Mewujudkan Ekonomi Sirkular Lewat Pendidikan

4 hours ago 4

INFO NASIONAL - Pada awal 2021, Kementerian PPN/Bappenas, Kedutaan Besar Denmark di Jakarta, dan UNDP mempublikasikan dokumen bertajuk “The Economic, Social, and Environmental Benefits of A Circular Economy in Indonesia”. Di dalamnya terdapat optimisme bahwa transisi menuju ekonomi sirkular akan berdampak positif bagi perekonomian nasional.

Lima sektor utama, yaitu makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, ritel, dan elektronik ditonjolkan sebagai sektor yang berpotensi besar untuk mengadopsi ekonomi sirkular. Lima sektor itu diklaim mewakili sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB), mempekerjakan lebih dari 43 juta orang, dan menyumbangkan total sampah sebesar 96 juta ton yang diproyeksikan akan meningkat hingga lebih dari 50 persen pada tahun 2030.

Berselang lebih dari tiga tahun, pada pertengahan 2024, Kementerian PPN/Bappenas meluncurkan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025-2045.

Di dalamnya terdapat informasi terperinci tentang pentingnya transisi menuju ekonomi sirkular, capaian dan arah ekonomi sirkular nasional, pengembangan tata kelola ekosistem ekonomi sirkular, berbagai aturan terkait dengan ekonomi sirkular, hingga kerangka koordinasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk mewujudkan ekonomi sirkular.

Inisiatif strategis ini perlu kita apresiasi karena penerapan ekonomi sirkular memang membutuhkan pendekatan sistemik dan komprehensif yang perlu diorkestrasi oleh pemerintah.

Dokumen tersebut menyebut komunikasi, edukasi, dan kesadaran masyarakat sebagai indikator penting dalam mendukung kinerja ekonomi sirkular. Meski istilah pendidikan dan edukasi masing-masing muncul 10 dan 20 kali, dokumen ini belum menjelaskan secara rinci rancangan dan rencana implementasi pendidikan ekonomi sirkular. Padahal, sebagai konsep yang kompleks dan sistemik, pendidikan ekonomi sirkular perlu dirancang dengan pendekatan yang tepat.

Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya ekonomi sirkular tidak cukup hanya dengan kampanye penerapan prinsip 9R (refuse, rethink, reduce, reuse, repair, refurbish remanufacture, repurpose, recycle, dan recover).

Walaupun terjemahan teknis dari prinsip ini telah dijabarkan untuk beberapa industri prioritas nasional, pemikiran sistem perlu menjadi dasar utama dalam materi pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan.

Pendidikan ekonomi sirkular juga perlu dibuat secara bertahap dan dirancang khusus untuk setiap aktor atau pemangku kepentingan. Lalu, apa saja topik penting yang sebaiknya dipahami sebagai bagian dari pendidikan ekonomi sirkular berbasis pemikiran sistem? Berikut beberapa diantaranya:

Mulai dengan Paradigma Sumber Daya

Ekonomi sirkular merupakan sebuah sistem “produksi-konsumsi” yang menekankan pentingnya mengelola sumber daya yang terbatas secara bijak dan bertanggung jawab dengan prinsip regenerasi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sampah dalam rangka menciptakan daur hidup secara berkelanjutan.

Beragam konsep ekonomi sirkular sebenarnya telah muncul sejak 1960-an, seperti closed spaceship, limits to growth, performance economy, closed loop production, cradle to cradle, industrial ecology, regenerative design, biomimicry,dan blue economy.

Semua mengusung semangat yang sama: pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya bumi secara bijak. Karena itu, kurikulum pendidikan ekonomi sirkular perlu menekankan pentingnya mengelola sumber daya terbatas demi kebutuhan masa kini dan generasi mendatang.

Peserta didik perlu memahami bahwa keserakahan dalam memanfaatkan sumber daya terbatas dapat merusak bumi, menghabiskan sumber daya kunci, dan menimbulkan penumpukan sampah yang mengancam kehidupan manusia. Sumber daya di sini mencakup tidak hanya sumber daya alam, tetapi juga semua faktor produksi dan penunjang kehidupan sehari-hari.

Kebiasaan sederhana seperti menghemat air, mematikan lampu saat tidak digunakan, menghindari pemborosan listrik, tidak menyisakan makanan, dan merawat barang yang dimiliki, dapat menjadi langkah awal dalam mengenalkan pengelolaan sumber daya.

