Selular.ID – Sampah ponsel dan perangkat elektronik lainnya, kini telah menjadi masalah serius karena ledakan konsumsi gawai yang menghasilkan timbunan sampah elektronik (e-waste).
Masalah ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga kesehatan manusia, karena perangkat mengandung zat beracun seperti timbal dan merkuri.
Sejumlah operator di dunia pun tergerak untuk mendorong program daur ulang sampah ponsel dan perangkat elektronik. Terbaru adalah langkah jitu yang dilakukan Deutsche Telekom.
Demi mendorong animo masyarakat, operator Jerman itu membawa komitmen daur ulang perangkat ke tingkat yang lebih tinggi, menawarkan emas sebagai imbalan atas ponsel bekas untuk memacu minat konsumen di pasar domestik.
Hadiah 1 kg emas merupakan hadiah tertinggi dari serangkaian penawaran yang disiapkan Deutsche Telekom untuk mulai memanfaatkan tumpukan ponsel bekas yang diperkirakan mencapai 195 juta unit.
Tawaran barter ponsel bekas dengan emas menjadi opsi menguntungkan, mengingat harga emas yang belakangan terus meningkat, sehingga dapat menjadi ladang investasi menarik.
Selain emas, Deutsche Telekom juga menawarkan tiket untuk berbagai pertandingan sepak bola di liga domestik, beserta voucher untuk toko merchandise resmi Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB).
Deutsche Telekom menjelaskan bahwa mereka menawarkan hadiah untuk mendorong daur ulang perangkat seiring dengan upaya mereka untuk mengembangkan skema yang telah menghasilkan lebih dari 11 juta ponsel yang dikembalikan di seluruh grup pada akhir 2024.
Seperti halnya banyak operator lain, inisiatif Deutsche Telekom kini melampaui ponsel, dengan modem, router, repeater, dan penerima TV juga termasuk dalam cakupannya.
Operator terbesar di Jerman itu, telah mengumpulkan lebih dari 4,6 juta perangkat tersebut hingga akhir 2024 dan merekondisi 1,4 juta perangkat di pasar domestiknya untuk digunakan kembali.
Deutsche Telekom bertujuan untuk dapat mendaur ulang semua teknologi TI dan jaringan serta sebagian besar perangkat yang digunakan pada 2030.
Promosi di pasar domestik akan berlangsung hingga 15 November mendatang. Mekanismenya, pelanggan menerima satu tiket undian berhadiah per perangkat, hingga maksimum sepuluh tiket.
Baca Juga: LG Gelar Kampanye Daur Ulang Sampah Elektronik di Indonesia
Kapasitas Daur Ulang Tidak Sesuai dengan Gunungan Sampah
Untuk diketahui, sampah elektronik, seperti ponsel bekas hingga lemari es, telah mencapai rekor tertinggi secara global dan tumbuh lima kali lebih cepat dibandingkan tingkat kemampuan daur ulang.
Seperti dilansir Kompas, fenomena ini membawa sejumlah masalah kesehatan, lingkungan, dan iklim yang serius. Jumlah sampah elektronik telah sangat mencengangkan.
Menurut laporan United Nations Global E-waste yang dirilis Rabu (20/3/2024), pada tahun 2022 dunia menghasilkan 62 juta metrik ton sampah elektronik atau “e-waste”. Sebagai gambaran, jumlah sampah sebanyak itu dapat memenuhi 1,5 juta truk berukuran 40 metrik ton.
Saat dunia menjadi semakin bergantung pada barang-barang elektronik, dan jumlah barang elektronik yang dijual di negara-negara berkembang semakin meningkat, volume sampah berbahaya itu meningkat pesat.
Laporan United Nations Global E-waste menambahkan, sampah elektronik global pada 2022 meningkat 82 persen dibandingkan 2010, dan diperkirakan akan meningkat 32 persen hingga mencapai 82 juta metrik ton pada 2030.
Di sisi lain, peningkatan kapasitas daur ulang ternyata tidak seiring dengan peningkatan jumlah sampah itu.
Menurut laporan tersebut, kurang dari seperempat sampah elektronik (22,3 persen) yang dihasilkan 2022 telah dikumpulkan dan didaur ulang.
Sejak 2010, pertumbuhan sampah elektronik telah melampaui hingga hampir lima kali lipat pertumbuhan pengumpulan dan daur ulang formal atau resmi sampah jenis itu.
Sebagian besar sampah elektronik berakhir di tempat pembuangan sampah atau sistem daur ulang informal atau tidak resmi yang memiliki risiko polusi dan dampak kesehatan tinggi.
Masih menurut laporan tersebut, gadget elektronik berukuran kecil seperti mainan, penyedot debu, dan rokok elektronik memiliki tingkat daur ulang sangat rendah, hanya sekitar 12 persen, meskipun menyumbang sekitar sepertiga dari total sampah elektronik.
Baca Juga: Peneliti Ubah Limbah HP Jadi Data Center