loading...
Sejak 2020, BNI menjalankan de-risking secara berkelanjutan, mulai dari pembersihan aset bermasalah, reposisi portofolio kredit, hingga penguatan manajemen risiko. Foto/Dok
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menunjukkan hasil positif dari program de-risking yang dijalankan selama lima tahun terakhir. Program ini bertujuan memperkuat struktur perusahaan pasca-pandemi Covid-19, ketika banyak sektor usaha terdampak dan perbankan harus melakukan restrukturisasi besar-besaran.
Sejak 2020, BNI menjalankan de-risking secara berkelanjutan, mulai dari pembersihan aset bermasalah, reposisi portofolio kredit, hingga penguatan manajemen risiko. Tujuannya menormalkan portofolio kredit yang terdampak sektor perdagangan, manufaktur, dan jasa, sekaligus mengalihkan fokus ke debitur kelas menengah-atas dan korporasi berkualitas.
Baca Juga: Kinerja Fundamental Solid, BNI Bukukan Laba Bersih Rp15,12 Triliun di Kuartal III-2025
Hasil lima tahun program ini kini mulai terlihat jelas. Laporan Bahana Sekuritas menunjukkan biaya pencadangan atau cost of credit (CoC) BNI menurun drastis ke level 1% per September 2025, menjadi titik terendah dalam lima tahun terakhir.
"Penurunan lebih lanjut diprediksi mencapai 0,9% pada tahun depan, menandakan kualitas aset yang semakin kuat dan disiplin manajemen risiko yang tinggi," kata Analis Bahana Sekuritas, Razqi M. Kurniawan dalam risetnya dikutip, Sabtu (6/12/2025).
BNI juga melakukan reposisi portofolio ke segmen yang lebih resilien, termasuk pembiayaan wholesale berprofil rendah risiko, industri berorientasi ekspor, dan sektor hijau. Stabilitas ini tercermin dari indikator risiko utama, yakni non-performing loan (NPL) yang stabil di angka 2%, dengan NPL coverage mencapai 222,7% per September 2025-salah satu yang tertinggi di antara bank BUMN.
Dengan NPL coverage di atas 200%, BNI memiliki bantalan kuat untuk menghadapi volatilitas ekonomi tanpa harus menambah pencadangan secara agresif. Kombinasi kredit bersih dan pencadangan ekstra ini membuat BNI berada 'di posisi paling siap' memasuki fase pertumbuhan kredit yang lebih agresif pada 2025-2026.
.png)

















































