Bunda Gen Z Bagikan Rating Melahirkan Pervaginam Pakai Metode ILA, Viral di Sosmed!

9 hours ago 4

Jakarta -

Belakangan ini para Bunda Gen Z lagi rame banget di sosial media. Bukan soal drama seleb, bukan soal skincare baru, tapi ngasih rating pengalaman melahirkan! 

Ada yang kasih bintang 8/10 pas kontraksi, ada yang bilang metode ILA itu worth it banget, sampai ada yang bikin review lengkap kayak lagi nge-review film atau makanan. Lucu, jujur, dan surprisingly edukatif!

Fenomena ini bikin banyak calon Bunda penasaran:

“ILA itu apa, sih? Nyeri banget nggak? Aman nggak buat bayi?”

Nah, yuk kita bahas!

Apa itu metode ILA?

Dalam konteks medis, ILA merujuk pada Intrathecal Labour Analgesia, yaitu metode penghilang nyeri saat melahirkan yang diberikan melalui suntikan obat analgesik ke ruang intratekal di tulang belakang bagian bawah. Efeknya membantu meredam nyeri kontraksi tanpa menghilangkan kemampuan ibu buat mengejan.

Meski terdengar 'serius', metode ini sebenarnya termasuk teknik analgesia yang minim dosis, cepat bekerja, dan tidak membuat ibu kehilangan kesadaran. Karena itu, beberapa fasilitas menyediakannya sebagai alternatif epidural.

Tak heran Bunda Gen Z yang melek informasi langsung tertarik nyobain dan cerita pengalaman mereka pun viral.

Selain itu, ternyata metode ini bukan cuma viral di TikTok, tapi juga sudah banyak diteliti oleh kampus-kampus dan jurnal medis. 

1. Mengurangi nyeri dan mempercepat proses persalinan

Penelitian dari Universitas Sebelas Maret (UNS) menemukan bahwa ibu yang menggunakan ILA menunjukkan peningkatan kadar HSP-70, yaitu protein yang muncul saat tubuh mengatasi stres. ILA juga berkaitan dengan persalinan yang lebih cepat dibanding ibu tanpa analgesia.

Riset lain di UNS menunjukkan ILA dapat menurunkan kadar TNF-α, IL-6, eNOS, dan asam laktat semua itu adalah penanda inflamasi. Efeknya, ibu merasakan nyeri yang lebih rendah (skor VAS turun) dan proses pembukaan lebih cepat.

3. Membantu ibu lebih tenang

Penelitian oleh Andi Oktama menemukan bahwa ILA bisa mengurangi tingkat stres pada ibu primigravida (ibu yang baru pertama kali melahirkan). Suntikan diberikan saat pembukaan 3 cm dan terbukti membantu ibu tetap fokus dan tidak terlalu panik.

4. Aman untuk bayi baru lahir

Studi dari British Journal of Healthcare & Medical Research meneliti ratusan ibu dengan dan tanpa ILA. Hasilnya:

Tidak ada perbedaan signifikan pada skor Apgar bayi, baik menit pertama maupun menit kelima. Artinya, ILA tidak mengganggu detak jantung atau napas bayi.

5. Cocok untuk ibu muda

Penelitian di Universitas Hasanuddin menunjukkan mayoritas ibu yang memilih ILA adalah usia 20–30 tahun, alias kategori Bunda Gen Z – Milenial Muda. Hampir semua persalinannya normal, spontan, dan skor Apgar bayi baik.

6. Tantangan rumah sakit dalam menyediakan ILA

Penelitian dari Universitas Airlangga menemukan bahwa beberapa fasilitas kesehatan masih kesulitan menyediakan ILA karena struktur tim yang belum rapi, kurangnya sosialisasi ke ibu hamil, dan promosi layanan yang belum optimal.

Jadi kalau Bunda tanya ke rumah sakit dan dijawab 'belum ada layanan ILA', itu bukan karena metode ini tidak aman, tapi lebih ke manajerial dan kesiapan fasilitasnya.

Bagaimana cara kerja ILA?

Saat obat dimasukkan ke ruang intratekal, obat tersebut langsung bekerja memblok sinyal nyeri dari saraf panggul dan rahim yang menuju otak.

Hasilnya:

  • Bunda tetap sadar dan bisa bergerak, tapi rasa nyeri kontraksi jadi jauh berkurang.
  • Efek bekerja sangat cepat (1–5 menit).
  • Durasi efek berkisar 60–180 menit, tergantung jenis obat yang digunakan

Infografis Proses Melahirkan dengan ILAProses Melahirkan dengan ILA/ Foto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari


Kenapa Bunda Gen Z Suka Bagi Rating Pengalaman ILA?

