai. Namun, hal ini juga bisa terjadi dalam rumah tangga yang sering terjadi konflik antara orang tua," ucap terapis di Gateway to Solutions, Danielle Dellaquila.

Dalam hal ini, orang tua sebaiknya tidak melibatkan anak dalam pertengkaran atau masalah pribadi. Keterlibatan anak dalam konflik seperti ini bisa bikin anak cemas dan muncul rasa bersalah.

"Orang tua perlu menghindari melibatkan anak-anak mereka dalam konflik atau masalah orang tua, karena melibatkan mereka dapat menyebabkan kecemasan dan rasa bersalah yang tidak perlu bagi anak-anak," tambah Dellaquila.

3. Menyangkal realitas anak

Bunda perlu berhati-hati agar tidak mengabaikan perasaan anak. Ketika perasaan anak tidak divalidasi, mereka bisa merasa tidak dimengerti dan mulai menarik diri dari orang tuanya.

Jika Bunda menyangkal pandangan mereka tentang situasi di rumah, apalagi saat terjadi perselisihan, anak bisa saja mulai meragukan apa yang mereka rasakan. Lama-kelamaan bisa berpengaruh pada rasa percaya diri dan kemampuan anak dalam memahami emosinya sendiri.

4. Terlalu mengontrol anak

Terlalu mengontrol anak bisa menjadi kebiasaan pengasuhan yang berisiko menyakiti perasaan mereka. Bunda perlu sadar bahwa pengawasan berlebihan bisa membuat mereka merasa terkekang.

"Ada beberapa orang tua yang mencoba mempertahankan kendali atas hampir setiap aspek kehidupan anak mereka," kata terapis Danielle Dellaquila.

"Mereka mungkin ingin tahu setiap detail tentang apa yang sedang terjadi, mencoba mendikte apa yang akan dilakukan anak mereka dengan masa depannya, atau terlalu memantau anak mereka," tambahnya.

5. Memanfaatkan rasa bersalah anak

Memanfaatkan rasa bersalah bisa menjadi kebiasaan yang berisiko menyakiti hati anak. Bunda perlu berhati-hati karena memaksa anak untuk merasa bersalah bisa bikin mereka takut dalam mengambil keputusannya sendiri.

Kadang, orang tua berpikir mereka hanya membimbing saja, tapi sebenarnya cara ini bisa memanipulasi anak. Anak yang terbiasa dipaksa merasa bersalah bisa kehilangan rasa percaya diri dan kemandiriannya, Bunda.

6. Tidak mengelola emosi Bunda sendiri

Wajar bila Bunda kadang merasakan emosi yang kuat karena mengasuh anak memang melelahkan. Namun, jika emosi tersebut tidak dikelola dengan baik, ini bisa memengaruhi perasaan mereka, Bunda.

Tidak sehat jika anak-anak selalu khawatir tentang reaksi dari emosional orang tuanya, misalnya takut Bunda marah atau menjauhi mereka. Mereka juga bisa merasa harus selalu berhati-hati di depan orang tua.

"Anak-anak membutuhkan konsistensi emosional agar merasa aman dan mengembangkan keterampilan koping yang sehat," jelas seorang psikolog klinis, Cynthia Edwards-Hawver, PsyD.

7. Mengomentari tubuh dan pola makan anak

Mengomentari bentuk tubuh atau berat badan anak, meski maksudnya positif, bisa membuat mereka merasa tertekan. Bunda sebaiknya mengajarkan bahwa hidup sehat itu bukan hanya soal angka di timbangan.

"Sebagai terapis gangguan makan, satu hal yang saya tahu bisa menjadi masalah adalah terus-menerus mengomentari tubuh anak atau cara mereka makan, bahkan jika itu dimaksudkan untuk menjadi positif," ungkap terapis dan pendiri Goldberg Therapy, Rachel Goldberg.

Rachel menyarankan untuk Bunda tidak mengatakan hal-hal seperti, "Wah, kamu terlihat sangat cantik dengan pakaian itu hari ini" atau "itu tidak cocok dengan tubuhmu".

8. Kurangnya batasan

Kurangnya batasan dalam pengasuhan bisa membuat anak terlalu bergantung dan kurang mampu menghadapi tanggung jawabnya sendiri. Anak juga bisa jadi enggan untuk berinteraksi dengan orang tua atau teman sebayanya.

"Contoh kurangnya batasan antara lain terlalu banyak berbagi tentang kehidupan pribadi dan perjuangan di waktu yang tidak tepat, terlalu terlibat dalam kehidupan anak, dan melanggar atau tidak memberikan ruang privasi," kata psikolog klinis di Thriving Center of Psychology, Tirrell De Gannes, PsyD.

9. Membuat anak merasa bersalah atas perasaan orang lain

Salah satu kebiasaan pengasuhan yang bisa merugikan anak adalah membuat mereka merasa dihakimi atau malu karena perilaku mereka nantinya bisa memengaruhi perasaan orang lain.

Contohnya, ucapan seperti, "Setiap kali kamu di ruangan, kamu selalu menurunkan energinya" atau "Kamu selalu membuat semua orang merasa cemas" bisa sangat membebani anak. Menurut terapis Rachel Goldberg, sindiran semacam ini merendahkan kepribadian anak, Bunda.

"Komentar itu dapat membuat mereka menginternalisasi gagasan bahwa kehadiran mereka merupakan beban dan tidak diinginkan," kata Rachel.

"Mereka bisa mulai percaya bahwa hanya dengan keberadaan mereka, mereka berdampak negatif pada orang-orang di sekitar mereka," tuturnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online