Jakarta -
Melahirkan secara operasi caesar bisa sekaligus sterilisasi untuk Ayah dan Bunda yang berniat tidak menambah lagi momongan. Jadi, Bunda tak perlu dua kali operasi bedah untuk sterilisasi. Namun, apakah cara ini aman?
Semakin banyak pasangan di Amerika Serikat dan negara berkembang yang memilih melakukan sterilisasi tuba pada saat persalinan caesar. Pasangan suami istri (pasutri) yang memutuskan melakukan sterilisasi saat operasi caesar harusnya yang sudah mempertimbangkan tidak merencanakan kehamilan lebih lanjut,
Mengenal prosedur caesar dan sterilisasi pasca persalinan?
Melahirkan dengan operasi caesar adalah metode bedah untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan di perut dan rahim. Sedangkan sterilisasi tuba merupakan salah satu metode kontrasepsi permanen yang paling efektif mencegah kehamilan, dengan memotong atau mengikat tuba fallopi.
Melansir laman ResearchGate, sterilisasi dengan ligasi tuba bilateral (BTL) menjadi populer pada tahun 1960 dan masih digunakan secara luas di seluruh dunia untuk tujuan kontrasepsi.
Sekitar 180 juta pasangan di seluruh dunia diperkirakan memilih metode kontrasepsi ini. Sementara di negara-negara berkembang, penggunaan sterilisasi terbatas karena larangan agama, batasan hukum, kesempatan yang tidak memadai, persyaratan operasi, dan fakta bahwa metode ini ireversibel.
Kebanyakan pasutri yang memilih kombinasi kedua prosedur ini jika sudah tak ingin menambah anak lagi. Umumnya sterilisasi yang dilakukan selama operasi caesar dalam situasi ketika kondisi medis dapat membahayakan ibu jika hamil lagi. Atau ketika kesuburan perempuan telah usai.
Pertimbangan sebelum melakukan KB steril
Bunda dapat mempertimbangkan sterilisasi pada saat melahirkan melalui operasi caesar terakhir apabila:
- Memutuskan tidak menginginkan anak lagi.Sterilisasi lebih sering dilakukan pada ibu yang sudah 2 kali lebih dengan operasi caesar atau keluarga tak ingin menambah anak.
- Ingin menggunakan metode kontrasepsi permanen.
Sesuai dengan keyakinan dan agama. Kebanyakan yang menolak karena alasan keyakinan atau masih mempertimbangkan metode kontrasepsi reversibel.
Sebelum mengambil keputusan, penting untuk mendapat informasi secara lengkap. Pastikan Bunda mendapat penjelasan lengkap bahwa sterilisasi bersifat permanen dan hanya bisa dibatalkan dengan operasi besar yang tidak selalu berhasil.
Layanan konsultasi yang baik sebelum operasi akan mengurangi risiko penyesalan di kemudian hari. Dalam penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menjalani sterilisasi tuba fallopi selama operasi caesar memiliki tingkat penyesalan yang lebih besar.
Mengenal prosedur sterilisasi
Saat melahirkan dengan operasi caesar, penyedia layanan bisa melakukan tubal ligation menggunakan metode seperti:
- Modified Pomeroy Technique yakni ligasi tuba dan pemotongan segmen kecil. Teknik Pomeroy paling sering digunakan pada tahun 1929. Cara ini berlanjut hingga tahun 1960-an dan pada awal 1970-an, sterilisasi bedah mulai lebih umum digunakan.
- Falope Ring yakni pembulatan dan penutupan tuba menggunakan cincin plastik. Dilansir dari PubMedCenter, studi menunjukkan bahwa penerapan falope ring lebih cepat, lebih mudah, dan lebih rendah komplikasi dibandingkan metode Pomeroy.
Sterilisasi cincin Falope sederhana, efektif, dan aman, serta tingkat kehamilan berikutnya lebih rendah dibandingkan dengan teknik Pomeroy konvensional yang dimodifikasi.
Hal yang terjadi setelah prosedur sterilisasi
Setelah sterilisasi saat operasi caesar, hal yang terjadi antara lain:
- Proses pemulihan dari C-section.
- Melakukan kontrol pascapartum secara rutin.
- Memastikan tidak ada komplikasi pada sayatan atau tuba.
Efek samping atau komplikasi sterilisasi
1. Dampak untuk ibu
Sterilisasi sama seperti operasi besar lainnya. Ada efek samping atau komplikasi yang dihadapi Bunda. Komplikasi bedah atau anestesi, misalnya perdarahan, infeksi, atau reaksi terhadap anestesi. Jika Bunda memiliki riwayat C-section sebelumnya memiliki risiko tambahan yakni peningkatan kemungkinan adhesi atau trauma.
2. Dampak untuk bayi
Tidak ada efek langsung, karena sterilisasi dilakukan setelah bayi lahir. Namun, bayi berhadapan dengan risiko operasi dari C-section itu sendiri, seperti risiko infeksi atau pemulihan yang lebih lambat.
