Jakarta -
Pernahkah Bunda mendengar tentang istilah 'dolphin parenting'? Gaya pola asuh ini menyeimbangkan antara kebebasan dan disiplin lho, Bunda.
Dikutip dari CNBC, orang tua dengan gaya dolphin parenting akan berupaya menggabungkan keteraturan dan empati. Mereka memvalidasi perasaan anak, sekaligus menjaga batasan yang sehat.
Psikolog Becky Kennedy menyebut hal ini sebagai 'sturdy leadership'. Artinya, ketika orang tua tahu mana keputusan yang baik untuk anak, meski keputusan itu bisa membuat mereka kesal.
Apa itu dolphin parenting?
Dikutip dari Fatherly, secara naluriah anak lumba-lumba akan berenang mengikuti induknya. Mereka menelusuri jejak arus air yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Selain itu, lumba-lumba juga merupakan makhluk cerdas yang dikenal karena sifatnya yang suka bermain dan sangat sosial.
Sebagai turunan dari gaya pengasuhan authoritative, dolphin parenting adalah gaya pengasuhan yang berakar pada keseimbangan dan didorong oleh keinginan untuk membantu anak tumbuh dengan kemandirian yang sehat serta kecerdasan emosional.
Filosofi dolphin parenting diperkenalkan oleh psikiater Dr. Shimi Kang, M.D., dalam bukunya The Dolphin Way: A Parent’s Guide to Raising Healthy, Happy, and Motivated Kids – Without Turning into a Tiger.
Ia menciptakannya sebagai respons langsung terhadap gaya tiger parenting, sekaligus memberikan panduan untuk membesarkan anak yang termotivasi tanpa intensitas berlebihan.
Dalam bukunya, Kang menggambarkan orang tua lumba-lumba sebagai mereka yang menjaga keseimbangan dalam kehidupan anak-anaknya. Para orang tua ini membimbing anak dengan lembut namun tegas demi kebahagiaan yang berkelanjutan.
Kata 'authoritatively' adalah kunci dari deskripsinya, karena gaya authoritative parenting secara luas dianggap sebagai gaya pengasuhan yang paling efektif.
Dolphin parenting dan elephant parenting adalah subtipe populer dari gaya pengasuhan authoritative, yang berusaha menyeimbangkan struktur dengan respons terhadap kebutuhan anak.
Hal yang membedakan dolphin parenting dari subtipe authoritative lainnya adalah penekanannya pada eksplorasi, sementara yang lain lebih berfokus pada perlindungan perasaan aman anak.
"Hal yang utama dalam pengasuhan ini adalah menjaga batasan dan aturan yang sesuai, sambil tetap peduli dan peka terhadap anak," ujar Psikolog Aliza Pressman, Ph.D., yang juga merupakan penulis buku The Five Principles of Parenting: Your Essential Guide to Raising Good Humans.
Menurutnya, nilai-nilai ini akan selalu relevan, tetapi cara penerapannya perlu disesuaikan karena anak tumbuh dan membutuhkan lebih banyak kemandirian seiring waktu.
Ciri-ciri dolphin parenting
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Edwin Tan
Lalu seperti apa sebenarnya ciri-ciri orang tua yang menerapkan dolphin parenting? Berikut ulasannya, Bunda:
1. Mau menceritakan tentang emosi
Lumba-lumba dikenal sebagai hewan yang banyak 'bicara'. Mereka dapat menggabungkan berbagai bunyi seperti siulan dan decitan, yang dipercaya para ilmuwan sebagai bentuk ekspresi emosi.
Mencontoh lumba-lumba dalam mengungkapkan emosi pun dapat memberi manfaat bagi orang tua maupun anak.
Penelitian menemukan bahwa ketika tingkat kecerdasan emosional orang tua meningkat, preferensi mereka terhadap gaya pengasuhan authoritative juga meningkat.
