Inikah Kisah Nyata dan Kelam di Balik Drama Squid Game?

8 hours ago 2

Viral di TikTok bahwa series Netflix Squid Game terinspirasi dari kisah nyata di Korea Selatan pada 1986. Netizen mengungkap sejumlah kesamaan antara keduanya. Inikah Kisah Nyata dan Kelam di Balik Drama Squid Game?/Foto: Dok. asli via Bored Panda

Jakarta, Insertlive -

Demam Squid Game merajalela di berbagai negara di dunia. Kesuksesan musim kedua ini, membuat banyak orang menyoroti lebih dalam kisah dari serial tersebut.

Hingga muncul sebuah isu jika permainan Squid Game diangkat dari kisah nyata di Korea bernama Brother's Home. Melansir BBC, pada 1984 seorang anak kecil bernama Han Jong Sun yang berusia 8 tahun dan saudara perempuannya menemani ayahnya ke kota.

Saking sibuknya, sang ayah meninggalkan anak-anaknya ke polisi. Sempat dikira aman karena dititipkan ke petugas polisi, anak-anak tersebut malah diculik dan dipaksa masuk ke dalam bus.


"Sebuah bus berhenti di depan kantor polisi dan kami dipaksa masuk ke dalam bus. Kamu tidak tahu ke mana kami dibawa. 'Ayah meminta kami tunggu di sini! Ayah akan datang!' kami menangis dan tersedu-sedu. Mereka mulai memukuli kami dan berkata kami terlalu berisik," cerita Han.

Bus itu ternyata membawa Han dan saudarinya ke Hyungje Bokjiwon, sebuah tempat pusat pembinaan masyarakat yang berlokasi di Busan, Korea Selatan. Namun, tempat itu sebenarnya pusat penahanan brutal yang menyiksa ribuan orang.

Para tahanan mengaku dijadikan budak di lokasi konstruksi, pertanian, dan pabrik pada 1970 hingga 1980-an. Mereka dikabarkan mengalami penyiksaan dan ruda paksa. Hal itu membuat ratusan tahanan meninggal dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Han dan saudarinya ditahan selama tiga setengah tahun. Kakak beradik itu disiksa. Anak-anak diperlakukan layaknya orang dewasa dengan dipaksa untuk bekerja. Para tahanan diatur menggunakan baju seragam berwarna biru dengan sepatu karet.

Seorang korban bercerita sekujur tubuhnya dipenuhi dengan kutu karena jarang mendapat kesempatan untuk mandi. Ia juga kekurangan gizi lantaran hanya diberi makan ikan busuk dan nasi basi setiap hari.


"Saya jarang punya kesempatan untuk mandi. Kutu ada di sekujur tubuh saya. Kami makan ikan busuk dan nasi jelai yang bau setiap hari, benar-benar setiap hari. Hampir semua penghuni kekurangan gizi," papar Choi Seung Woo, korban lainnya.

"Empat orang tidur secara zig-zag di tempat tidur kecil. Pemerkosaan terjadi setiap malam di sudut asrama," lanjutnya.

Para orang tua yang merasa anaknya telah diculik pun melapor ke polisi. Namun, laporan mereka tidak didengar. Hingga pada 1980an, beredar rumor di Busan tentang sekelompok orang yang dikurung dan disiksa sampai mati di Brother's Home.

Para orang tua korban lalu mengaitkan rumor itu dengan kejadian hilangnya anak mereka. Sekitar tahun 1987, Park In Guen, pengelola Hyungje Bokjiwon, berhasil ditangkap dan Brother's Home lalu ditutup.

Meski tempat itu sudah ditutup, trauma masih membekas di benak para korban. Han juga kehilangan kontak dengan saudari dan ayahnya. Sampai pada 2007 silam, Han mendapati keluarganya dirawat di rumah sakit karena trauma mental yang sangat berat.

Menyedihkannya, tidak ada pihak yang bertanggung jawab atas trauma yang dialami para korban, begitu pula dengan para tahanan yang meninggal dunia. Tidak ada hukuman dugaan pelanggaran hak asasi manusia. In Guen juga hanya dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas tuduhan penggelapan subsidi negara dan ia meninggal dunia pada 2016.

(agn/fik)

Tonton juga video berikut:

ARTIKEL TERKAIT

Loading Loading

BACA JUGA

detikNetwork

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online