TEMPO.CO, Jakarta - Semilir angin dari pendingin ruang membuat beku di ruang tengah di rumah duka di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu semakin terasa. Gerak terasa melambat sepersekian waktu di tempat persemayaman terakhir pendiri Majalah Tempo, Fikri Jufri.
Di atas dipan berukuran sekitar 2×1 meter, terbaring mendiang Fikri bin Hasan Al Jufri atau Fikri Jufri. Tepat di depan pembaringannya, beberapa pelayat duduk dalam posisi sila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surat dan ayat dibacakan, memanjatkan doa-doa baik untuk almarhum. Di rumah duka kala itu, pelukan terjadi, dan tangis terjatuh. Mereka, mengenang kembali sosok Fikri Jufri di mata mereka.
Fikri Jufri semasa hidupnya adalah seorang wartawan yang andal. Lahir di Jakarta, 25 Maret 1936, ia dikenal memiliki kekuatan lobi, daya endus berita, serta keahlian dalam teknik wawancara dan mendapatkan bahan eksklusif.
Bersama dengan Goenawan Mohamad, Fikri Jufri mendirikan Majalah Berita Mingguan (MBM) Tempo. Pria yang akrab disapa FJ tersebut juga pernah menduduki posisi Wakil Pemimpin Redaksi di Majalah Tempo.
Pada 1976, FJ merupakan jurnalis pertama yang menulis kasus Pertamina terlilit utang dan nyaris bangkrut akibat salah tata kelola. FJ diketahui juga merupakan pendiri dan sempat menjadi Pemimpin Umum Majalah MATRA di medio tahun 1980-an.
Dirinya pernah menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Semasa hidupnya ia dikenal mengagumi pikiran-pikiran Sumitro Djojohadikusumo, ayah kandung Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto.
Kamis, 6 Maret 2025, tepat di hari ulang tahun Tempo ke-54 tahun, Fikri Jufri mengembuskan nafas terakhirnya. Pagi hari itu, sosok wartawan senior tersebut berpulang.