Bunda lebih pilih metode diet intermittent fasting (IF) atau calorie counting selama ini? Mana ya yang lebih efektif dalam menurunkan berat badan? Mari bahas di sini.
Selama beberapa tahun terakhir, intermittent fasting menjadi tren besar dalam dunia diet dan kesehatan. Metode ini mengatur waktu makan dan puasa untuk membantu tubuh membakar lemak lebih efisien, tanpa harus terus-menerus menghitung kalori.
Di sisi lain, metode klasik calorie counting atau penghitungan kalori harian masih banyak digunakan karena dianggap lebih terukur dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dari Bunda. Pertanyaannya, mana yang sebenarnya lebih efektif untuk menurunkan berat badan?
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine pada April 2025 mengungkapkan bahwa metode intermittent fasting jenis 4:3 bisa memberikan hasil penurunan berat badan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan diet pembatasan kalori harian.
Hasil tersebut juga didukung oleh ulasan besar terhadap 99 uji klinis acak yang diterbitkan di The BMJ pada Juni 2025. Disimpulkan bahwa intermittent fasting secara umum mampu menghasilkan penurunan berat badan sebanding dengan pembatasan kalori tradisional.
Efektivitas bukan satu-satunya faktor penting. Banyak pakar menilai, keberhasilan diet juga sangat bergantung pada tingkat konsistensi dan kemampuan seseorang dalam mempertahankan pola makan tersebut dalam jangka panjang.
Mengutip Medical News Today, mematuhi strategi pembatasan kalori setiap hari merupakan tantangan bagi banyak orang. Sementara intermittent fasting 4:3 mungkin lebih mudah dipatuhi seiring waktu.
Dengan kata lain, intermittent fasting mungkin lebih mudah dijalankan oleh sebagian orang dibandingkan harus menghitung kalori setiap hari. Yuk Bunda kita lihat lebih lanjut mengenai hasil penelitian tentang intermittent fasting dan perhitungan kalori.
Intermittent fasting dan calorie counting, mana lebih efektif untuk diet?
Dalam penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of Colorado School of Medicine, sebanyak 165 orang dewasa yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas diminta mengikuti dua jenis diet selama 12 bulan.
Separuh peserta menjalani intermittent fasting metode 4:3, yakni makan normal selama 4 hari dan berpuasa dengan mengonsumsi hanya 20 persen dari kebutuhan kalori selama 3 hari berturut-turut. Sementara kelompok lainnya menjalani diet calorie restriction dengan memangkas 34 persen asupan kalori setiap hari.
Setelah satu tahun, kelompok yang menjalani intermittent fasting mengalami penurunan berat badan rata-rata 7,6 persen dari total bobot tubuh mereka. Sebagai perbandingan, kelompok pembatasan kalori hanya kehilangan sekitar 5 persen.
Lebih dari separuh peserta intermittent fasting (58 persen) berhasil menurunkan berat badan minimal 5 persen. Sementara di kelompok calorie counting hanya 47 persen.
Selain itu, manfaat lain yang terdeteksi dari metode intermittent fasting adalah peningkatan pada sejumlah indikator kesehatan jantung dan metabolisme. Peserta mengalami penurunan tekanan darah sistolik, kadar kolesterol LDL dan trigliserida, serta gula darah puasa.
Pada kelompok pembatasan kalori, peningkatan lebih terlihat pada tekanan darah diastolik dan kolesterol HDL yang baik bagi tubuh. Meski demikian, para peneliti juga menekankan bahwa hasil terkait kesehatan metabolik ini masih perlu diuji lebih lanjut karena sebagian data belum cukup kuat untuk disimpulkan secara pasti.
Intermittent fasting 4:3 bisa dipertimbangkan sebagai salah satu pendekatan diet berbasis bukti bagi orang-orang yang ingin menurunkan berat badan.
Selain studi dari Amerika Serikat, ulasan sistematis yang diterbitkan di jurnal The BMJ juga memberikan gambaran menyeluruh. Analisis ini mencakup 99 uji klinis dengan total 6.582 peserta dewasa, termasuk 720 orang sehat dan 5.862 dengan kondisi medis tertentu.
Ulasan tersebut membandingkan berbagai strategi intermittent fasting, seperti metode 5:2, puasa selang-seling (alternate-day fasting), hingga time-restricted eating (misalnya metode 16:8), dengan diet pembatasan kalori konvensional.
Hasilnya menunjukkan bahwa semua jenis intermittent fasting secara umum menghasilkan penurunan berat badan yang sebanding dengan calorie restriction. Bahkan metode alternate-day fasting cenderung memberikan hasil yang sedikit lebih besar.
Meski demikian, mereka juga menegaskan bahwa masih dibutuhkan uji klinis jangka panjang untuk memperkuat bukti tersebut. Artinya, meski hasil awal cukup menjanjikan, efektivitas jangka panjang dari intermittent fasting masih perlu diuji lebih lanjut, terutama dalam konteks gaya hidup modern yang dinamis.
Intermittent fasting dan calorie counting, sebaiknya pilih mana?
Baik intermittent fasting maupun calorie counting sama-sama memiliki efektivitas dalam membantu menurunkan berat badan, asalkan dilakukan secara konsisten dan seimbang. Bagi sebagian orang, menghitung kalori setiap hari terasa membebani dan sulit dilakukan dalam jangka panjang.
Sementara bagi yang lain, menahan lapar selama jam puasa bisa menjadi tantangan tersendiri. Kunci keberhasilan diet bukan hanya terletak pada metode, tapi juga pada kesesuaian dengan pola hidup, preferensi makan, dan dukungan perilaku jangka panjang.
Dengan demikian, pilihan terbaik bukan semata-mata mana yang lebih cepat menurunkan berat badan, melainkan mana yang paling mungkin dijalani dengan konsisten dan sehat.
Pada akhirnya, intermittent fasting dapat menjadi alternatif menarik bagi Bunda yang sulit menjaga defisit kalori harian. Sementara calorie counting tetap relevan untuk Bunda yang menyukai pendekatan lebih terukur.
Apa pun pilihan Bunda, penting untuk tetap memperhatikan keseimbangan nutrisi, olahraga teratur, dan konsultasi dengan ahli gizi sebelum memulai program diet tertentu.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)