Di era sekarang, cerita persalinan bukan cuma soal kuat atau tidak kuat menghadapi kontraksi. Buat banyak Bunda Gen Z, pengalaman melahirkan sudah jadi sesuatu yang ingin dibagikan, dinilai, bahkan dirating persis seperti review makanan, film, atau staycation.

Dan salah satu hal yang lagi viral adalah 'rating pengalaman ILA', alias pengalaman melahirkan pervaginam dengan bantuan Intrathecal Labour Analgesia, metode pereda nyeri lewat suntikan di area tulang belakang.

Tapi kenapa tren ini muncul?

1. Karena gen Z selalu ingin jujur & transparan

Gen Z paling suka keterbukaan. Mau beli skincare sampai nonton drakor aja harus lihat review dulu. Jadi wajar dong kalau mereka ingin berbagi pengalaman ILA: Seberapa sakit? Seberapa membantu? Efeknya gimana?

Rating itu jadi cara mereka untuk kasih gambaran nyata ke ibu lain, supaya nggak kaget saat masuk ruang bersalin.

2. Melahirkan itu pengalaman besar dan mereka ingin mengabadikannya

Bagi Bunda Gen Z, melahirkan bukan cuma proses medis. Itu cerita hidup. ILA membantu pengalaman tetap terkendali, lebih rileks, dan tidak terlalu menyakitkan. Jadi mereka merasa lebih 'melek' selama prosesnya. Karena aware, mereka bisa menganalisis pengalaman itu dan akhirnya memberi rating.

3. Mereka ingin mendukung Bunda lain

Banyak Bunda yang dulu takut epidural atau analgesia persalinan karena cerita turun-temurun yang menyeramkan. Gen Z beda: mereka ingin mematahkan stigma itu. Makanya review ILA sering disertai catatan:

“Tenang aja, Bun, ini aman kok,” atau, “Kontraksi tetap kerasa tapi lebih manageable”. Sharing mereka bikin ibu lain merasa lebih siap dan berani.

4. Mereka punya rasa ingin tahu yang besar

Gen Z tumbuh dengan internet. Riset adalah bagian dari hidup mereka. Termasuk soal ILA. Mereka baca penelitian luar negeri soal analgesia intrathecal—misalnya studi RCT dan meta-analisis yang menyebut efek ILA bisa:

  • Mengurangi nyeri cepat,
  • Mempercepat onset analgesia,
  • Mengurangi stres,
  • Tidak berdampak buruk pada skor Apgar bayi,
  • Punya profil keamanan yang cukup baik.

Saat akhirnya mereka mencoba ILA sendiri, wajar kalau mereka ingin nge-review efeknya karena mereka punya ekspektasi awal dari studi-studi itu.

5. Karena pengalaman persalinan tidak harus trauma

Dulu, cerita melahirkan identik dengan horor. Kontraksi yang enggak manusiawi, proses yang melelahkan, dan rasa takut menjelang persalinan. Gen Z hadir membawa cara pandang baru, “Kalau teknologi ada, kenapa nggak dipakai?”

ILA bikin mereka merasa lebih berdaya, tetap bisa merasakan proses lahiran, tapi dengan rasa sakit yang jauh lebih terkendali. Ketika pengalaman melahirkan terasa lebih positif, otomatis mereka ingin membagikannya.

6. Konten melahirkan emang lagi ngetren

Dari TikTok sampai Instagram, cerita kelahiran trending terus. Mulai dari room tour RS, perbandingan metode analgesia, sampai rating ILA. Gen Z terbiasa hidup dengan audiens. Segala momen spesial diabadikan.

7. Mereka merasa punya voice dalam proses persalinan

ILA membuat Bunda gen Z merasa lebih bisa memutuskan:

  • Mau ambil analgesia atau tidak,
  • Kapan diberikan,
  • Bagaimana efeknya,
  • Dan apakah mereka puas atau tidak.

Rasa memiliki kendali ini sangat sesuai dengan karakter Gen Z yang ingin segala keputusan hidupnya bisa mereka pahami dan pilih sendiri.Pada akhirnya, tren Bunda Gen Z memberi rating pengalaman ILA bukan soal ikut-ikutan.

Ini tentang berbagi insights, mengurangi rasa takut ibu lain, normalisasi pemakaian analgesia saat melahirkan, dan memberi ruang untuk pengalaman melahirkan yang lebih manusiawi.

Dan buat banyak ibu, melahirkan sambil tetap merasa kuat, sadar, dan didukung, itu priceless.

Apakah metode ILA aman?

Berdasarkan penelitian:

  • Efek samping ILA biasanya ringan
  • Tidak mengganggu kontraksi
  • Tidak mengganggu refleks mengejan
  • Tidak menurunkan skor Apgar bayi
  • Tidak mengganggu pernapasan maupun denyut jantung bayi

Tetap penting konsultasi dengan dokter atau bidan, karena kondisi setiap ibu berbeda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online