loading...
Warga kembali ke wilayah mereka yang telah dihancurkan Israel di Jalur Gaza. Foto/anadolu
KAIRO - Donald Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi akan memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) internasional untuk membahas usulan presiden Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang Israel di Gaza di Sharm el-Sheikh pada hari Senin (13/10/2025).
Pertemuan tersebut akan melibatkan para pemimpin dari lebih dari 20 negara, demikian pernyataan kepresidenan Mesir pada hari Sabtu.
“Pertemuan ini bertujuan mengakhiri perang di Jalur Gaza, meningkatkan upaya mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, dan mengantarkan era baru keamanan dan stabilitas regional," ungkap pernyataan tersebut.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan mereka akan hadir, bersama dengan Giorgia Meloni dari Italia dan Pedro Sanchez dari Spanyol. Presiden Prancis Emmanuel Macron juga telah mengonfirmasi kehadirannya.
Belum jelas apakah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, atau perwakilan kelompok Hamas Palestina lainnya, akan hadir.
Pengumuman ini muncul ketika puluhan ribu warga Palestina mengalir ke utara di sepanjang pantai Gaza, dengan berjalan kaki, mobil, dan kereta, kembali ke rumah-rumah mereka yang terbengkalai dan sebagian besar hancur di Jalur Gaza, sementara gencatan senjata antara Israel dan Hamas tampaknya masih berlaku.
Pasukan Israel sebagian ditarik mundur berdasarkan fase pertama perjanjian yang ditengahi AS yang dicapai pekan ini untuk mengakhiri perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 67.000 orang dan membuat sebagian besar wilayah kantong yang dilanda kelaparan itu hancur.
Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Kota Gaza, mengatakan, “Gencatan senjata mengakhiri satu bentuk kekerasan, tetapi perjuangan terus berlanjut."
"Orang-orang menempuh perjalanan yang melelahkan ini kembali ke sini (di utara) karena mereka memang milik di sini. Mereka terus mengatakan kepada kami bahwa mereka milik bagian wilayah Palestina di Jalur Gaza ini, dan mereka tidak akan pernah diusir dari sini," ungkap Mahmoud.
"Tetapi bermalam di sini akan sangat sulit," papar dia. “Perjuangan untuk bertahan hidup terus menghadirkan dirinya dengan cara yang paling agresif, bukan setiap hari, melainkan setiap jam.”
Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan 5.000 operasi publik telah dilakukan setelah gencatan senjata diberlakukan untuk meningkatkan kehidupan warga Palestina di wilayah kantong tersebut.
Di antaranya terdapat lebih dari 850 misi penyelamatan dan bantuan yang dilakukan Pertahanan Sipil Gaza, kepolisian, dan tim kota untuk mengevakuasi jenazah, membersihkan puing-puing, dan mengamankan area yang hancur.
“Sekitar 150 jenazah telah dievakuasi dari berbagai wilayah di wilayah kantong tersebut sejak Jumat pagi,” ungkap Pertahanan Sipil.