Jurang Finansial di Balik Gemerlap UFC 314: Siapa Kaya, Siapa Merana?

2 days ago 4

loading...

UFC 314 di Kaseya Center menyuguhkan tontonan kelas dunia dengan aksi-aksi mendebarkan, KO brutal, dan lahirnya kembali seorang juara / Foto: Yahoo Sports

UFC 314 di Kaseya Center menyuguhkan tontonan kelas dunia dengan aksi-aksi mendebarkan, KO brutal, dan lahirnya kembali seorang juara. Namun, di balik sorotan kamera dan bonus penampilan, pertanyaan lama kembali mengemuka, seberapa adilkah kompensasi yang diterima para petarung UFC ?

Di laga utama, Alexander Volkanovski membuktikan dirinya masih yang terbaik di kelas bulu. Ia tampil dominan selama lima ronde untuk mengalahkan Diego Lopes melalui keputusan mutlak 49-46, 49-46, 48-47. Kemenangan ini tak hanya mengembalikan sabuk juaranya, namun juga memecah kutukan juara veteran yang kerap kesulitan mempertahankan takhta di usia senja.

Secara finansial, Volkanovski pun berada di level berbeda. Dengan pendapatan dasar dan bagian dari pay-per-view, ia diperkirakan membawa pulang lebih dari USD1,5 juta (Rp25 miliar), jauh melampaui USD682.000 (Rp11 miliar) yang diterima Lopes. Kesenjangan ini semakin menggarisbawahi jurang finansial yang terus mewarnai lanskap UFC.

Di laga co-main event, bintang yang sedang naik daun, Paddy Pimblett, mencatatkan kemenangan terbesar dalam kariernya dengan menghentikan Michael Chandler melalui TKO di ronde ketiga. Kemenangan ini semakin memantapkan posisinya sebagai salah satu daya tarik utama UFC.

Selain bayaran pokok sebesar USD506.000 (Rp8,5 miliar), Pimblett juga meraih bonus Performance of the Night sebesar USD50.000, total USD556.000 (Rp9,3 miliar), bayaran terbesarnya sejak bergabung dengan UFC. Ini menjadi sinyal jelas bahwa promotor menaruh investasi besar padanya sebagai bintang masa depan.

Penampilan impresif lainnya ditunjukkan Jean Silva yang meraih bonus USD50.000 dan bayaran USD156.000 usai mengalahkan Bryce Mitchell di ronde kedua. Ini menunjukkan bahwa UFC masih bersedia memberikan penghargaan kepada pendatang baru yang mampu mencuri perhatian.


Ironi di Balik Gemerlap: Petarung Kelas Bawah Merana

Namun, di tengah pesta bayaran besar bagi Volkanovski dan Pimblett, UFC 314 juga memotret ketidakseimbangan ekonomi yang terus menghantui olahraga ini. Ironisnya, enam petarung dalam kartu yang sama bahkan tidak membawa pulang USD50.000 (Rp842 juta). Kontras yang mencolok ini menyoroti jurang yang lebar antara para bintang di puncak dan mayoritas petarung yang berjuang keras untuk mendapatkan penghasilan layak dari pertarungan ke pertarungan.

Meskipun bonus penampilan dan pembagian pay-per-view sesekali hadir sebagai angin segar, struktur pembayaran UFC secara keseluruhan masih sangat menguntungkan para bintang utama. Model bisnis promotor ini tumbuh subur di atas ketidakseimbangan tersebut, mengandalkan segelintir nama besar sementara membiarkan sebagian besar roster berjuang untuk stabilitas finansial.

UFC 314 memang menyajikan aksi kelas dunia yang mendebarkan, namun seiring dengan meredanya euforia, realitas pahit tetap ada. UFC terus menampilkan atlet-atlet terbaik dunia, namun kesenjangan antara keamanan finansial dan kesulitan ekonomi di dalam arena yang sama terasa semakin lebar dan mengkhawatirkan.

(yov)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online