Demo Game AI Matt Shumer Dikritik, Masa Depan atau Nonsense?

7 hours ago 1

Selular.id – CEO HyperWrite Matt Shumer memicu kontroversi setelah memamerkan demo game yang sepenuhnya digenerate artificial intelligence (AI). Dalam unggahan di platform X, Shumer membagikan video berjudul “AI games are going to be amazing” yang justru menuai kritik tajam karena kualitas visual dan logika gameplay yang kacau balau.

Shumer, yang memimpin perusahaan penyedia alat AI seperti “Team Member Praise Generator” dan “AI Sympathy Message Generator”, tampak yakin dengan masa depan gemilang game berbasis AI. Namun demo yang ditampilkan justru memperlihatkan ketidakkonsistenan visual, teks tidak terbaca, dan alur cerita yang membingungkan.

Dalam video berdurasi pendek tersebut, pemain mengendalikan tentara yang merayap dari helikopter ke jalanan Manhattan. Adegan pembuka langsung menunjukkan keanehan ketika karakter mendarat dengan hujan pecahan kaca tanpa alasan jelas. Senjata yang digunakan tampak seperti MP5 bermimpi buruk dengan dua set bidikan besi, menembak ke udara kosong namun menghasilkan percikan api seolah menembak dinding.

The "player" sprays bullets into an invisible field.

Perjalanan berlanjut dengan tentara dan regunya bergerak di jalanan dimana peluru penjejak melintas tanpa penembak yang terlihat. Pemain melewati bangunan dengan tanda yang berganti antara “DELI,” “DELE,” dan “DEE,” menunjukkan ketidakstabilan generasi AI untuk elemen teks dasar.

Di stasiun kereta bawah tanah yang disebut “Sublone” dengan tangga menanjak, pemain dihadapkan pada pilihan naratif. Meski memilih “dive into the Uptown subway,” karakter justru naik tangga biasa ke peron terbuka dimana Times Square seharusnya berada. Kereta yang sebelumnya adalah bus diserang penembak bertopeng yang diabaikan rekan satu regu.

A train births a ladder.

Kekacauan berlanjut di dalam kereta dimana layar LCD menampilkan pemberhentian “Canuial St.” Seorang pria masuk gerbong, mengambil objek antara granat incendiary dan alat pemadam kebakaran yang meleleh dan menyatu kembali di tangannya sebelum meletakkannya kembali. AI kemudian menghasilkan ledakan api dari tangan pria tersebut ke dinding kereta tanpa logika jelas.

Transisi antara adegan semakin tidak koheren ketika pemain beralih antara perspektif first-person dan third-person secara acak. Di atap gedung, menu radial muncul dengan opsi tidak terbaca seperti “Condemt,” “Lergevhtiepsappe,” dan “Guwht dade.” Senjata berubah bentuk menjadi kombinasi AK, Famas, dan M16 tanpa penjelasan.

A soldier considers the options of a radial menu. The options are bad.

Respons masyarakat terhadap demo ini sebagian besar negatif. Seorang pengguna X menyatakan, “Dude this fucking sucks,” mewakili sentimen banyak penonton yang kecewa dengan kualitas hasil generasi AI. Kritik berdatangan menyoroti ketidakmampuan AI dalam menciptakan pengalaman gaming yang koheren dan menyenangkan.

Menanggapi reaksi publik, Shumer membela demo tersebut dengan menyatakan bahwa orang-orang “melewatkan inti” dari demonstrasi semacam ini. “Mereka bukan produk jadi… mereka adalah sekilas pandang apa yang akan datang,” kata Shumer. “Apakah ini game AAA hari ini? Tentu tidak. Akankah game bertenaga AI menjadi luar biasa dalam 5 tahun? Pasti.”

Pernyataan Shumer ini mengingatkan pada pengembangan AI di industri teknologi yang sering menjanjikan kemampuan masa depan tanpa bukti konkret saat ini. Sektor gaming sendiri sedang mengalami transformasi digital dengan berbagai pendekatan teknologi baru.

Demo game AI ini bukan yang pertama menuai kritik. Beberapa waktu lalu, gangguan infrastruktur teknologi sempat mempengaruhi berbagai layanan digital, menunjukkan ketergantungan industri pada sistem yang stabil – sesuatu yang masih menjadi tantangan untuk sistem AI generatif.

Industri otomotif pun tak luput dari integrasi AI, seperti terlihat pada pengembangan kendaraan hybrid Xiaomi yang mengandalkan teknologi canggih untuk pengalaman berkendara lebih baik.

Pertanyaan tentang masa depan game AI tetap terbuka. Meski teknolog seperti Shumer optimis dengan perkembangan lima tahun ke depan, demo yang ditampilkan justru menguatkan keraguan banyak pihak tentang kemampuan AI dalam memahami logika dasar storytelling dan gameplay yang memuaskan.

Perdebatan tentang peran AI dalam kreativitas manusia terus berlanjut, dengan pihak yang optimis melihatnya sebagai batu loncatan teknologi sementara yang skeptis menganggapnya sebagai produksi nonsense yang semakin cantik secara visual namun tetap tidak bermakna.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online