Bunda, saat usia kehamilan memasuki minggu ke-16 hingga ke-20, dokter biasanya sudah bisa melihat jenis kelamin janin lewat USG. Di momen inilah muncul dilema yang sering bikin calon orang tua bimbang: apakah ingin tahu jenis kelamin bayi sekarang atau nanti saja saat persalinan tiba?
Fenomena gender reveal kini semakin populer, bukan hanya sebagai tren media sosial, tetapi juga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan. Namun di balik balon warna biru dan merah muda, ada pertimbangan yang lebih dalam mengapa sebagian orang tua memilih untuk tahu lebih awal, sementara yang lain memilih menundanya.
"Sangat sedikit kejutan dalam hidup yang baik. Terutama yang bukan kejutan medis: Memiliki bayi dan menunggu untuk mengetahui jenis kelaminnya hingga lahir adalah salah satu kejutan terbaik di dunia," kata Sarah Larkin, seorang teknisi ultrasonografi di Cedar Rapids, dikutip dari Yahoo Life.
Alasan orang tua memilih ketahui jenis kelamin bayi sejak dini
Berikut beberapa alasan yang sering menjadi dasar keputusan orang tua saat memilih mengetahui jenis kelamin janin sejak dini:
1. Agar persiapan lebih terarah
Mengetahui jenis kelamin bayi sejak awal memudahkan calon orang tua dalam melakukan persiapan, mulai dari menata kamar, memilih pakaian, hingga menentukan warna dan tema perlengkapan. Dengan begitu, kebutuhan bayi dapat disiapkan secara lebih matang dan efisien.
2. Memperkuat ikatan emosional Bunda dan janin
Bagi sebagian Bunda, mengetahui jenis kelamin bayi membuat hubungan dengan janin terasa lebih nyata. Mereka merasa lebih mudah membayangkan masa depan anak, memanggilnya dengan nama, dan membangun kedekatan emosional sejak dini.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Reproductive and Infant Psychology, menemukan bahwa Bunda yang mengetahui jenis kelamin janin lebih awal cenderung memiliki ikatan emosional lebih kuat dengan bayinya sejak masa kehamilan.
3. Memudahkan pemilihan nama
Menentukan nama bayi kerap menjadi hal yang memakan waktu. Dengan mengetahui jenis kelamin sejak awal, pasangan dapat lebih fokus memilih nama yang sesuai dan bermakna, tanpa perlu menyiapkan banyak alternatif.
4. Pertimbangan medis atau genetik
Dalam kondisi tertentu, dokter mungkin menyarankan pemeriksaan jenis kelamin untuk alasan medis, terutama jika ada risiko penyakit genetik tertentu. Mengetahui jenis kelamin lebih awal bisa membantu perencanaan medis yang lebih baik bagi keluarga.
Gender Reveal/ Foto: HaiBunda/Novita Rizki
Tak sedikit juga orang tua yang memilih menunggu mengetahui jenis kelamin bayi hingga hari melahirkan. Ini beberapa alasannya:
1. Menikmati kejutan kehidupan
Ada pasangan yang menganggap menunggu hingga hari kelahiran adalah bagian dari keajaiban menjadi orang tua. Mereka ingin merasakan momen pertama kali mengetahui jenis kelamin bayi langsung di ruang bersalin, menjadikannya pengalaman yang tak terlupakan.
Menurut penelitian dari Cambridge University menyebutkan bahwa keputusan untuk menunda tahu jenis kelamin sering kali berkaitan dengan nilai spiritual dan persepsi akan 'misteri kehidupan' yang membuat pengalaman kehamilan terasa lebih bermakna.
2. Menghindari bias atau ekspektasi gender
Beberapa orang tua memilih menunda agar tidak terpengaruh oleh persepsi atau ekspektasi tertentu terhadap anak laki-laki atau perempuan. Dengan begitu, fokus mereka tetap pada kesehatan dan kebahagiaan bayi tanpa memikirkan stereotip.
3. Menolak tekanan tren sosial
Popularitas gender reveal party kadang menimbulkan tekanan untuk ikut serta dalam tren serupa. Ada pasangan yang justru memilih menjaga privasi, menghindari konsumtivisme, dan memaknai kehamilan dengan cara yang lebih sederhana.
4. Alasan nilai dan spiritualitas
Bagi sebagian keluarga, menjaga misteri jenis kelamin bayi adalah bagian dari perjalanan spiritual. Mereka ingin menghargai proses alami kehamilan dan menyerahkan kejutan itu pada waktu yang telah ditentukan Tuhan.
Kapan jenis kelamin bayi bisa diketahui?
Secara medis, jenis kelamin bayi umumnya dapat diketahui dengan beberapa alat tes kehamilan rumahan yang mampu mendeteksi kromosom pria dalam darah ibu hamil sejak usia kehamilan tujuh minggu. Tes DNA SneakPeek Early, misalnya, mengklaim tingkat efikasi 99,9 persen, asalkan sampel yang dikumpulkan tidak terkontaminasi DNA laki-laki yang sudah tinggal di rumah.
Selain itu ada Tes prenatal non-invasif (NIPT) yang dapat memisahkan DNA perempuan dari bayinya, mengidentifikasi jenis kelamin janin melalui pemeriksaan darah. Tes DNA janin genetik ini juga menyaring kelainan kromosom seperti fibrosis kistik dan sindrom Down, tetapi tidak ditanggung oleh semua penyedia asuransi dan dapat menimbulkan biaya besar.
Ada juga cara yang lebih tradisional untuk mengetahui jenis kelamin bayi melalui USG: teknik non-invasif yang digunakan untuk menangkap gambar di dalam tubuh.
"Untuk memastikannya, dokter lebih suka menunggu hingga USG 20 minggu. Pada saat itu, alat kelamin telah cukup terbentuk untuk dapat dikenali sepenuhnya," kata Larkin, yang telah melakukan USG selama 15 tahun.
Larkin mengatakan alat kelamin bayi terkadang sudah terlihat sejak usia kehamilan 14 minggu, tetapi gambar-gambar tersebut tidak selalu akurat karena bayi dapat berputar dan berputar di dalam rahim.
"Tubuh mereka dapat menyembunyikan apa yang perlu kita lihat. Jika mereka menghadap ke bawah atau ke belakang, kita tidak akan bisa melihatnya,” ujar Larkin.
Pada akhirnya, tidak ada pilihan yang benar atau salah dalam hal mengetahui jenis kelamin bayi. Setiap pasangan memiliki alasan yang berakar pada nilai, kesiapan, dan pengalaman masing-masing. Yang terpenting adalah menjaga kesehatan ibu dan janin, serta menikmati setiap tahap kehamilan dengan bahagia. Keajaiban menjadi orang tua tidak terletak pada warna biru atau merah muda, tetapi pada momen ketika bayi lahir sehat dan membawa kebahagiaan bagi keluarga.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)