Peraih UMY Awards 2025 Novel Baswedan: Praktik Korupsi Itu Nyata dan Masif

7 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan mendapat penghargaan UMY Awards 2025 dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Penghargaan ini diberikan dalam rangkaian peringatan Milad ke-44 UMY di Ballroom UMY Student Dormitory pada Senin 28 April 2025 atas dedikasi Novel di bidang hukum dan hak asasi manusia (HAM).

Dalam sambutannya, Novel menyebut penghargaan yang diterimanya sebagai bentuk perhatian dan dukungan terhadap upaya penegakan hukum dan HAM di Tanah Air. Ia juga menekankan pentingnya membangun kepedulian dan integritas sebagai fondasi utama untuk membangun bangsa, terutama di tengah berbagai tantangan sosial dan politik yang tengah dihadapi Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya menyadari betul, banyak pejuang di pelosok negeri yang berkorban tanpa sorotan publik, sering kali dalam keterbatasan. Penghargaan dari UMY ini menjadi bentuk perhatian dan dukungan nyata terhadap upaya penegakan hukum dan HAM di Indonesia,” kata Novel Baswedan, dikutip dari siaran pers UMY, .

Novel menyoroti bahwa korupsi bukan sekadar masalah administratif, melainkan ancaman nyata yang merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa. Ia menegaskan, korupsi yang terjadi di berbagai sektor—mulai dari pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), eksplorasi sumber daya alam, hingga penegakan hukum — menjadi hambatan serius bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

“Kita tidak berbicara dalam ruang hampa. Kita bisa menyaksikan sendiri bagaimana praktik korupsi merusak peradaban. Tidak mungkin pemerintahan berjalan efektif bila korupsi masih mengakar. Hari ini, praktik korupsi itu nyata, masif, dan telah menggagalkan banyak visi dan misi pemerintahan,” kata Novel, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Satuan Tugas Khusus Pencegahan Korupsi Polri.

Lebih lanjut, Novel menekankan bahwa membangun bangsa tidak cukup hanya dengan kecerdasan intelektual, melainkan juga harus dibarengi dengan kepekaan sosial. Ia mengingatkan bahwa ilmu pengetahuan tanpa kepedulian akan kehilangan maknanya dalam upaya memperbaiki kondisi masyarakat.

Dalam konteks ini, Novel memberikan apresiasi kepada UMY dan Muhammadiyah yang terus mendorong pembentukan karakter generasi muda melalui nilai-nilai keadilan, kepedulian sosial, dan integritas. Menurutnya, pendidikan karakter yang kuat adalah pondasi penting dalam melahirkan aparat dan pemimpin yang jujur, adil, dan berkomitmen terhadap pemberantasan korupsi.

“Kita memiliki banyak pekerjaan rumah dalam membangun kepedulian dan integritas. Banyak orang berilmu, namun tidak mampu membaca realitas sosial di sekitarnya. Tanpa kepedulian, ilmu tidak akan bermanfaat. Kepedulian itulah yang membuat kita kuat, berguna, dan bermartabat,” kata Novel.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Selasa, 29 Mei 2025, Novel mengatakan pihaknya menyampaikan terima kasih atas penghormatan dan apresiasi yang disampaikan dari UMY yang begitu tinggi. Sebab, menurutnya banyak pihak yang berjuang untuk antikorupsi dan HAM, tetapi tidak mendapatkan perhatian karena tidak mendapatkan cukup akses publikasi.

“Dengan adanya award ini, diharapkan mereka ke depan bisa mendapatkan penghormatan, perhatian dan dukungan,” katanya kepada Tempo.co, Selasa, 29 April 2025.

Mantan penyidik senior KPK ini berpendapat perlu adanya dorongan agar masyarakat terbiasa dengan kepedulian terhadap setiap masalah. Terutama, kata dia, terkait dengan anti korupsi, keadilan dan perlindungan HAM. Karena menurut Novel kepedulian terhadap polemik-polemik di Tanah Air justru akan bermanfaat untuk masyarakat itu sendiri.

Novel juga menyinggung soal banyak orang termasuk kalangan akademisi bergelar tinggi tapi terlihat tidak memiliki masalah karena bersikap apatis. Menurutnya pengetahuan terhadap masalah hanya bisa terjadi bila ada kepedulian. Sehingga, kata dia, orang yang peduli bisa memotret permasalahan.

Orang yang mampu memotret masalah, tahu masalah, maupun punya masalah, akan mempunyai kesempatan untuk menggunakan ilmunya guna menyelesaikan masalah. Dengan begitu, Novel berpendapat, setiap masalah mesti dilihat sebagai opportunity atau kesempatan. Agar dengan ilmu yang dimiliki bisa membuat solusi untuk inovasi dan kreatifitas.

“Sehingga pada prinsipnya kita perlu peduli dgn org lain, dgn lingkungan, dgn masyarakat luas, dan itu adalah kebutuhan kita,” katanya.

Di sisi lain, berdasarkan pengalaman Novel, sikap kepedulian memang sering mendatangkan kesulitan, menyusahkan, dan bahkan membahayakan atau berisiko. Hal inilah yang membuat masyarakat kemudian ogah peduli terhadap masalah. Dalam pandangan Novel, setidaknya ada tiga hal yang membuat masyarakat tetap akan peduli terhadap masalah kendati mendapatkan kesulitan.

Pertama, setiap orang yang berbuat kebaikan, pada dasarnya dia berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri dan Tuhan pasti akan membalasnya dengan kebaikan pula untuk dirinya. Kedua, Tuhan adalah sebagaimana persangkaan hamba-Nya, jika Tuhan disangkakan baik maka demikianlah adanya sifat Tuhan, dan sebalik. Dengan begitu, kata dia, masyarakat harus selalu yakin, optimis, dan berfikir positif walau kenyataan berbanding sebaliknya.

“Ketiga, nasehat Rasulullah SAW kepada Abdullah bin Abas, bahwa seandainya semua manusia bersatu padu (berkolaborasi/ bersekongkol) untuk memberikan manfaat atau mendatangkan mudharat/mencelakai kita, niscaya mereka tidak akan mampu. Kecuali hanya yang telah Allah takdirkan saja. Dengan begitu maka kita tidak perlu takut, tidak juga perlu bergantung atau bersandar kepada manusia (apapun jabatannya atau berapapun kekuasaannya),” kata Novel.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online