Halaqoh Nasional III Pesantren: Menyatukan Visi, Memperkuat Peradaban

7 hours ago 4

loading...

Masjid Istiqlal, Jakarta, akan menjadi saksi sejarah pada, Kamis, 1 Mei 2025 saat Halaqoh Nasional III Pimpinan Pesantren sekaligus pengukuhan pengurus Forum PK-TREN Indonesia digelar. Foto: Ist

JAKARTA - Masjid Istiqlal, Jakarta, akan menjadi saksi sejarah pada hari ini, Kamis, 1 Mei 2025 saat Halaqoh Nasional III Pimpinan Pesantren sekaligus pengukuhan pengurus Forum Persaudaraan dan Kemitraan Pesantren Indonesia (PK-TREN Indonesia) digelar.

Acara ini bertujuan memperkuat peran pesantren sebagai benteng nilai-nilai Islam dan pilar peradaban bangsa, menyatukan langkah untuk menghadapi tantangan zaman.

Baca Juga

Halaqoh Kebangsaan di Semarang, BNPT Ajak Lawan Intoleransi dan Radikalisme

Acara dihadiri sejumlah tokoh nasional yakni mantan Wapres KH Ma’ruf Amin, Menteri Agama Nasaruddin Umar, mantan Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, Ketua Umum PK-TREN Indonesia KH Ilyas Marwal, dan mantan Ketua MPR Hidayat Nurwahid.

Pesantren: Jantung Perjuangan, Denyut Peradaban

Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama melainkan warisan budaya yang melahirkan pejuang kemerdekaan dan tokoh bangsa seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Ma’ruf Amin, dan Nasaruddin Umar.

“Pesantren adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa, tempat lahirnya semangat kemerdekaan,” ujar ulama dan cendekiawan Islam KH Syukron Makmun.

Menjaga khasanah intelektual Islam seperti karya Syekh Nawawi Al-Bantani, pesantren juga merangkul dinamika modern. Namun, tantangan seperti perbedaan visi, regulasi yang belum selaras, dan tekanan ekonomi menguji ketangguhannya.

PK-TREN Indonesia hadir sebagai jembatan, mempererat kolaborasi antarpesantren untuk menjaga keutuhan umat berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’ah.

PK-TREN Indonesia: Merajut Persatuan, Mengukir Masa Depan

Berdiri sejak Oktober 2019 dari diskusi di Pondok Pesantren Darussalam Gontor dan Pusdiklat Kementerian Agama, PK-TREN Indonesia melibatkan 30 perwakilan pesantren dari seluruh provinsi. Forum ini menjadi wadah sinergi di bidang pendidikan, dakwah, dan ekonomi syariah, sekaligus menjaga relevansi pesantren di era global.

Ilyas mengatakan, pesantren adalah institusi unik dengan sejarah panjang yang melekat pada identitas Indonesia. “Pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga laboratorium peradaban yang melahirkan solusi bagi tantangan sosial, ekonomi, dan keagamaan. Di tengah disrupsi teknologi, globalisasi, dan perubahan nilai, pesantren harus adaptif tanpa kehilangan akar nilai-nilai Islam,” ungkapnya.

Menurut dia, pesantren menghadapi tantangan kompleks, mulai dari modernisasi pendidikan hingga tekanan ekonomi yang memengaruhi keberlanjutan operasional. Dia menyoroti perlunya kolaborasi antarpesantren untuk mengatasi fragmentasi ideologi dan memperkuat posisi pesantren sebagai mitra strategis pemerintah.

Visi KH Ilyas untuk PK-TREN adalah menjadikan pesantren sebagai pusat keunggulan yang tidak hanya menjaga tradisi keilmuan Islam, tetapi juga mendorong pengembangan ekonomi syariah dan pendidikan berbasis teknologi.

Dia menekankan pentingnya pesantren untuk aktif dalam literasi digital, kewirausahaan syariah, dan penguatan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. “Pesantren harus menjadi mercusuar perubahan, menghasilkan generasi yang berakhlak mulia, berwawasan global, dan mampu menjawab tantangan zaman,” katanya.

PK-TREN akan terus memperjuangkan regulasi yang mendukung pesantren, termasuk akses pendanaan dan pengakuan formal atas kontribusi pesantren dalam pembangunan nasional.

“Kami ingin pesantren tidak hanya bertahan, tetapi juga memimpin perubahan sosial dengan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai landasan. PK-TREN adalah jembatan untuk mewujudkan visi tersebut,” ucapnya.

Dukungan kuat datang dari Ma’ruf Amin, Ketua Dewan Penasehat PK-TREN, dan Said Aqil Siradj yang menegaskan pentingnya tradisi pesantren sebagai inspirasi dan penjaga nilai-nilai bangsa.

Halaqoh Nasional III: Langkah Strategis Menuju Perubahan

Halaqoh Nasional III bukan sekadar seremoni melainkan forum strategis untuk merumuskan langkah pesantren menghadapi era global, memperkuat pendidikan Islam, dan memajukan ekonomi syariah. Pengukuhan pengurus PK-TREN Indonesia menegaskan komitmen pesantren sebagai mitra pemerintah dan pelayan umat.

Pesantren Ramah Anak: Menjawab Isu Kekerasan di Dunia Pendidikan

Acara ini juga membahas isu krusial: respons pesantren terhadap kekerasan di dunia pendidikan. Bekerja sama dengan Kementerian Agama, PK-TREN menghadirkan narasumber kompeten untuk membahas pedoman “Pesantren Ramah Anak”, menjawab keresahan masyarakat dan memperkuat citra pesantren sebagai lingkungan pendidikan yang aman dan inklusif.

(jon)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online