Kisah Ibu Hamil Enggan Kunjungi Mertua karena Dianggap Toxic, Picu Banyak Reaksi

3 hours ago 2

Jakarta -

Menjalin hubungan yang baik dengan ibu mertua bisa jadi tidak mudah bagi sebagian Bunda. Apalagi bila ibu mertua pernah melontarkan komentar yang 'toxic'.

Hal itulah yang dialami seorang Bunda dari Inggris ini. Bunda yang tidak mengungkap identitasnya ini menuliskan curhatan di komunitas Mumsnet dengan judul "Apakah Saya Bersikap Tidak Masuk Akal?"

Dalam unggahannya, Bunda itu mengatakan bahwa sang suami, baru-baru ini menyarankan agar mereka berkendara selama tiga jam bersama anak mereka yang berusia empat tahun untuk mengunjungi orang tuanya selama dua malam. Bunda yang sedang hamil tujuh bulan ini mengaku tidak ingin melakukannya.

Menurutnya, ia dan suami biasanya mengunjungi mertua setahun sekali saat Natal. Namun, mereka berencana melewatkan perjalanan di tahun ini lantaran akan memiliki bayi baru lahir. Oleh karena itu, sang suami berpikir bahwa mereka bisa melakukan kunjungan singkat di awal tahun.

"Saya tidak punya hubungan yang 'tidak sehat' dengan [ibu mertua], tidak ada yang 'kasar'. Tapi, dia bisa menjadi sangat 'sulit' dan membuat komentar yang toxic," katanya, dilansir People.

Menurutnya, sang ibu mertua dulu adalah sosok yang agresif dan kritis. Ibu mertuanya bahkan pernah melontarkan komentar-komentar yang tidak sensitif ketika ia berusaha untuk memiliki momongan. Tak hanya itu, ibu mertuanya juga beberapa kali 'mengamuk' karena tidak setuju dengan pola pengasuhan anak dan menantunya.

"Suami saya jelas ingin pergi dengan anak kami yang berusia empat tahun, [tetapi] anak kami tidak akan senang menghabiskan dua malam jauh dari saya. Itu akan membuat anak saya stres, dan pada akhirnya juga memengaruhi saya," ujar Bunda ini.

"Suami saya bilang, cuma dua malam dan kami jarang pergi, tapi mereka sudah mengunjungi kami sehari sebulan sekali. Apakah saya bersikap tidak masuk akal untuk menolak perjalanan ini saat hamil tujuh bulan, atau haruskah saya mengatupkan gigi dan menurutinya saja?" sambungnya.

Picu beragam komentar dari netizen

Curhatan Bunda ini menuai banyak komentar dari netizen. Ada yang menganggapnya 'tidak fleksibel' karena tak membiarkan suami dan anaknya pergi mengunjungi mertua. Tapi, ada juga yang setuju dengan keputusannya, Bunda.

"Saya pasti akan membiarkan suami saya pergi bersama anak kami. Anak itu akan baik-baik saja selama beberapa malam dan itu akan menjadi latihan yang baik ketika bayinya lahir dan suami kamu perlu lebih banyak mengasuh anak sulung," kata seorang netizen.

"Saya sangat mendukung untuk tidak mengunjungi keluarga dan sangat memahami alasan kamu, tetapi saya rasa akan mengalah atau mengirim suami dan anak saya. Anak-anak selalu lebih baik daripada yang kita bayangkan, dan kamu bisa punya beberapa hari untuk bersantai, tidur siang, dan memiliki kebebasan sebelum bayi lahir," ungkap yang lain.

Ada juga netizen yang berpendapat bahwa Bunda ini seharusnya menoleransi perjalanan yang relatif singkat itu. Apalagi, ia kemungkinan besar tidak perlu berkunjung lagi selama lebih dari setahun.

"Saya pikir pilihan terbaik adalah melanjutkan saja dan pergi. Kamu bisa berpura-pura lelah, dan lainnya, dan berbaring di tempat tidur selama di sana. Setelah itu selesai, kamu bisa pulang dan fokus pada beberapa bulan terakhir kehamilan," ungkap seorang netizen.

Cara menjaga hubungan baik dengan mertua

Perbedaan pandangan dengan mertua terkait kehamilan atau pola asuh bisa saja mengganggu pikiran. Untuk menghindari konflik, Bunda sebaiknya membuat rencana untuk mengomunikasikan hal-hal penting pada mertua.

"Pada masa kehamilan, banyak perubahan dan pemicu stres yang terjadi, dan akan sangat membantu bila kamu mengetahui di mana letak masalah utama, seperti hubungan dengan mertua," kata psikolog di Baptist Health, Jill Garrett, Psy.D., dikutip dari Romper.

Nah, jika sesuatu yang dikatakan atau dilakukan oleh mertua sudah mengganggu Bunda, maka bersikaplah proaktif dalam mengomunikasikan sebelum hal itu terjadi lagi.

"Lakukan komunikasi itu dari waktu ke waktu dan jangan menunggu kebencian atau frustrasi muncul," ujar psikolog di Northwell Health, Jessy Levin, PhD, MPH.

"Bila ada satu komentar, mungkin tidak perlu ditanggapi. Tetapi bila ada sesuatu yang mengganggu, bicaralah meskipun tidak nyaman. Menunggu sampai benar-benar kewalahan atau frustrasi hanya akan membuat Anda menjadi lebih emosional, kurang produktif," sambungnya.

Demikian kisah Bunda hamil yang enggan bertemu ibu mertua karena dianggap 'toxic'.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online