Jakarta -
Pasangan suami istri (pasutri) memilih pelumas untuk berhubungan intim tidak hanya untuk kenyamanan. Pelumas ini juga diharapkan efektif membantu pasutri berpeluang untuk kehamilan.
Dalam The Journal of Assisted Reproduction and Genetics dituliskan perempuan memiliki tingkat dispareunia (nyeri di alat kelamin) yang tinggi akibat kekeringan vagina sehingga 25 persen pasangan menggunakan pelumas vagina. Padahal, kurangnya pelumasan vagina dapat menjadi faktor penyebab dispareunia yang telah terbukti menurunkan peluang keberhasilan konsepsi.
Selain itu, beberapa obat yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesuburan dapat menyebabkan kekeringan vagina sebagai efek samping. Semua ini dapat menambah stres dan tekanan dalam upaya untuk hamil.
Dalam beberapa tahun terakhir, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) telah mulai menandai pelumas tertentu sebagai 'aman untuk kesuburan' atau 'aman untuk sperma'.
Ini bukan berarti semua pelumas biasa tidak ramah kesuburan. Hanya saja, pelumas tersebut mungkin tidak memiliki data. Tanpa data tersebut, FDA tidak dapat menambahkannya ke dalam daftar atau menolaknya.
Kenapa pelumas bisa berpengaruh ke peluang hamil
Beberapa pelumas dapat merugikan fungsi sperma, terutama motilitas (kemampuan berenang) dan vitalitas (kehidupan sperma). Dan ini dapat berdampak negatif pada kesuburan.
Masalah ini mungkin mengkhawatirkan pasangan yang mencoba untuk hamil, baik secara alami maupun melalui teknologi reproduksi buatan (ART).
Perempuan yang sedang mencoba untuk hamil dua kali lebih mungkin menderita dispareunia dibandingkan pasangan yang tidak sedang mencoba untuk hamil. Ini kemungkinan karena stres yang terkait dengan hubungan seksual yang terjadwal.
Melansir ExtendFertility, banyak pasangan yang mencoba untuk hamil berhubungan seks pada jadwal tertentu, biasanya setiap hari atau dua hari sekali selama masa subur (5 hari sebelum dan 1 hari setelah ovulasi).
Pasutri yang berhubungan seks sesuai jadwal serta mungkin merasa cemas atau stres seputar konsepsi dapat membuat salah satu pasangan tidak rileks atau terangsang saat berhubungan seksual.
Mencoba untuk hamil dapat menurunkan suasana hati, yang mengakibatkan kekeringan vagina.
Namun, jika pasangan infertil atau pasangan pria yang sudah mengalami jumlah sperma rendah, motilitas sperma yang buruk, atau masalah lainnya, para ahli menyarankan untuk tidak menggunakan pelumas (atau menggunakan merek yang benar-benar ramah kesuburan) untuk memaksimalkan peluang kehamilan.
Tips memilih pelumas untuk berhubungan intim agar bantu kehamilan
Jika pasutri sedang mencoba hamil dan hendak menggunakan pelumas karena kekeringan atau tidak nyaman sebaiknya memilih pelumas yang didesain khusus untuk kehamilan atau compatibility dengan sperma.
Selain itu, cek juga pH, osmolalitas, dan bahan pelumas. Pelumas yang pH‐nya jauh dari pH sperma atau cairan serviks bisa menghambat pergerakan sperma.
Berikut beberapa tips memilih pelumas agar mendukung proses kehamilan yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Memilih pelumas dengan label fertility-friendly atau sperm-safe
Pilihlah pelumas yang secara eksplisit menyatakan aman untuk diigunakan untuk pasutri yang mencoba untuk hamil atau trying to conceive (TTC).
Dalam penelitian disebutkan merk seperti Pre‐Seed terbukti memiliki efek minimal terhadap motilitas sperma dibanding banyak pelumas umum.
2. pH dan osmolalitas yang tepat
Sperma dapat bekerja optimal di lingkungan yang mendukung, tidak terlalu asam atau terlalu basa. Hanya sedikit pelumas di pasaran yang benar-benar "ramah kesuburan", artinya pelumas tersebut memiliki dampak minimal pada sperma.
Apa yang membuat pelumas aman untuk kesuburan? Tidak mengandung bahan berbahaya seperti silikon atau petroleum, dan memiliki pH yang sesuai dengan pH air mani dan cairan serviks (sekitar 7, atau netral).
Banyak pelumas yang sedikit asam agar sesuai dengan tingkat pH vagina (3,8–4,5), yang dapat berkontribusi terhadap toksisitasnya terhadap sperma.
3. Menghindari bahan yang merugikan sperma
Hindarilah pelumas yang mengandung bahan seperti gliserol, silikon, dan paraben, atau sangat tinggi osmolalitas bisa mempengaruhi motilitas.
Dilansir dari Healthline, gliserin dapat menghalangi jalur sperma. Menurut penelitian tahun 2017, gliserin bisa terlalu padat untuk ditembus sperma, seperti halnya silikon. Bahan-bahan ini terkadang digunakan dalam pelumas biasa untuk meniru pelumas alami.
Selain itu, hindari produk rumahan seperti minyak yang mungkin mengandung zat berbahaya.
4. Menggunakan pelumas hanya saat benar-benar diperlukan
Perempuan tidak perlu menggunakan pelumas vagina jika vagina cukup terlumasi dengan alami. Jika benar-benar memerlukannya pilihlah yang lebih aman.
5. Memperhatikan kondisi pasangan
Bunda perlu mengetahui kondisi suami. Jika spermanya kurang baik itu memiliki motilitas maupun jumlah sperma yang rendah maka harus benar-benar memilih pelumas. Sebaiknya memilih pelumas yang sangat terbukti 'aman sperma'.
6. Konsultasi dengan dokter
Jika Bunda atau suami memiliki riwayat infertilitas, masalah serviks, endometriosis, atau kondisi lain, usahakan mendiskusikan penggunaan pelumas dengan dokter. Pelumas bukan solusi tunggal, tetapi menjadi bagian dari strategi bersama.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)
.png)
5 hours ago
1










































