.png)
TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari ini, Yayasan Wakaf Paramadina memutuskan Prof. Didik J. Rachbini untuk kembali menjadi Rektor Universitas Paramadina Periode 2025-2029 atas usulan nama-nama calon Rektor dari Senat Universitas Paramadina. Informasi tersebut diunggah Universitas Paramdina melalui akun Facebook pada 9 Mei 2025.
Didik J. Rachbini menyampaikan apresiasi kepada senat dan yayasan, atas kepercayaannya ini dan mengajak seluruh komponen Universitas Paramadina agar bekerja keras, cerdas, dan tuntas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita pastikan para mahasiswa mendapatkan pendidikan dan pengalaman terbaik. Jika mereka sukses, universitas juga sukses" kata Didik dalam keterangannya, Jumat, lalu.
Profil Didik J. Rachbini
Didik J Rachbini kelahiran 2 September 1960 memiliki nama kecil Ahmad Junaidi. Sewaktu lulus SD, di ijazahnya tertulis Didik Junaidi Rachbini — tidak tercantum nama Ahmad dan terdapat penambahan nama ayahnya, Rachbini. Nama itulah yang dipakai sampai ia menjadi dosen, peneliti, hingga pengamat ekonomi.
“Saya tidak masalah karena untuk menyesuaikan dengan ijazah,” kata Didik.
Didik melewatkan masa kecilnya di Jember dan Pamekasan, Madura. Suasana kampung menemani hari-harinya dengan bermain layang-layang, berenang di sungai, memanjat pohon sampai terjatuh hingga bibirnya terluka, yang meninggalkan bekas sampai sekarang.
Anak sulung yang senang matematika ini selalu juara kelas saat sekolah menengah. Ia bercita-cita menjadi insinyur teknik sipil atau pertambangan. Ayahnya, seorang guru yang juga pemilik tambak garam memberi Didik kebebasan untuk memilih. Namun, Didik tidak memilih kedua bidang tersebut.
Dikutip dari laman Alumniipbpedia.id, Didik adalah lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Pertanian bidang Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis angkatan 16. Ia pernah menjadi asisten dosen pada 1982 hingga 1983. Jemudian pada 1983 hingga 1985, ia menjadi dosen di IPB.
Didik melanjutkan pendidikan S2 di Central Luzon State University Filipina pada program studi Pembangunan. Tamat dari pendidikan S2, Didik melanjutkan pendidikan S3 di tempat yang sama untuk meraih gelar Phd dan lulus pada 1991.
Didik aktid sebagai peneliti di Lembaga Penelirian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1985. Di LP3ES, Didik pernah menjadi kepala program penelitian dan menjadi wakil direktur pada 1992-1994. Saat bekerja di LP3ES, ia juga menjalani profesi sebagai dosen di Universitas Nasional dan menjadi dosen pasca sarjana program Magister Manajemen di Universitas Indonesia pada 1993.
Pada 1995, Didik mendirikan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang merupakan lembaga riset independen dan otonom. Di lembaga ini, Didik menjabat sebagai direktur hingga 2000.
Di luar akademis, Didik juga aktif berorganisasi. Ia pernah tergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 1982 hingga 1983. Didik juga pernah menjadi Anggota Majelis Pendidikan Tinggi Nasional sejak 1998 hingga 2003. Pada 1995, ia bergabung dengan Angggota Majelis Pakar di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Karier politiknya dimulai ketika ia dipercaya menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) utusan golongan pada pada 1998. Ia kemudian bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1999. Didik menjadi Anggota Majelis Pertimbangan Partai kemudian Ketua DPP pada 2005.
Pada Pemilu 2004, ia terpilih menjadi anggota DPR untuk mewakili daerah pemilihan Batu dan Malang, Jawa Timur hingga 2009. Pada 2012, namanya cukup dikenal publik usai menjadi pendamping Calon Gubernur DKI Jakarta Hidayat Nur Wahid.
Kendati banyak terlibat di dunia politik, namanya lebih dikenal sebagai tokoh akademisi. Didik berperan sebagai pendiri dan juga dosen di Universitas Paramadina Mulya. Didik juga dipercaya menjadi rektor di universitas tersebut pada 2021 sebagai pengganti rektor sebelumnya.
