Perilaku Selingkuh Menular, Benarkah? Begini Kata Pakar

2 hours ago 3

Kabar perselingkuhan santer di dunia hiburan belakangan ini. Benarkah perilaku selingkuh bisa menular? Simak penjelasannya di sini, Bunda.

Fenomena perselingkuhan tampaknya tak pernah berhenti jadi bahan perbincangan publik. Tak hanya menyangkut moral dan kepercayaan, kini muncul pertanyaan baru, apakah perilaku selingkuh bisa menular?

Beberapa hasil penelitian terbaru mengindikasikan bahwa hal itu bukan sekadar asumsi. Ketika seseorang mengetahui bahwa banyak orang di sekitarnya melakukan perselingkuhan, hal itu dapat menormalisasi perilaku serupa bahkan memunculkan dorongan untuk melakukan hal yang sama.

Mengutip News24, studi yang dipublikasikan dalam Archives of Sexual Behavior mengungkapkan bahwa paparan terhadap informasi mengenai tingginya angka perselingkuhan dapat menurunkan komitmen seseorang terhadap pasangannya. Peneliti menemukan bahwa mendengar atau membaca berita mengenai orang lain berselingkuh bisa membuat seseorang merasa lebih 'nyaman' bahkan berani melakukan hal serupa.

Jadi, benarkah perilaku selingkuh menular? Berikut penjelasannya, Bunda.

Fenomena infidelity contagion

Menurut laporan Psychology Today, fenomena ini disebut sebagai 'infidelity contagion' atau menularnya perilaku tidak setia, di mana norma sosial yang longgar terhadap kesetiaan membuat seseorang lebih permisif terhadap perilaku selingkuh. Apakah berarti setiap orang yang mendengar kabar tentang perselingkuhan akan terdorong untuk melakukannya?

Tentu tidak sesederhana itu. Studi tersebut memang menemukan adanya pengaruh paparan terhadap perilaku serupa, tapi tidak semua orang menunjukkan respon yang sama.

Faktor kepribadian, tingkat kepuasan hubungan, dan nilai moral tetap berperan besar dalam menentukan apakah seseorang akan tergoda untuk mengkhianati pasangannya atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh tim psikolog dalam tiga studi berbeda mencoba membuktikan teori ini.

Dalam studi pertama, sekelompok mahasiswa yang sedang menjalin hubungan diminta menonton video dengan dua versi, satu menyebutkan bahwa tingkat perselingkuhan mencapai 86 persen dan versi lainnya hanya 11 persen. Setelah itu, mereka diminta menulis fantasi tentang orang lain.

Hasilnya? Tingkat infidelitas yang disebutkan dalam video tidak banyak memengaruhi keinginan untuk selingkuh. Namun hasil berbeda muncul dalam studi kedua.

Para peserta yang membaca kisah pengakuan seseorang yang berselingkuh dari pasangannya justru menunjukkan minat lebih tinggi terhadap orang lain yang dianggap menarik. Mereka lebih terbuka pada kemungkinan memiliki pasangan baru dibanding peserta yang membaca kisah tentang kecurangan akademik.

Ini menunjukkan bahwa mendengar atau membaca tentang perselingkuhan romantis dapat memicu rasa penasaran atau keinginan untuk mencari alternatif pasangan. Studi terakhir menguatkan temuan tersebut.

Peserta yang sebelumnya diberi informasi bahwa 86 persen orang berselingkuh lebih mungkin untuk melanjutkan interaksi online dengan orang asing. Bahkan ditemukan pula perbedaan gender, pria cenderung lebih mudah kehilangan komitmen dibanding perempuan setelah terpapar data tentang tingginya angka perselingkuhan.

Secara keseluruhan, para peneliti menyimpulkan bahwa paparan terhadap norma perselingkuhan dapat 'menormalisasi' perilaku tersebut. Hal ini bisa membuat seseorang lebih permisif terhadap kemungkinan mengkhianati pasangan.

Meski begitu, para ahli menekankan bahwa penelitian ini masih membutuhkan bukti lanjutan untuk benar-benar memahami bagaimana pengaruh lingkungan dan informasi dapat mengubah perilaku dalam hubungan. Namun satu hal yang pasti, semakin sering seseorang melihat atau mendengar bahwa perselingkuhan dianggap wajar maka semakin besar risiko hubungan menjadi rapuh.

Cara menguatkan hubungan agar jauh dari perselingkuhan

Mengutip CNBC International, kunci menjaga hubungan tetap sehat bukanlah dengan menutup mata terhadap godaan, melainkan memperkuat pondasi emosional di antara pasangan. Ada empat pertanyaan sederhana yang bisa membantu menilai seberapa kuat hubungan Bunda.

Jika semua jawabannya 'iya',  kemungkinan besar hubungan Bunda berada di jalur yang kokoh. Pertanyaan apa saja yang dimaksud?

1. Apakah Bunda dan pasangan masih akan menjadi sahabat baik jika tidak berstatus sebagai kekasih atau suami-istri?

Hubungan yang kuat selalu berakar dari persahabatan. Jika Bunda tetap ingin menghabiskan waktu bersama pasangan karena rasa nyaman dan saling mendukung, bukan hanya karena cinta atau kebiasaan, itu tanda pondasi hubungan sudah sehat.

2. Apakah Bunda bisa menjadi diri sendiri saat bersama pasangan?

Pasangan yang baik seharusnya mampu mengeluarkan versi terbaik dari diri kita. Dalam istilah psikologi, ini disebut 'efek Michelangelo', di mana dua orang saling membentuk dan menumbuhkan karakter positif satu sama lain.

Sebaliknya, jika hubungan justru membuat Bunda merasa rendah diri, kurang percaya kemampuan sendiri, atau selalu disalahkan, berarti ada ketidakseimbangan yang berisiko memicu masalah di masa depan.

3. Jika pasangan tidak akan pernah berubah, apakah Bunda tetap ingin bersamanya?

Menerima pasangan apa adanya merupakan tanda kedewasaan emosional dalam hubungan. Cinta sejati bukan tentang berharap seseorang menjadi sempurna, melainkan kesediaan untuk tumbuh bersama dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

4. Ketika Bunda mendapatkan kabar baik, apakah pasangan menjadi orang pertama yang ingin diberi tahu?

Hubungan yang sehat bukan hanya tempat berbagi duka, melainkan ruang untuk merayakan kebahagiaan bersama. Pasangan yang saling mendukung dan ikut bahagia atas keberhasilan satu sama lain biasanya memiliki ikatan emosional yang lebih kuat dan tahan terhadap godaan luar.

Jadi, apakah perilaku selingkuh benar-benar menular? Menurut hasil riset, jawabannya kemungkinan iya. Paparan terhadap norma perselingkuhan dapat melemahkan komitmen dan menurunkan resistensi seseorang terhadap godaan.

Meski demikian, yang kuat, terbuka, dan penuh saling menghargai tetap menjadi benteng utama untuk melindungi diri dari risiko tersebut. Pada akhirnya, kesetiaan bukan sekadar tentang menjauhi orang lain, namun memilih agar tetap hadir meski ada banyak alasan untuk berpaling.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online