Pramono Anung Klaim Dengarkan Kritik soal Wacana Pulau Kucing

2 days ago 13

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jakarta Pramono Anung Wibowo mengklaim dirinya mendengarkan kritik yang ada soal gagasan pulau kucing. Wacana pulau khusus kucing di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta merupakan salah satu gagasan Pramono sebagai gubernur.

Pramono menilai kritik adalah pertanda demokrasi yang baik. "Saya orang yang mendengar kritik. Itu adalah label sehat," kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu di Balai Kota Jakarta pada Selasa, 3 Juni 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia berujar saat ini Pemerintah Provinsi Jakarta masih mengkaji rencana pembuatan pulau khusus kucing. Kebijakan itu, kata Pramono, belum diputuskan secara final hingga saat ini.

Menurut Pramono, dirinya tidak akan memaksakan kebijakan jika memang tidak masuk akal. "Ketika sudah dikaji, untung dan ruginya lebih banyak mana, manfaatnya di mana, maka baru kemudian kita putuskan," ujar mantan sekretaris kabinet itu.

Pramono menyampaikan wacana pulau kucing adalah salah satu solusi yang dia tawarkan untuk masalah overpopulasi mamalia tersebut di Jakarta. Saat ini, ujarnya, salah satu persoalan di ibu kota adalah kucing yang beranak-pinak terlalu cepat.

Pramono berkata rencana pembangunan pulau kucing dia kaji sambil tetap melaksanakan program sterilisasi hewan. "Kami menargetkan 22 ribu (sterilisasi kucing) pada tahun ini," ucap Pramono. Dia berharap program sterilisasi bisa membuat populasi kucing di Jakarta menurun.

Wacana pulau kucing sebelumnya mendapat kritik dari Francine Widjojo, anggota Komisi B DPRD Jakarta dari Fraksi PSI. Francince menyampaikan ketidaksetujuannya dalam pengelolaan wilayah di Kepulauan Seribu sebagai pulau kucing. Penolakannya ini berdasarkan pandangannya bahwa kucing merupakan predator alami bagi satwa liar, seperti burung.

Dia juga menyampaikan bahwa pemindahan banyaknya kucing ke dalam suatu pulau akan menambah beban pemeliharaan pemerintah. "Pemindahan kucing-kucing ke pulau tersebut dapat mengganggu ekosistem dan akan menimbulkan beban pemeliharaan jangka panjang karena mereka perlu dirawat seumur hidup,” kata dia.


Ester Veny Novelia Situmorang berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online