"Jadi, orang tua yang mampu mengenali, memahami, mengekspresikan, dan mengatur emosinya dengan lebih baik, cenderung menemukan keseimbangan antara kewibawaan dan kelembutan, serta fleksibilitas terhadap anak," tulis para peneliti.
Membantu anak mengenali apa yang mereka rasakan akan menuntun mereka belajar menamai dan mengelola emosinya sendiri.
2. Biarkan anak membuat kesalahan
Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan yang peka secara emosional, seperti dolphin parenting, perlu memberi waktu bagi anak untuk bisa melakukan kesalahan.
Dari pengalaman bertahan dalam ketidaknyamanan tersebut, anak belajar tentang keterampilan mengatasi masalah secara sehat.
Orang tua dengan dolphin parenting mampu berempati ketika anak berselisih dengan teman, memberi semangat saat anak kalah dalam pertandingan, dan mendorong anak untuk bertanya pada guru ketika mendapat nilai buruk, sambil membantu mereka menyiapkan cara berbicara sebelum menghadapi situasi itu.
Mereka hadir sepenuhnya saat anak menghadapi tantangan dan memilih pendekatan kolaboratif dalam menyelesaikan masalah.
"Tunjukkan cara melakukan sesuatu ketika anak perlu belajar, lalu kurangi bantuan ketika mereka hampir bisa melakukannya sendiri," ujar Pressman.
3. Mampu bersikap tenang di depan anak
Menurut Pressman, jika orang tua tidak pernah beristirahat di depan anak, maka anak belajar bahwa produktivitas adalah hal terpenting satu-satunya.
Denise Pope, Ph.D., dosen senior di Stanford University, mengembangkan kerangka tiga bagian untuk membantu menyeimbangkan kehidupan anak yang berorientasi pada prestasi: waktu bermain, waktu istirahat, dan waktu bersama keluarga.
Penelitiannya menunjukkan bahwa ketiganya berperan penting dalam membangun keterampilan hidup esensial, tujuannya agar anak tumbuh bahagia dan sehat.
4. Menerapkan disiplin positif dan konsisten
Alih-alih menghukum, orang tua dengan dolphin parenting lebih memilih memberi konsekuensi yang logis dan menjelaskan alasan di balik setiap aturan.
5. Mendorong anak untuk eksplorasi
Anak didorong untuk bertanya, bereksperimen, dan mencoba hal baru. Orang tua tidak memaksakan pilihan tertentu, tetapi mendampingi anak dalam menemukan minat dan potensinya sendiri.
Penerapan dolphin parenting di masa teknologi
Terkait dengan perkembangan teknologi saat ini, dolphin parenting berarti menetapkan aturan yang jelas terkait penggunaan ponsel.
Misalnya, tidak boleh bermain ponsel di kamar tidur pada malam hari, tidak boleh menggunakan media sosial sebelum usia tertentu, dan ada batas waktu harian untuk screen time. Selain menetapkan aturan, penegakkannya pun akan dilakukan secara konsisten.
Orang tua juga menjelaskan alasannya. Alih-alih berkata 'ini sudah keputusan Bunda', tapi orang tua mengatakan hal yang mungkin lebih bisa diterima oleh anak.
Contohnya: 'Tugas Bunda adalah membuat keputusan yang menjaga kesehatan kamu, meskipun kamu tidak menyukainya sekarang. Bunda tahu kamu kesal, tapi ini salah satu hal yang harus Bunda lakukan demi kebaikanmu'.
Pendekatan ini menciptakan keseimbangan yang tepat. Anak belajar bahwa batasan bukanlah hukuman, melainkan bentuk perlindungan.
Bonding serta rasa percaya antara orang tua dan anak juga tetap terjaga. Hal ini terutama karena dibangun atas dasar kepercayaan dan kepedulian, bukan rasa takut semata.
Itulah penjelasan tentang apa itu dolphin parenting dan seperti apa ciri-ciri penerapannya dalam pengasuhan sehari-hari. Apa Bunda salah satu yang menerapkan ini?
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)