Bunda punya rekan kerja yang suka manipulatif? Yuk kenali ciri pekerja yang suka gashlighting dengan rekan kerja lainnya.
Gaslighting bukan hanya terjadi dalam hubungan pribadi, melainkan bisa muncul di lingkungan profesional. Mengutip Parade, fenomena ini menjadi salah satu bentuk manipulasi psikologis yang sering kali tidak disadari oleh korban.
Di tempat kerja, perilaku ini dapat menghancurkan rasa percaya diri, merusak hubungan antar rekan, dan menurunkan produktivitas. Ketika seorang atasan atau rekan kerja sering menolak fakta, mengubah cerita, atau menyepelekan perasaan karyawan lain, itu bisa menjadi tanda adanya manipulasi.
Pekerja manipulatif yang gemar gaslighting biasanya berusaha mengontrol situasi dengan cara halus. Ia membuat orang lain merasa bersalah, bingung, bahkan mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Jika hal ini dibiarkan, suasana kerja bisa menjadi toksik dan penuh ketidakpercayaan.
Kata-kata ciri pekerja manipulatif yang suka gaslighting
Untuk membantu mengenali perilaku tersebut, yuk simak ragam kata-kata umum yang sering diucapkan oleh pekerja manipulatif atau atasan yang suka gaslighting.
1. “Kita sudah bahas ini di rapat sebelumnya.”
Kalimat ini tampak biasa saja, tapi jika digunakan berulang kali tanpa bukti, bisa menjadi bentuk gaslighting. Pernyataan ini membuat seolah-olah Bunda yang lupa atau tidak memperhatikan padahal topik tersebut mungkin tak pernah dibicarakan sebelumnya.
Kalimat ini sering dipakai untuk membuat karyawan merasa bersalah atau tidak kompeten. Dengan memanipulasi ingatan orang lain, pelaku menciptakan ilusi bahwa korbanlah yang ceroboh.
Jika terus dibiarkan, hal ini bisa membuat Bunda kehilangan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan atau menyampaikan pendapat di rapat berikutnya.
2. “Kamu pasti salah paham dengan tugasnya.”
Ungkapan ini sering muncul dari atasan atau rekan kerja yang tidak mampu berkomunikasi dengan jelas, tapi malah menyalahkan orang lain. Kalimat seperti ini adalah bentuk passive-aggressive behavior yang menyalurkan tanggung jawab secara halus kepada korban.
Dalam jangka panjang, korban gaslighting bisa merasa tidak mampu memahami instruksi, meski masalahnya terletak pada komunikasi yang buruk dari si manipulator. Efek psikologisnya, Bunda akan berusaha keras untuk 'memperbaiki diri' dan menghindari kesalahan yang sebenarnya bukan tanggung jawab Bunda.
3. “Datanya salah, coba cek lagi.”
Pernyataan ini sering digunakan untuk membuat korban meragukan kinerja sendiri walau hasil pekerjaan sudah benar. Pelaku gaslighting akan menolak fakta yang jelas demi mempertahankan versinya.
Kebiasaan seperti ini dapat mengikis rasa percaya terhadap diri sendiri dan menumbuhkan ketergantungan pada atasan.
4. “Deadline-nya memang sejak awal hari ini.”
Jika seseorang tiba-tiba mengubah tenggat waktu dan berpura-pura bahwa batas waktunya memang sejak awal seperti itu, maka menjadi tanda manipulasi. Biasanya, pelaku ingin menutupi kesalahan perencanaan mereka sendiri atau ingin terlihat lebih berkuasa.
Taktik ini menciptakan tekanan yang tidak perlu dan membuat karyawan merasa gagal padahal tidak melakukan kesalahan apa pun. Situasi semacam ini tidak hanya melelahkan secara emosional, tapi juga dapat membuat Bunda takut mengambil tanggung jawab besar di masa depan karena khawatir disalahkan kembali.
5. “Saya tidak pernah menyetujui permintaan itu.”
Mungkin Bunda memiliki bukti persetujuan berupa e-mail atau pesan. Namun pelaku gaslighting akan tetap menyangkal untuk menghindari tanggung jawab.
Kalimat ini merupakan salah satu bentuk manipulasi paling klasik dalam dunia kerja. Dengan menyangkal fakta, pelaku berusaha menggiring korban untuk meragukan ingatannya sendiri.
6. “Saya tidak bilang harus dikerjakan dengan cara itu.”
Kalimat ini digunakan untuk memindahkan kesalahan kepada karyawan setelah arahan yang diberikan tidak jelas sejak awal. Pelaku berusaha melindungi dirinya dari tanggung jawab dengan membuat korban terlihat tak kompeten.
Ucapan semacam ini bisa menghancurkan kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuannya sendiri.
7. “Anda membuat proyek ini terlalu rumit.”
Pernyataan ini meremehkan upaya dan tantangan yang sebenarnya sedang dihadapi Bunda. Dengan mengatakan proyeknya 'terlalu rumit', pelaku gaslighting mencoba menurunkan nilai kerja keras orang lain dan mengesankan bahwa masalahnya sepele.
Kalimat ini membuat korban ragu untuk mengutarakan kendala yang valid di masa depan. Hal ini menumbuhkan budaya kerja yang tidak sehat karena karyawan akan memilih diam daripada dianggap berlebihan.
Dalam jangka panjang, hal ini bisa mematikan komunikasi terbuka dan inovasi di tempat kerja.
Tips menghadapi rekan kerja atau atasan yang suka gaslighting
Berikut tips yang bisa Bunda lakukan untuk melindungi diri dari pekerja atau atasan manipulatif.
1. Tenang dan tidak emosional
Pertama, tetap tenang dan hindari reaksi emosional berlebihan. Gaslighter sering kali memanfaatkan emosi untuk memperkuat kendali mereka. Nada suara yang tenang menunjukkan Bunda yakin dengan perspektif sendiri.
2. Dokumentasikan semuanya
Catat setiap percakapan, instruksi, dan keputusan penting agar Bunda memiliki bukti konkret jika situasi semakin rumit. Simpan catatan terperinci tentang percakapan, e-mail, dan perjanjian sehingga Bunda memiliki catatan yang jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi.
3. Cari dukungan
Jangan ragu mencari dukungan dari luar lingkungan kerja, baik dari teman, mentor, atau profesional. Mendapatkan perspektif dari luar dapat membantu Bunda memulihkan kepercayaan diri dan menyadari bahwa diri sendiri tidak salah.
Ingat, tempat kerja yang sehat seharusnya membangun, bukan meruntuhkan. Jika Bunda terus-menerus diragukan, mungkin saatnya mempertimbangkan lingkungan baru yang lebih menghargai kontribusi Bunda.
Mengenali tanda-tanda di atas juga penting agar Bunda bisa melindungi diri dan tahu kapan harus mengambil tindakan tegas.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)