loading...
Putri Bajrakitiyabha Narendira Debyavati Mahidol, calon pewaris takhta Raja Thailand Maha Vajiralongkorn tapi terjebak dalam koma hampir 3 tahun. Foto/UN Photo/Jean-Marc Ferré
JAKARTA - Di jantung Kerajaan Thailand yang gemerlap dengan tradisi dan kekuasaan absolut, tersembunyi sebuah kisah duka yang nyaris membeku dalam waktu. Namanya Putri Bajrakitiyabha Narendira Debyavati Mahidol—atau akrab disebut Putri Bha—seorang bangsawan cerdas, berpendidikan tinggi, dan dipersiapkan untuk menjadi masa depan monarki.
Namun sejak Desember 2022, putri cantik itu terbaring koma di rumah sakit kerajaan, membuat rakyat dan istana terjebak dalam ketidakpastian yang panjang.
Selama hampir tiga tahun, Thailand menyimpan kisah pilu tentang seorang calon pemimpin perempuan pertama yang kini hanya bisa bernapas dengan bantuan mesin. Dia dijuluki media asing sebagai “Sleeping Princess of Thailand.”
Baca Juga: Karier Militer Mayjen Sineenat Wongvajirapakdi, Selir Resmi Raja Thailand Sepanjang Sejarah
Profil Putri Bha Si Sleeping Princess Thailand
Putri Bajrakitiyabha Narendira Debyavati Mahidol lahir pada 7 Desember 1978. Dia adalah putri sulung Raja Maha Vajiralongkorn (Rama X) dari pernikahan pertamanya dengan Putri Soamsawali Kitiyakara, sepupu sekaligus keturunan bangsawan terhormat.
Sejak kecil, Putri Bha hidup dalam gemblengan disiplin keluarga kerajaan. Pendidikan formalnya tak main-main, yakni termasuk Sarjana Hukum dari Universitas Thammasat di Bangkok, gelar PhD dari Cornell University di Amerika Serikat—salah satu kampus Ivy League ternama, dan Magister Hubungan Internasional juga dari universitas yang sama.
Dengan kemampuan bahasa Inggris yang fasih dan wawasan internasional, Putri Bha menjadi simbol kebanggaan baru bagi rakyat Thailand—modern, cerdas, dan berwibawa, namun tetap menjunjung nilai-nilai Buddhisme dan tradisi monarki.
Berbeda dengan sebagian bangsawan yang hidup dalam kemewahan, Putri Bha memilih jalur pengabdian publik. Dia pernah bekerja sebagai jaksa di Kantor Kejaksaan Agung Thailand, menangani kasus-kasus hukum internasional dan hak asasi manusia.
Pada 2012, dia diangkat menjadi Duta Besar Thailand untuk Austria, Slovakia, dan Slovenia, sekaligus Perwakilan Tetap untuk PBB di Wina.