Mengenal Aturan 25x1 Menit yang Bikin Anak Lebih Terbuka dan Jujur pada Orang Tua

4 hours ago 1

Jakarta -

Anak-anak punya dunianya sendiri yang terkadang sulit untuk Bunda pahami. Tak jarang mereka memilih diam saat ada masalah, padahal di dalam hatinya sangat butuh tempat untuk berbagi.

Bunda pasti sering merasa bingung ketika anak enggan menceritakan apa yang mengganggu pikirannya. Padahal, komunikasi yang baik bisa membantu mereka merasa lebih tenang dan dimengerti.

Kabar baiknya, ada cara sederhana yang bisa membuat anak lebih terbuka tanpa merasa tertekan. Caranya bukan dengan memaksa mereka bercerita, melainkan lewat percakapan singkat tapi rutin.

Melansir dari CNBC Make It, mengajak anak bercerita tentang apa yang sedang mereka alami memang tidak selalu mudah. Namun, menurut psikolog klinis dan terapis keluarga & anak di Newton, Massachusetts, Amerika Serikat, J. Timothy Davis, Ph.D., hal ini bisa menjadi lebih ringan kalau Bunda membiasakan diri untuk bicara dengan anak secara konsisten.

Saat anak lagi menghadapi masalah, psikolog ini menyarankan metode yang disebut "aturan parenting 25x1 menit". Jadi, apa sebenarnya maksud dari aturan parenting ini?

Mengenal metode parenting 25x1 menit untuk anak

Menilik dari CNBC Make it, metode parenting 25x1 menit merupakan cara sederhana di mana orang tua diajak untuk ngobrol singkat dengan anak secara konsisten.

Alih-alih satu pembicaraan panjang yang melelahkan, metode ini lebih menekankan percakapan singkat berulang agar anak merasa lebih nyaman untuk membuka dirinya, Bunda.

"Selama bertahun-tahun bekerja dengan anak dan orang tua, saya menemukan bahwa kalau pembicaraan besar dipecah jadi potongan kecil di mana kamu belajar sesuatu, itu bisa jadi awal dari obrolan berikutnya," jelas psikolog Davis.

Menurutnya, obrolan singkat justru bisa menjadi pintu masuk untuk melanjutkan komunikasi yang lebih dalam pada anak.

"Kamu tetap bisa sampai ke tujuan akhirnya, tapi dengan cara yang lebih sukses," tambahnya.

Davis menilai, bahwa obrolan panjang justru berisiko membuat anak merasa kewalahan. Anak juga lebih mudah kehilangan fokusnya ketika harus mendengarkan penjelasan yang terlalu lama.

Obrolan singkat tidak harus benar-benar satu menit, Bunda. Davis memberikan panduan durasi 3 sampai 8 menit agar percakapan tetap berjalan nyaman dan efektif.

"Kadang kamu mulai ngobrol sama anak, lalu mereka tiba-tiba terbuka banget, dan rasanya pengen terus ngegali. Tapi kamu harus nahan diri buat nggak memaksimalkan momen itu," ujar Davis.

"Itu saat yang tepat untuk benar-benar peka terhadap emosi mereka supaya nggak kebablasan dan berubah jadi pengalaman negatif. Lebih baik akhiri dengan masih ada ruang tersisa tapi semua merasa nyaman, daripada maksa gali habis-habisan lalu bikin suasana jadi nggak enak," sambungnya.

Hal penting dalam menerapkan metode parenting 25x1 menit

Psikolog J. Timothy Davis, Ph.D. menyarankan Bunda untuk memperhatikan tiga hal utama saat mencoba metode ini. Simak penjelasan lengkapnya:

1. Niat

Masuklah ke obrolan dengan tujuan ingin tahu sesuatu tentang anak. Dengarkan baik-baik, perhatikan reaksi mereka, lalu Bunda bisa gunakan hal itu sebagai bahan obrolan selanjutnya.

2. Nada

Menurut Davis, penting untuk Bunda membuat obrolan tentang perasaan menjadi pengalaman yang positif bagi anak. Jangan sampai anak menganggap setiap obrolannya berarti mereka sedang dimarahi atau dikritik.

"Kita ingin ngobrol tentang perasaan jadi pengalaman yang positif," kata Davis.

3. Waktu

Anak biasanya lebih terbuka saat mereka merasa rileks. Itu sebabnya, Davis menyarankan Bunda untuk bicara di perjalanan mobil (saat tidak saling bertatap muka) atau menjelang tidur ketika mereka lebih tenang.

Misalnya, Bunda mendapat email dari guru bahwa anak Bunda tidak mengumpulkan tugas matematika. Bunda bisa melihat contoh percakapannya berikut ini:

Bunda: "Aku dapat email dari gurumu, katanya kamu belum ngumpulin beberapa tugas matematika. Kenapa ya?"

Anak: "Matematika itu menakutkan,"

Dari obrolan singkat ini, Bunda bisa tahu anak mungkin merasa kesulitan dengan pelajaran matematika dan kurang nyaman dengannya. Lalu, obrolan berikutnya bisa berlanjut seperti ini:

Bunda: "Hei, aku kepikiran soal yang kamu bilang, matematika itu menakutkan. Aku juga ingat dulu terkadang matematika sangat sulit sekali,"

Anak: "Iya, soalnya guru suruh untuk nunjukin semua cara kerjanya,"

Dari dua obrolan singkat itu, Bunda bisa melihat kalau anak sebenarnya paham pelajaran matematika, hanya saja ia merasa bingung kenapa harus memperlihatkan langkah pengerjaannya.

Cara ini jauh lebih efektif dibanding Bunda langsung memarahi anak yang tidak mengumpulkan tugas, karena Bunda bisa memahami lebih dulu akar masalah yang sebenarnya terjadi.

"Lewat obrolan singkat yang nggak bikin stres, kamu bisa dapat insight baru tanpa bikin anak kewalahan. Jadi, mereka lebih punya asosiasi positif untuk terbuka, bukan negatif," jelas psikolog Davis.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online