Banjir Jabodetabek, Warga Singgung Siklus 5 Tahunan

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah korban banjir Jabodetabek menceritakan detik-detik rumah mereka saat tergenang air. Syakirun Ni’am, warga Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, ini bercerita rumah yang dikontraknya di Jalan Kemuning 4B terendam sekitar 40 sentimeter.

“Tetapi sekitar 100 meter dari kontrakan saya ada yang terendam 1,5 meter. Nyaris seatap,” kata Ni’am kepada Tempo, Selasa, 4 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tadi pagi, Ni’am mengatakan mendapat ketukan dari warga yanh membangunkan dan memberitahu debit air naik. Wilayah yang ditinggalinya berjarak hanya 100 meter dari Kali Ciliwung.

Menurut Ni'am, debit air sungai memang sudah tinggi sejak dua hari terakhir karena diguyur hujan. “Kemarin kita lihat warga datang ke tepian sungai. Ada tetangga yang melihara kambing di pinggir sungai mengevakuasi kambingnya,” ujarnya. 

Dari pengakuan pemilik rumah kontrakan, Ni’am mengatakan ini banjir terbesar sejak 2017. Banjir, kata dia, jarang terjadi kecuali ada anomali. 

Akibat banjir, Ni’am mengatakan rugi Rp 3 juta karena mesti mengganti kasur yang rusak. 

Sementara itu, Gloria Fransisca mengaku selama 25 tahun tinggal di Vila Mahkota Pesona, Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru dua kali mengalami banjir. Banjir pertama terjadi pada 1 Januari 2020 dan kedua hari ini. 

“Kesimpulan, ya memang siklus banjir 5 tahunan. Waktu 2020 kompleks ini juga banjir besar perdana dan lagi-lagi karena tanggul jebol,” kata Gloria.

Gloria mengatakan perumahannya tergenang banjir. Ia pun mengungsi ke lantai dua rumah bersama adiknya dan asisten rumah tangga. 

Perumahan Vila Mahkota Pesona memang terletak di tepian Sungai Cikeas. Menurut Gloria, warga kompleksnya belum tanggap bencana karena baru kebanjiran pertama kali pada 2020. 

Hingga pukul 16.00 WIB, BPBD Jakarta mencatat genangan masih terjadi di 122 RT dan dua ruas jalan. Wilayah yang terendam itu berada di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Sedangkan, dua jalan yang masih tergenang banjir yakni Jalan Puri Kembangan, Kecamatan Kedoya Selatan, Jakarta Barat, dengan ketinggian 40 sentimeter dan Jalan Puri Mutiara, Kelurahan Cilandak, Jakarta Selatan, dengan ketinggian 70 sentimeter.

Dari data yang diterima Tempo, BPBD mencatat sebanyak 2.853 jiwa mengungsi akibat bencana tersebut. Para pengungsi itu berasal dari Kelurahan Kampung Melayu, Kelurahan Bidara Cina, Kelurahan Cawang, Kelurahan Pejaten Timur, Kelurahan Cawang, Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Lenteng Agung, Kelurahan Kedoya Selatan, Kelurahan Kedaung Kali Angke, dan Kelurahan Kembangan Selatan. Pengungsi terbanyak berasal dari Kelurahan Pejaten Timur yang mencapai 919 jiwa.

Sementara di Kabupaten Bogor, tercatat sejumlah daerah dilanda banjir dan longsor. Bupati Bogor Rudy Susmanto mengatakan bencana terbesar terjadi di wilayah selatan Bogor, yakni banjir merendam 119 rumah dan 140 kepala keluarga dengan 423 jiwa terdampak serta 204 jiwa terpaksa mengungsi dan satu orang meninggal karena terbawa arus sungai. Kedua, menurut Rudy, banjir yang terjadi di Bojonggede tercatat 137 rumah terendam dan 547 jiwa terdampak. Hujan ekstrem menjadi salah satu penyebab utama bencana ini.

Hujan ekstrem di Kabupaten Bogor terpantau di daerah Cibeureum dengan intensitas curah hujan mencapai 167.6 milimeter per hari. Adapun hujan sangat lebat terpantau BMKG di daerah Cibinong, Telaga Saat, Cilember, Sukajaya, Citeko, dan Bendungan Ciawi.

Oyuk Ivani berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online