TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Muchtar Habibi, mengatakan bila aksi Indonesia Gelap yang berlangsung pada Kamis, 20 Februari 2025 dapat diperkuat melalui perluasan partisipan.
Saat ini, gerakan untuk menuntut perubahan kebijakan terhadap pemerintah masih didominasi oleh mahasiswa saat peran seluruh lapisan rakyat dibutuhkan untuk mendukung proses penyuaraan keresahan atas degradasi demokrasi. Habibi menjelaskan upaya yang dapat diterapkan untuk mendukung keberhasilan dari gerakan Indonesia Gelap adalah memperbanyak dan meragamkan partisipan.
“Saya kira satu hal yang bisa dilakukan adalah memperluas partisipannya. Jadi, selama ini, kan memang saya lihat kebanyakan masih mahasiswa. Bagaimana memperluas agar gerakan ini bukan hanya gerakan mahasiswa tapi ini gerakan rakyat?” ujar Habibi kepada pihak Tempo pada Kamis, 20 Februari 2025.
Menurut Habibi, aksi Indonesia Gelap merupakan respon terhadap keresahan berbagai persoalan yang muncul dari pemerintahan Prabowo-Gibran yang masih singkat.
“Baru berumur sekitar seratus hari, ada banyak masalah yang kemudian direspon oleh gerakan ini. Ada persoalan elpiji, ada program efisiensi, ada tunjangan kinerja dosen yang belum dibayarkan, dan berbagai hal lainnya yang dirasa tidak mencerminkan keberpihakan terhadap publik luas,” kata Habibi.
Selama proses penyuaraan tersebut, mahasiswa masih menjadi penggerak utama perlawanan terhadap kebijakan pemerintah. Untuk itu, Habibi mengungkapkan pentingnya menggandeng seluruh lapisan masyarakat, mulai dari menggandeng serikat buruh yang ada di pabrik, sektor pendidikan, hingga buruh di lembaga negara seperti BUMN.
“Sebuah kebijakan yang amburadul yang tidak direncanakan dengan baik kemudian menimbulkan banyak persoalan bagi kita semua. Jadi, ini persoalan rakyat sehingga butuh partisipasi rakyat yang lebih luas. Karena itu, kalau hanya mahasiswa nanti efek tekanannya itu barangkali tidak sekuat kalau melibatkan lebih banyak pihak,” kata Habibi, menekankan partisipasi seluruh masyarakat.
Habibi menyoroti rendahnya solidaritas pergerakan masa ini dibandingkan dengan saat reformasi dulu. Saat reformasi tahun 1998, gerakan dapat sangat meluas karena munculnya solidaritas dari warga biasa terhadap masyarakat maupun orang-orang yang turun ke jalan untuk demonstrasi.
“Mulai dari hal yang sederhana, ikut menyediakan makan siang, ikut memberikan logistik, atau ikut membantu apapun yang bisa dibantu,” ujarnya. Dengan solidaritas, maka ada indikasi bila rakyat mendukung gerakan tersebut.
Habibi menyadari bila salah satu faktor yang membedakan kondisi pergerakan masa reformasi dan pergerakan era modern saat ini adalah kehadiran buzzer. Buzzer memiliki peran sentral dalam memobilisasi, baik memobilisasi melawan pengkritik pemerintah maupun yang membela pertarungan di media sosial.
Habibi mengingatkan, “Ini juga perlu perhatian tersendiri bagi kawan-kawan yang ikut gerakan hari ini. Aksi-aksi spontan bahkan ada provokatornya.” Tidak dapat dipungkiri, masih banyak anggapan yang mengatakan bila gerakan-gerakan yang hadir untuk mendukung kepentingan rakyat dibingkai sebagai gerakan yang didanai oleh kelompok kepentingan tertentu, seperti misalnya kehadiran framing soal adanya mahasiswa bayaran yang disebut "mahasewa".
Tidak hanya di media sosial, bahkan di lingkungan sekitar dapat muncul para provokator yang mirip buzzer. Hambatan untuk mengkritik kebijakan pemerintah dapat datang dari mana saja, termasuk keluarga sampai relasi yang masih mendukung pemerintah karena informasi yang diterima dapat berbeda dengan realitas.
Untuk itu, Habibi berharap agar aksi Indonesia Gelap dapat menjadi gerakan refleks terhadap permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini. Habibi menjelaskan, “Mungkin kayak pemadam kebakaran, artinya kalau ada masalah baru kita bergerak karena Indonesia butuh gerakan yang istilahnya terlembagakan.” Lebih lanjut, Habibi mengatakan, “Kita ini negara besar, tapi tidak punya partai yang benar-benar menjual ideologi tertentu untuk didukung.”
Pilihan Editor: Daftar Panjang Tuntutan Mahasiswa untuk Prabowo dalam Aksi Indonesia Gelap