Pemahaman Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Berbagai negara kini menjalankan strategi untuk mencapai 17 tujuan dan 169 target pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang telah disepakati oleh seluruh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tujuan tersebut menjadi cetak biru global untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi manusia dan bumi melalui kerja sama internasional. Karena itu, SDGs dikenal sebagai kerangka pembangunan berkelanjutan yang mencakup lima tema utama: perdamaian (peace) dan kemakmuran (prosperity) untuk manusia (people) dan bumi (planet) sekarang dan di masa yang akan datang melalui kerjasama (partnership) global.

Ekonomi sirkular dapat dikaitkan dengan tujuan SDGs ke-12, yaitu konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penerapan ekonomi sirkular akan berkontribusi pada pencapaian SDGs.

Konsumsi yang Bertanggung Jawab

Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025-2045 telah menekankan pentingnya extended producer responsibility (EPR), yaitu tanggung jawab perusahaan atas sampah dari produk yang dihasilkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam hal ini, perusahaan didorong untuk menerapkan kerangka 9R dalam pengelolaan produk dan sampah yang dihasilkan.

Namun demikian, konsumsi yang bertanggung jawab juga memegang peranan yang krusial dalam konsep ekonomi sirkular. Sampah rumah tangga yang sehari-hari kita buang di tempat sampah adalah sisa konsumsi yang kita hasilkan.

Banyaknya sampah yang dihasilkan juga tergantung pada banyaknya barang yang dikonsumsi. Konsep-konsep tentang mindful consumption (mengonsumsi hanya yang dibutuhkan), anti consumption (tidak mengonsumsi barang-barang yang merusak lingkungan), dan responsible consumption(memahami dan bertanggung jawab atas barang yang dikonsumsi termasuk sampah yang dihasilkan – extended consumer responsibility) perlu dipahami secara mendalam.  

Mengenal Jenis Sampah dan Nilai Ekonominya

Pelajaran tentang jenis sampah dari aktivitas produksi dan konsumsi serta cara pengelolaannya perlu dikenalkan sejak dini. Tidak semua sampah mudah diolah atau cepat terurai. Selain sampah organik dan anorganik, terdapat pula sampah residu—campuran keduanya—yang sulit dikelola. Banyak fasilitas pengolahan belum mampu menangani sampah residu, sehingga menimbulkan penumpukan atau pembakaran yang mencemari lingkungan.

Peserta didik perlu memahami bahwa pengelolaan sampah tidak selalu identik dengan pekerjaan kotor. Pemilahan dan pengolahan sampah justru memiliki nilai ekonomis. Sampah PET, kertas, dan besi, misalnya, bisa dijual ke pengelola. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos yang bernilai jual. Sementara itu, sampah residu bisa dikurangi melalui kebiasaan belanja yang lebih bijak dan terinformasi.

Penekanan Manfaat Ekonomi untuk Bisnis

Manfaat ekonomi menjadi salah satu faktor utama dalam penerapan ekonomi sirkular. Bagi banyak perusahaan, keuntungan ekonomi menjadi prioritas utama jika dibandingkan aspek lingkungan dan sosial dalam pembangunan berkelanjutan. Pendidikan tentang peluang bisnis dan analisis kelayakan bisnis yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular perlu digalakkan terutama bagi UMKM yang seringkali menjalankan bisnis dengan mode bertahan dengan penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurut estimasi Kementerian PPN/Bappenas, Kedutaan Besar Denmark di Jakarta, dan UNDP (2021), transisi menuju ekonomi sirkular di Indonesia pada 2030 dapat berkontribusi pada penambahan PDB sebesar Rp. 593-638 triliun, pengurangan sampah sebesar 18-52 persen, pengurangan emisi CO2 sebesar 126 juta ton, pengurangan penggunaan air sebesar 6,2 miliyar meter kubik, penambahan 4,4 juta pekerjaan, dan hampir 9 persen penghematan pengeluaran rumah tangga.

Namun demikian, manfaat-manfaat yang didapatkan terutama manfaat ekonomi dari transisi menuju ekonomi sirkular ini perlu dipahami secara teknis oleh para pemangku kepentingan, terutama para pelaku usaha termasuk UMKM yang mempunyai peran penting dalam transisi tersebut.

Hal ini sangat penting mengingat UMKM merepresentasikan 99 persen dari total usaha yang menyumbangkan 96,9 persen dari total tenaga kerja di Indonesia (Kemenko Perekonomian, 2022). Pada tahun 2021, terdapat 64,2 juta UMKM di Indonesia yang berkontribusi pada 61,07 persen PDB dan 14,37 persen ekspor (Kemenko Perekonomian, 2021).

