Jakarta -
Tahukah Bunda bahwa janin di dalam kandungan tidak hanya bisa mendengar suara, tetapi juga mulai belajar membedakan bahasa yang digunakan oleh ibunya? Ya, terutama jika Bunda sering menggunakan dua bahasa (bilingual), misalnya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Fenomena ini ternyata berdampak positif bagi perkembangan otak Si Kecil, bahkan sejak ia belum lahir!
Dikutip dari Psypost, para peneliti telah menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa bayi baru lahir dari ibu monolingual merespons secara berbeda terhadap pemutaran stimulus suara yang dipilih secara cermat dibandingkan bayi baru lahir dari ibu bilingual.
Temuan ini menunjukkan bahwa bayi baru lahir bilingual sensitif terhadap variasi akustik ucapan yang lebih luas, dengan konsekuensi kurang selektifnya dalam mendengarkan satu bahasa. Hasil ini menggarisbawahi pentingnya paparan prenatal untuk pembelajaran tentang bicara.
Telah terbukti bahwa bayi dalam kandungan mendengar dan belajar tentang bicara, setidaknya pada trimester ketiga. Misalnya, bayi baru lahir terbukti lebih menyukai suara ibu mereka, mengenali cerita yang telah berulang kali diceritakan kepada mereka saat dalam kandungan, dan membedakan bahasa ibu mereka.
Janin sudah bisa mendengar sejak usia 25 minggu
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa janin mulai dapat mendengar suara dari luar rahim saat usia kehamilan memasuki 25–27 minggu. Suara ibu adalah suara yang paling jelas ia dengar, termasuk intonasi, irama, dan pola bahasa yang digunakan.
Menurut studi yang dipublikasikan University of Washington, bayi baru lahir mampu mengenali dan membedakan dua bahasa yang berbeda jika ibunya sering menggunakan keduanya selama kehamilan. Ini berarti otak janin sudah mulai 'belajar bahasa' bahkan sebelum ia lahir!
"Di sini kami menunjukkan bahwa paparan terhadap ujaran monolingual atau bilingual memiliki efek yang berbeda saat lahir terhadap 'pengodean saraf' nada suara dan bunyi vokal: yaitu, bagaimana informasi tentang aspek-aspek ujaran ini awalnya dipelajari oleh janin," kata seorang peneliti di Institut Ilmu Saraf Universitas Barcelona, dan penulis utama, Dr. Natàlia Gorina-Careta, bersama sebuah studi baru dalam Frontiers in Human Neuroscience.
"Saat lahir, bayi baru lahir dari ibu bilingual tampak lebih sensitif terhadap variasi akustik ujaran yang lebih luas, sementara bayi baru lahir dari ibu monolingual tampaknya lebih selektif menyesuaikan diri dengan satu bahasa yang telah mereka kuasai," tambahnya.
Ilustrasi Janin/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Apa yang terjadi pada otak janin?
Ketika Bunda menggunakan dua bahasa, janin akan terbiasa mendengar irama dan pola bunyi dari kedua bahasa tersebut. Ini membuat area otak yang berfungsi untuk bahasa dan pendengaran menjadi lebih aktif. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal NeuroReport menemukan bahwa paparan terhadap dua bahasa selama kehamilan bisa memperkuat kemampuan bayi untuk mengenali suara dan membedakan struktur linguistik sejak dini.
Selain itu, studi yang dilakukan di Catalonia yang poliglot mengungkapkan bahwa, ibu dari 131 bayi baru lahir berusia satu hingga tiga hari, ada sebanyak 41 persen menjawab dalam kuesioner bahwa mereka hanya berbicara bahasa Katalan (9 persen) atau Spanyol (91 persen) selama kehamilan, termasuk saat berbicara dengan perut mereka yang semakin membesar. 59 persen lainnya telah berbicara dalam dua bahasa (setidaknya 20 persen dari waktu untuk bahasa kedua): Spanyol dan Katalan atau kombinasi salah satunya dengan bahasa-bahasa seperti Arab, Inggris, Rumania, atau Portugis.