Bolehkah melahirkan secara operasi caesar sekaligus sterilisasi
Melahirkan secara operasi caesar sekaligus sterilisasi diperbolehkan. Melansir SciELO, praktik ini umum dilakukan dan dalam banyak studi dinilai aman. Sterilisasi atau ligasi tuba saat operasi caesar memiliki keuntungan menghindari sayatan dan anestesi tambahan.
Mayoritas perempuan merasa puas dengan keputusan untuk disterilkan. Pasien jauh lebih mungkin menyesal menolak ligasi tuba selama operasi caesar yang tidak direncanakan (40 persen) dibandingkan yang menyesal menerimanya (2,5 persen).
Sterilisasi perempuan telah dikaitkan dengan penurunan risiko kanker endometrioid dan kanker ovarium yang dan mungkin berdampak positif pada seksualitas. Studi di lima pusat Asia tahun 1970-an menunjukkan ketiadaan komplikasi signifikan saat melakukan sterililasi bersamaan dengan C-section.
Seberapa efektif sterilisasi setelah operasi caesar?
Sterilisasi pasca persalinan sangat efektif dengan tingkat kegagalan sangat rendah. Dalam studi 500 perempuan, teknik Falope ring menangani 250 perempuan tanpa kegagalan dan tidak ditemukan komplikasi berat.
Sementara pada kelompok dengan metode Pomeroy yang dimodifikasi hanya mencatat satu kegagalan (0,4 persen), seorang perempuan mengalami komplikasi serius yaitu kehamilan ektopik.
Risiko dari sterilisasi
Sterilisasi tuba sering diminta perempuan yang berusia sekitar 30 tahun dan tidak ingin menambah anak. Usia rata-rata perempuan yang disterilkan selama operasi caesar dalam penelitian adalah 32,1 tahun.
Risiko dan biaya yang terkait dengan operasi berulang juga dapat mengakibatkan jumlah anak yang lebih rendah pada perempuan ini. Saran sterilisasi umum dilakukan terhadap perempuan yang sudah dua atau tiga kali operasi caesar, karena hipotesis berisiko komplikasi operasi dan luaran perinatal yang buruk.
Bagaimana dengan risiko sterilisasi? Meski sterilisasi ligasi tuba dianggap aman, semua operasi mengandung beberapa risiko. Masalah serius terjadi pada kurang dari 1 dari 1.000 perempuan. Bunda perlu menandatangani formulir persetujuan yang menjelaskan risiko dan manfaat operasi dan harus mendiskusikan risiko dan manfaat ini dengan dokter bedah.
Beberapa risiko potensial meliputi:
- Pendarahan dari sayatan atau bagian dalam perut.
- Infeksi.
- Kerusakan pada organ lain di dalam perut.
- Efek samping dari anestesi.
- Kehamilan ektopik (sel telur yang dibuahi di luar rahim).
- Penutupan tuba fallopi yang tidak tuntas yang mengakibatkan kehamilan.
Bisakah sterilisasi dibatalkan?
Sebelum memutuskan sterlisasi, Bunda perlu memikirkan matang-matang. Sterilisasi dapat dibatalkan, tetapi sulit dan tidak selalu berhasil. Hanya sekitar 50 persen hingga 80 persen perempuan yang dapat hamil setelah tuba fallopi disambungkan kembali. Keberhasilan reversal sterilisasi bergantung pada metode yang Bunda gunakan.
- 50 persen keberhasilan untuk yang menggunakan metode seperti Pomeroy
- 72–84 persen untuk teknik mekanis (cincin atau klip) seperti Falope ring atau clips.
Membatalkan sterilisasi ligasi tuba merupakan prosedur yang besar serta mahal. Peluang keberhasilannya variatif.
Apakah masih bisa haid setelah steril?
Perempuan masih akan mengalami menstruasi setelah disteril. Mengutip laman Vinmec, beberapa bentuk KB non permanen, seperti pil, memang membuat siklus menstruasi yang tidak teratur. Namun tidak untuk KB steril yang sama sekali tidak memengaruhi siklus menstruasi.
Apabila Bunda mengalami menstruasi yang tidak teratur sebelum menggunakan jenis kontrasepsi apa pun, kemungkinan Bunda akan mengalami menstruasi yang tidak teratur lagi setelah sterilisasi.
KB steril hanya mengganggu kontinuitas tuba fallopi dan tidak berpengaruh pada ovarium. Sementara itu, hanya ovarium yang memiliki fungsi endokrin yaitu mengatur siklus menstruasi.
Sterilisasi juga tidak memengaruhi sifat kewanitaan seorang perempuan, baik dari segi temperamen, kulit, rambut bahkan hubungan suami istri. Beberapa orang khawatir bahwa sterilisasi akan mengubahnya, tetapi ternyata tidak.
Sterilisasi tidak akan membuat perempuan menjadi kurang feminin. Sterilisasi tidak menyebabkan penambahan berat badan atau pertumbuhan rambut wajah.
Ini tidak akan mengurangi kenikmatan seksual atau menyebabkan menopause. Ini karena KB steril hanya menghalangi bertemunya sperma dengan sel telur, tanpa memengaruhi siklus hormonal atau proses ovulasi.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)