Penerima Program MBG Tembus 35,4 Juta Orang, Tujuh Kali Lipat Populasi Singapura

4 hours ago 1

loading...

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah menargetkan perbaikan gizi bagi siswa PAUD hingga SMA/SMK, serta ibu hamil dan menyusui. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah menargetkan perbaikan gizi bagi siswa PAUD hingga SMA/SMK, serta ibu hamil dan menyusui. Meski dampak kesehatannya tidak instan, para ahli gizi meyakini program ini akan menunjukkan hasil signifikan dalam kurun satu tahun. Hingga 15 Oktober 2025, jumlah penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) mencapai 35,4 juta orang. Jumlah tersebut tujuh kali lipat populasi Singapura.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Hardinsyah menjelaskan waktu untuk merasakan dampak program ini bervariasi. "Dampak gizinya bisa dirasakan tiga bulan sampai satu tahun kemudian, tergantung usia penerima manfaat. Kalau anak-anak, lebih cepat efektivitasnya," ujarnya.

Hardinsyah menekankan bahwa MBG merupakan investasi jangka panjang untuk memutus mata rantai stunting, yang merupakan masalah lintas generasi. "Anak-anak remaja kita saat ini, 15 tahun lagi akan dewasa dan menjadi orang tua. Maka sejak remaja kita cegah (stunting) agar keturunannya sehat, melalui intervensi pemenuhan gizi," jelasnya.

Baca Juga: Muhammadiyah Bangun 105 SPPG untuk Dukung Program MBG

Tidak hanya itu, pemberian gizi untuk anak sekolah diyakini lebih dari sekadar mendukung pertumbuhan fisik, tetapi juga meningkatkan kemampuan kognitif dan daya belajar. Secara teknis, dampak MBG dapat diukur melalui pemantauan tinggi dan berat badan siswa secara berkala di sekolah. Untuk balita, pengukuran dilakukan setiap bulan di posyandu mengingat fase pertumbuhannya yang sangat cepat. Namun begitu, agar semua tujuan program ini tercapai dengan baik, keamanan pangan adalah aspek kunci dalam pelaksanaan MBG.

Menurut Hardinsyah, aspek keamanan pangan dalam MBG merupakan faktor yang tidak bisa ditawar dan harus diawasi dengan ketat. Setelah aspek keamanan pangan ini terpenuhi, unsur kedua yang perlu jadi perhatian adalah enak atau tidak panganan yang disajikan.

"Kalau berbicara asupan gizi, itu adalah suatu hal yang tidak tampak. Begitu makanan aman, kemudian makanan disukai, otomatis gizi itu ikut terserap tubuh. Jadi makanan itu harus aman dahulu, karena itu pengawasan menjadi sangat penting," tegasnya.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online