Ramah Lingkungan Identik dengan Mahal?

Banyak pelaku UMKM merasa belum siap mengadopsi ekonomi sirkular karena keterbatasan akses terhadap bahan baku dan teknologi yang masih mahal dan langka. Di sisi lain, konsumen cenderung enggan membeli produk ramah lingkungan karena harga yang dianggap lebih tinggi atau kurangnya kesadaran akan dampak konsumsi terhadap lingkungan.

Karena itu, pendidikan ekonomi sirkular penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi konsumsi mereka. Aktivitas bisnis umumnya mengikuti permintaan pasar. Selama masih ada permintaan atas produk yang tidak ramah lingkungan, produsen akan terus memproduksinya.

Pemerintah dapat memberikan insentif agar lebih banyak pelaku usaha berinovasi dan menyediakan produk ramah lingkungan dengan harga terjangkau. Pendidikan tentang pemodelan bisnis juga perlu diberikan, terutama bagi UMKM, agar mereka mampu mengembangkan model usaha yang sesuai dengan prinsip ekonomi sirkular.

Sebagai contoh, UMKM dapat menerapkan konsep sharing economy dengan berkolaborasi memanfaatkan fasilitas bersama. Mereka juga bisa mengubah aliran pendapatan, dari menjual produk menjadi menyewakan barang atau menawarkan solusi atas kebutuhan pelanggan. Dengan cara ini, kepemilikan barang yang berpotensi menjadi sampah dapat dikurangi.

Dari Membuang ke Mengelola Sampah

Pendidikan ekonomi sirkular bertujuan mengubah pola pikir masyarakat dari sekadar membuang menjadi mengelola dan mengolah sampah. Peserta didik tidak cukup diajarkan untuk memilah dan membuang sampah ke tempatnya, tapi juga memahami bagaimana sampah tersebut bisa dikelola sendiri atau oleh pihak yang berwenang. Dengan begitu, mereka mengerti perjalanan produk dan limbah yang menyertainya.

Pendidikan serupa juga penting bagi pengelola sampah seperti TPST, TPS3R, pengumpul sampah mandiri, serta pihak publik dan swasta. Tujuannya agar mereka tidak hanya fokus pada pengumpulan dan pembuangan, tetapi juga menciptakan nilai dari sampah melalui pengolahan yang terintegrasi dengan sistem produksi.

Konsumen pun perlu diberi pemahaman bahwa mereka bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan. Sistem retribusi sampah sebaiknya tidak bersifat tetap, tetapi proporsional terhadap volume sampah. Semakin banyak sampah yang dihasilkan, semakin besar biaya yang harus dibayar. Kebijakan ini dapat menjadi disinsentif ekonomi untuk mengurangi sampah sekaligus mendorong gaya hidup minim limbah.

Edukasi Ekonomi Sirkular dalam Rantai Pasok

Pendidikan ekonomi sirkular perlu mencakup pemahaman tentang rantai pasok, karena prinsip dasarnya adalah mengurangi atau menghilangkan sampah dengan mengembalikannya ke sistem produksi.

Selain peserta didik, perusahaan juga perlu memastikan seluruh mitra dalam rantai pasok menerapkan prinsip ekonomi sirkular. Pendidikan berbasis rantai pasok dinilai lebih efektif karena pelaku industri saling terhubung dan bergantung satu sama lain.

Oleh karena itu, materi pembelajaran harus dirancang agar dapat disesuaikan dengan konteks industri dan rantai pasok masing-masing, sehingga implementasi ekonomi sirkular dapat berjalan optimal.

Peran Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi memegang peran kunci dalam mewujudkan ekonomi sirkular di Indonesia melalui pelaksanaan tri dharma: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam bidang pendidikan, perguruan tinggi perlu menjadi pelopor penyusunan kurikulum dan pengembangan program studi atau mata kuliah terkait ekonomi sirkular. Contohnya, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) telah menawarkan mata kuliah Ekonomi Sirkular sebagai mata kuliah pilihan yang terbuka bagi seluruh mahasiswa lintas disiplin.

Pengajaran mata kuliah ini melibatkan dosen dari berbagai latar belakang, termasuk praktisi berpengalaman di bidang ekonomi sirkular. Pendekatan ini menegaskan pentingnya pemikiran sistem dalam pendidikan ekonomi sirkular.

Dalam konteks penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, melalui Supply Chain and Circular Economy (SCCE) Working Group, FEB UGM telah secara aktif melakukan penelitian lapangan melalui survei, wawancara, dan diskusi kelompok terfokus terkait praktik-praktik ekonomi sirkular di Indonesia.

