TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membeberkan empat penyakit masyarakat Indonesia yang paling banyak menyebabkan kematian. Salah satu yang paling tinggi ialah penyakit stroke dengan tingkat kematian mencapai 300 ribu orang per tahun.
Budi mengatakan salah satu pemicu penyakit ini adalah lalainya pengawasan masyarakat terhadap kesehatannya sendiri. Sehingga, tutur Budi, meski tubuh sudah menunjukkan sinyal tertentu, ia telat menyadari. "Telat penanganan dan baru sadar pas sudah parah. Ibu saya juga seperti itu," kata Budi dalam sebuah forum diskusi tentang Visi Kesehatan Era Prabowo di Jakarta, Sabtu, 17 Mei 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lainnya, penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian kedua adalah penyakit jantung. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka kematian karena jantung mencapai 95,68 per 100.000 penduduk. Penyakit ini disebabkan oleh faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan pola makan yang tidak sehat.
Setelah stroke dan jantung, Budi menjelaskan kanker dan ginjal menempati posisi ketiga dan keempat sebagai penyakit paling mematikan. "Penyakit kronis ini tidak langsung menyebabkan seseorang meninggal dunia, tetapi dapat membunuhnya secara perlahan-lahan," kata dia.
Budi menjelaskan, biasanya seseorang yang terkena gagal ginjal akan mengalami kerusakan organ ginjal dalam waktu 4-5 tahun. Namun, penyakit itu baru akan terasa ketika sudah mengalami kerusakan parah. “Fungsi ginjal turun, langsung besoknya meninggal. Enggak. Dia tuh, organ kita tuh, rusaknya tuh 4 tahun, 5 tahun, baru meninggal,” tuturnya.
Oleh karena itu, Budi mengimbau agar masyarakat memanfaatkan program cek kesehatan gratis (CKG) untuk memitigasi adanya fenomena-fenomena tersebut. Dengan mengetahui kondisi tubuh lebih awal, Budi berujar penyakit apapun memiliki peluang besar untuk sembuh.
Adapun saat ini, sebanyak 5 juta orang sudah melakukan pemeriksaan melalui program Cek Kesehatan Gratis. Budi menargetkan program unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ini bisa menjangkau 40 juta orang pada akhir 2025 dan mencapai 280 juta jiwa dalam 5 tahun mendatang.