Samsung Raup Laba Tertinggi Sejak 2022 Berkat Chip AI

4 hours ago 2

Selular.id – Gelombang kecerdasan buatan (AI) membawa angin segar bagi Samsung Electronics. Raksasa teknologi asal Korea Selatan itu memproyeksikan laba kuartal ketiga (Q3) 2025 terbesar sejak tahun 2022, didorong oleh kenaikan harga chip memori yang terkait dengan produksi chip AI.

Panduan pendapatan yang dirilis perusahaan menunjukkan estimasi pendapatan mencapai 86 triliun won (sekitar US$60 miliar) dan laba operasional sekitar 12,1 triliun won (US$8,5 miliar).

Angka tersebut mencerminkan peningkatan signifikan dibandingkan periode sama tahun lalu. Pendapatan naik 32%, sementara laba melonjak 8,7%. Kenaikan ini sejalan dengan tren pemulihan di industri semikonduktor, khususnya untuk chip memori DRAM dan NAND flash yang banyak digunakan di pusat data untuk mendukung komputasi AI.

Harga chip memori telah menunjukkan tren positif dalam beberapa bulan terakhir. Permintaan yang kuat akan memori untuk aplikasi AI, termasuk di data center, menjadi pendorong utama. Meski demikian, laporan juga menyoroti bahwa permintaan untuk chip memori bandwidth tinggi (HBM) generasi mutakhir Samsung ternyata lebih lambat dari perkiraan awal.

Samsung Q3 earnings guidance predicts solid gains

Pemulihan kinerja keuangan Samsung ini merupakan kabar baik setelah perusahaan sempat mengalami masa sulit. Sebelumnya, laba Samsung sempat anjlok 96% untuk Q2-2023, mencatatkan level terendah sejak 2008. Transformasi yang terjadi dalam setahun terakhir menunjukkan ketahanan bisnis inti Samsung di tengah dinamika pasar yang fluktuatif.

Lonjakan pendapatan dan laba ini tidak terlepas dari strategi diversifikasi bisnis Samsung. Perusahaan tidak hanya mengandalkan penjualan perangkat keras seperti smartphone, tetapi juga komponen pendukungnya. Sebagian besar keuntungan Samsung bersumber dari bisnis perangkat keras terkait layar, RAM, penyimpanan NAND flash, dan kamera yang digunakan oleh berbagai merek gadget di pasar.

Posisi Samsung sebagai pembuat chip terbesar dunia memberikan keuntungan strategis dalam merespons lonjakan permintaan chip AI. Namun, perusahaan tetap menghadapi tantangan dalam persaingan teknologi HBM, di mana pesaing seperti SK Hynix dinilai lebih unggul. Situasi ini mengingatkan pada analisis sebelumnya tentang bagaimana Samsung tertinggal dalam ledakan AI dan harus mengakui keunggulan kompetitor.

Pemulihan kinerja Samsung juga terjadi di tengah lingkungan bisnis global yang penuh ketidakpastian. Kebijakan perdagangan internasional, termasuk tarif impor AS yang mempengaruhi industri smartphone global, tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai oleh seluruh pelaku industri, termasuk Samsung.

Kinerja kuartalan yang positif ini sekaligus membedakan Samsung dari beberapa pemain industri lainnya yang masih mengalami tekanan. Seperti yang pernah dialami Foxconn, di mana paceklik sempat mendera perusahaan mitra produksi Apple tersebut, menunjukkan betapa dinamisnya lanskap manufaktur elektronik global.

Meski menghadapi tantangan di segmen HBM, performa keseluruhan bisnis chip Samsung tetap solid. Permintaan akan DRAM dan NAND flash untuk server AI terus menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Tren ini diperkirakan akan berlanjut seiring dengan ekspansi infrastruktur cloud dan data center di berbagai belahan dunia.

Pencapaian Samsung di Q3 2025 ini menjadi penanda penting dalam perjalanan perusahaan setelah melalui periode penuh tantangan. Dari laba yang anjlok drastis di 2023, perusahaan berhasil bangkit dan memanfaatkan momentum ledakan AI dengan efektif. Transformasi ini menunjukkan kemampuan adaptasi Samsung dalam menghadapi perubahan pasar yang cepat.

Perbandingan dengan kinerja vendor lain seperti Xiaomi yang juga mencatatkan pertumbuhan melalui smartphone menggarisbawahi berbagai strategi yang diterapkan perusahaan teknologi untuk tetap kompetitif di pasar yang semakin ketat.

Proyeksi ke depan, Samsung diperkirakan akan terus mempertahankan momentum positif ini, meski perlu mengatasi keterbatasan di segmen HBM. Inovasi dan investasi dalam teknologi chip generasi berikutnya akan menjadi kunci bagi perusahaan untuk mempertahankan posisinya di puncak industri semikonduktor global.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online