SCCE juga telah mengembangkan satu website bernama Ekonomi Sirkular ID (ekonomisirkular.id) yang didedikasikan khusus untuk mengedukasi individu dan perusahaan tentang pentingnya bertransformasi menuju ekonomi sirkular.

Laman tersebut dilengkapi dengan assessment tools yang dapat digunakan oleh individu dan perusahaan secara gratis untuk menilai seberapa jauh mereka telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular.

Tidak hanya itu, bidang kajian di bawah naungan Laboratorium Manajemen ini juga sedang mengembangkan model pendidikan ekonomi sirkular berbasis permainan daring dengan nama Circular Game ID (circulargame.id).

Dalam permainan ini, peserta dapat berperan sebagai perusahaan yang memproduksi produk dan/atau individu yang mengonsumsi produk. Dengan perspektif pemikiran sistem, setiap keputusan yang diambil oleh peserta akan berdampak pada sistem ekonomi sirkular dan lingkungan secara khusus. Permainan ini dapat dimainkan secara gratis.

Terakhir, SCCE juga sedang mengembangkan supply chain traceability system bernama Suplai ID (suplai.id) untuk memetakan rantai pasokan produk-produk sehari-hari. Upaya ini dilakukan agar individu dan perusahaan dapat memahami peta rantai pasokan produk-produk yang diproduksi dan dikonsumsi, sehingga memudahkan mereka untuk mengambil keputusan dengan pemikiran sistem. Pengguna nantinya dapat mengunduh peta rantai pasokan dari platform tersebut.

Berbagai hal yang dilakukan oleh SCCE ini menggambarkan bagaimana perguruan tinggi dapat berkontribusi dalam menjembatani proses pembelajaran, menawarkan solusi teknologi berbasis riset, serta membantu masyarakat mewujudkan ekonomi sirkular dengan lebih percaya diri.

Menanti Aksi Selanjutnya

Berbagai topik di atas sekali lagi menggambarkan bahwa penerapan ekonomi sirkular bersifat sistemik dan melibatkan berbagai pihak. Pengambilan keputusan oleh salah satu pihak yang terlibat dapat berdampak pada bagaimana keseluruhan sistem akan berjalan.

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi diskursus awal untuk memantik diskusi-diskusi dan aksi-aksi yang relevan di masa yang akan datang tentang urgensi pendidikan ekonomi sirkular berbasis pemikiran sistem di Indonesia. Tentu masih banyak aspek ekonomi sirkular yang dapat dielaborasi di luar topik-topik yang didiskusikan dalam tulisan ini. Apapun perspektif penerapan ekonomi sirkular yang dipahami dan didiskusikan, pendidikan ekonomi sirkular harus segera dijalankan dengan lebih masif untuk membantu memudahkan dan mengakselerasi transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Harus diakui bahwa gerak kita tidak secepat negara-negara lain terutama negara maju dalam mengadopsi paradigma ekonomi sirkular. Namun demikian, tidak ada kata terlambat dalam menjalankan kebaikan selama kita mau segera melakukan kebaikan.

Luluk Lusiantoro | Associate Professor of Supply Chain and Circular Economy, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada dan Research Associate, Centre for Business Research, Judge Business School, University of Cambridge

==========================

Referensi

Kementerian PPN/Bappenas, Kedutaan Besar Denmark di Jakarta, dan UNDP (2021), The economic, social, and environmental benefits of a circular economy in Indonesia, Diakses 1 Desember 2024, tersedia melalui https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2021/02/Executive-Summary-The-Economic-Social-and-Environmental-Benefits-of-a-Circular-Economy-in-Indonesia.pdf.

Kementerian PPN/Bappenas (2024), Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular Indonesia 2025-2045, Diakses 1 Desember 2024, tersedia melalui https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2024/07/RAN-ES-2025-2045.pdf.

Kemenko Perekonomian (2022), Perkembangan UMKM sebagai critical engine perekonomian nasional terus mendapatkan dukungan pemerintah, Diakses 1 Desember 2024, tersedia melalui https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4593/perkembangan-umkm-sebagai-critical-engine-perekonomian-nasional-terus-mendapatkan-dukungan-pemerintah.

Kemenko Perekonomian (2021), Dukungan pemerintah untuk mendorong UMKM go digital dan go global. Diakses 1 Desember 2024, tersedia melalui https://ekon.go.id/publikasi/detail/3180/dukungan-pemerintah-untuk-mendorong-umkm-go-digital-dan-go-global.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online