Bos DeepSeek Khawatir AI Bakal Rebut Pekerjaan Manusia

1 week ago 12

Selular.id – Chen Deli, peneliti senior DeepSeek, memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) berpotensi mengambil alih sebagian besar pekerjaan manusia dalam satu hingga dua dekade mendatang.

Pernyataan ini disampaikan dalam World Internet Conference di mana Chen mewakili CEO DeepSeek Liang Wenfeng, menandai salah satu penampilan langka petinggi perusahaan AI yang sedang naik daun ini di forum publik.

Dalam diskusi panel yang menghadirkan eksekutif dari enam perusahaan teknologi China terkemuka—yang dijuluki ‘enam naga kecil’ AI—Chen mengungkapkan kekhawatiran mendalam tentang masa depan teknologi yang sedang dikembangkannya.

“Dalam 10-20 tahun ke depan, AI dapat mengambil alih semua pekerjaan yang dilakukan manusia dan masyarakat akan menghadapi tantangan yang sangat besar,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Chen menegaskan bahwa meskipun saat ini AI masih memiliki banyak keterbatasan dan manusia serta mesin berada dalam ‘fase bulan madu’, otomatisasi pekerjaan akan semakin meluas.

Ia mendorong perusahaan teknologi untuk mengambil peran sebagai ‘pembela’ masyarakat dengan memperingatkan pekerjaan-pekerjaan yang akan hilang terlebih dahulu akibat perkembangan AI.

Peringatan dari petinggi DeepSeek ini datang di tengah lonjakan popularitas perusahaan tersebut sejak awal tahun 2025.

DeepSeek, yang sebelumnya lebih dikenal melalui kebijakan pelabelan konten AI di China, kini semakin menunjukkan pengaruhnya dalam lanskap teknologi global.

Chen menyatakan posisinya yang kompleks terhadap teknologi AI.

“Saya sangat positif tentang teknologi AI tapi saya melihat dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap masyarakat,” katanya.

Ia mengakui bahwa meskipun terdengar baik jika manusia terbebas sepenuhnya dari pekerjaan, kenyataannya hal ini justru akan mengguncang masyarakat hingga ke akar-akarnya.

Meski menyadari potensi ancaman terhadap kehidupan manusia, Chen menganggap bahwa memperlambat atau menghentikan pengembangan AI bukanlah hal yang realistis.

Insentif keuntungan yang mendorong sektor ini, menurutnya, membuat laju perkembangan AI sulit dibendung.

Pandangan ini mencerminkan dilema yang dihadapi banyak perusahaan teknologi dalam menyeimbangkan inovasi dengan tanggung jawab sosial.

DeepSeek sendiri, seperti perusahaan AI lainnya, berencana mengembangkan AI super pintar atau Artificial General Intelligence (AGI) yang kemampuannya setara manusia.

Chen bahkan menyatakan bahwa tanda keberhasilan revolusi AI justru adalah ketika teknologi ini mampu menggantikan sebagian besar pekerjaan manusia—sebuah pernyataan yang kontradiktif dengan kekhawatiran yang ia sampaikan.

Munculnya DeepSeek sebagai salah satu pemain utama dalam industri AI tidak terlepas dari dukungan ekosistem teknologi di China.

Perusahaan yang berbasis di Hangzhou ini merupakan bagian dari transformasi kota tersebut menjadi pusat teknologi baru di China, bersama dengan kesuksesan lain seperti game Black Myth: Wukong.

Pernyataan Chen Deli ini muncul dalam konteks pengawasan ketat yang dialami oleh DeepSeek dari pemerintah China.

Seperti yang pernah dilaporkan sebelumnya, perusahaan ini berada dalam pengawasan regulator seiring dengan meningkatnya pengaruhnya di industri AI global.

Peringatan tentang dampak AI terhadap lapangan pekerjaan bukanlah yang pertama kali muncul dari kalangan internal industri teknologi.

Namun, yang membuat pernyataan Chen menonjol adalah datangnya langsung dari salah satu pelaku utama dalam pengembangan AI, di saat perusahaan yang diwakilkannya justru berinvestasi besar-besaran dalam teknologi tersebut.

Perkembangan terbaru dari DeepSeek, termasuk rencana peluncuran model AI baru yang ditenagai chip Huawei, menunjukkan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi di tengah kekhawatiran yang justru disuarakan oleh salah satu peneliti utamanya.

Peringatan Chen Deli di World Internet Conference ini menggarisbawahi kebutuhan akan diskusi yang lebih terbuka tentang masa depan kerja di era AI.

Sebagai representasi dari perusahaan yang berada di garis depan pengembangan teknologi, suaranya memberikan perspektif unik tentang dilema etis dan sosial yang dihadapi industri AI secara keseluruhan.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online