Kondisi Rumah Sakit Wamena Papua Normal Pascaserangan OPM

1 day ago 9

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Kolonel Infanteri Candra Kurniawan mengatakan kondisi di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena, Papua lima hari setelah penyerangan Organisasi Papua Merdeka atau OPM kembali normal. Dia mengatakan rumah sakit itu juga sudah kembali membuka layanan medis kepada masyarakat.

"Situasi sampai saat ini di wilayah Wamena dalam keadaan kondusif," kata Candra saat dihubungi pada Selasa, 3 Juni 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain pelayanan di rumah sakit yang kembali normal, dia mengatakan kegiatan pemerintahan di wilayah tersebut turut membaik. Anak-anak sudah bisa kembali bersekolah, termasuk perempuan yang kini kembali beraktivitas di pasar maupun lingkungan rumah.

Situasi di Wamena sempat dinyatakan berbahaya setelah kelompok OPM dari wilayah Ndugama-Derakma menembak mati seorang anggota kepolisian di depan RSUD Wamena pada 28 Mei lalu. TNI, ujar dia, kini tetap melakukan tugas kewilayahan di Wamena. "Berkomunikasi secara intens dengan unsur forkopimda dan para tokoh," ucapnya.

Dia mengatakan, pasca kejadian penyerangan oleh OPM ke aparat keamanan di RSUD Wamena tersebut, prajurit militer diperintahkan untuk meningkatkan kewaspadaan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya serangan lanjutan dari kelompok separatis di fasilitas publik.

Candra mengatakan, militer turut melakukan komunikasi dan edukasi kepada publik untuk mencegah penyebaran propaganda OPM. Menurut dia, propaganda yang disebarkan oleh OPM itu sengaja dilakukan.

Tujuannya, dia menilai, untuk membangun opini masyarakat seolah situasi di Wamena pasca penyerangan itu mencekam. "Padahal sejatinya situasi kondusif," ucap Candra.

Sebelumnya Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan langkah-langkah terukur dan terkoordinasi guna menjamin keselamatan masyarakat sipil.

“TNI sangat memahami kekhawatiran masyarakat, dengan adanya seruan dari kelompok bersenjata agar warga tidak keluar rumah. Oleh karena itu, pendekatan secara humanis, dialogis kepada tokoh adat dan tokoh agama terus dilakukan,” kata Kristomei dalam pernyataan tertulis, Senin, 2 Juni 2025.

Insiden penembakan aparat keamanan oleh OPM ini terjadi di depan RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua pada Rabu malam, 28 Mei 2025. Korban tewas kini telah dievakuasi ke Jayapura. Diketahui, anggota kepolisian yang menjadi korban ini ditembak di bagian dada kiri sebanyak tiga kali oleh OPM.

OPM Klaim Serang Aparat Keamanan untuk Membela Diri

Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM, Sebby Sambom mengklaim, penyerangan kelompoknya itu dilakukan untuk membela diri. Menurut dia, serangan ke aparat keamanan itu untuk mengusir adanya kehadiran militer di Wamena.

Terlebih lagi, menurut dia, serangan aparat keamanan terhadap warga sipil di Papua tergolong lebih kejam. Dia menyinggung kejadian masuknya tentara negara ke gereja-gereja di Papua. 

Padahal, kata dia, rumah ibadah itu kerap dipakai sebagai tempat berlindung warga sipil saat terjadi kontak tembak antara TNI dan kelompok bersenjata. "Kami membela diri, maka akan menempuh dengan cara apa saja. Salah satunya tembak polisi di depan rumah sakit," kata Sebby saat dihubungi pada Ahad, 1 Juni 2025.

Di sisi lain, Sebby tak menampik bila tindakan kelompoknya yang menyerang aparat keamanan di depan RSUD Wamena melanggar hukum humaniter internasional. Dia berujar, dalam panduan hukum perang rumah sakit dilarang dijadikan sasaran dalam penyerangan.

"Rumah sakit tidak boleh dijadikan sasaran dalam perang," katanya.

Sebby mengakui bahwa belum semua milisi TPNPB OPM memahami panduan perang atau hukum humaniter internasional. Salah satu penyebabnya karena keterbatasan akses pengetahuan, sehingga menghambat milisi yang tersebar di wilayah Papua.

Sebby berujar, pada 2012 silam di Konferensi Tingkat Tinggi TPNPB OPM di Biak, pihaknya sempat mencetak sebanyak 1.000 buku panduan hukum humaniter internasional untuk dibagikan ke kombatan. "Tapi Papua itu besar. Stoknya kini habis, jadi belum dibagikan seluruhnya buku itu," ucap dia.

Rafiif Nur Tahta Bagaskara ikut berkontribusi dalam artikel ini

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online