“Bahasa bervariasi dalam aspek pengaturan waktu bicara, seperti ritme dan aksentuasi, tetapi juga nada dan informasi fonetik. Ini berarti janin dari ibu bilingual diharapkan terbenam dalam lingkungan akustik yang lebih kompleks dibandingkan janin dari ibu monolingual,” kata Dr. Carles Escera, seorang profesor di lembaga yang sama dan salah satu dari dua penulis korespondensi.
Para peneliti memasang elektroda di dahi bayi untuk mengukur jenis respons otak elektrofisiologis tertentu ‘respons mengikuti frekuensi’ (FFR) terhadap pemutaran berulang stimulus suara yang dipilih secara cermat, berdurasi 250 milidetik dan terdiri dari empat tahap: vokal /o/, transisi, vokal /a/ dengan nada tetap, dan /a/ yang meninggi.
Suara /o a/
“Vokal /o/ dan /a/ yang kontras termasuk dalam repertoar fonetik bahasa Spanyol dan Katalan, yang sebagian menjadi alasan kami memilihnya,” jelas penulis utama bersama Dr. Sonia Arenillas-Alcón dari lembaga yang sama.
“Suara frekuensi rendah seperti vokal-vokal ini juga ditransmisikan melalui rahim dengan cukup baik, tidak seperti suara frekuensi menengah dan tinggi yang mencapai janin dengan cara yang terdegradasi dan dilemahkan,” sambungnya.
FFR mengukur seberapa tepat lonjakan aksi yang dihasilkan oleh neuron di korteks pendengaran dan batang otak meniru fitur gelombang suara dari stimulus tersebut. FFR yang lebih khas merupakan bukti bahwa otak telah dilatih secara lebih efektif untuk menangkap suara tersebut secara tepat. Misalnya, FFR dapat digunakan sebagai ukuran tingkat pembelajaran pendengaran, bahasa, dan keterampilan bicara.
Para penulis menunjukkan bahwa FFR terhadap pemutaran bunyi /o a/ lebih khas, yaitu, lebih terdefinisi dan dengan rasio sinyal terhadap derau yang lebih tinggi, pada bayi baru lahir dari ibu monolingual dibandingkan pada bayi baru lahir dari ibu bilingual.
Kemungkinan trade-off
Hasil ini menunjukkan bahwa otak janin dari ibu monolingual telah belajar menjadi sangat sensitif terhadap nada bahasa. Sebaliknya, otak janin dari ibu bilingual tampaknya menjadi sensitif terhadap rentang frekuensi nada yang lebih luas, tetapi tanpa menghasilkan respons maksimal terhadap salah satunya. Dengan demikian, mungkin terdapat trade-off antara efisiensi versus selektivitas dalam mempelajari nada.
“Data kami menunjukkan bahwa paparan bahasa prenatal memodulasi pengkodean saraf bunyi ujaran yang diukur saat lahir. Hasil ini menekankan pentingnya paparan bahasa prenatal untuk pengkodean bunyi ujaran saat lahir, dan memberikan wawasan baru tentang efeknya,” kata Escera.
Manfaat paparan dua bahasa sejak dalam kandungan
Berikut ini beberapa manfaat apabila janin terpapar dua bahasa sejak di kandungan:
1. Perkembangan kognitif yang lebih baik
Bayi yang terbiasa mendengar dua bahasa sejak dalam kandungan cenderung memiliki fungsi eksekutif yang lebih kuat. Ini mencakup kemampuan memori kerja, pemecahan masalah, dan pengendalian perhatian.
2. Kemampuan bahasa ganda lebih cepat
Anak bilingual sejak dini biasanya lebih cepat dalam memahami dan berbicara dalam dua bahasa, dibandingkan anak yang baru diperkenalkan setelah usia sekolah.
3. Fleksibilitas otak yang lebih tinggi
Paparan dua bahasa membantu otak bayi menjadi lebih fleksibel dan responsif terhadap perbedaan suara, struktur kalimat, dan arti kata.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)