Selular.id – Intel Corporation menggugat mantan insinyur perangkat lunaknya, Jinfeng Luo, dengan tuntutan kompensasi senilai USD 250.000 atau setara Rp 4 miliar.
Gugatan hukum ini diajukan setelah Luo diduga mencuri sekitar 18.000 berkas internal perusahaan, banyak di antaranya berlabel “Rahasia Tinggi Intel”, sebelum menghilang tanpa jejak sejak Juli 2024.
Menurut dokumen pengadilan federal California yang dikutip Selular.id, Luo bergabung dengan Intel sejak 2014 dan menerima surat pemberhentian kerja pada 7 Juli 2024.
Ia resmi keluar dari perusahaan pada akhir bulan yang sama, bersamaan dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran Intel yang telah memangkas sekitar 35.000 posisi dalam dua tahun terakhir.
“Ini merupakan pelanggaran serius terhadap kekayaan intelektual perusahaan di saat kami sedang menjalani restrukturisasi mendalam,” demikian pernyataan resmi Intel dalam dokumen pengadilan yang dilaporkan Tomshardware.
Krisis keuangan Intel yang mulai terlihat antara akhir Juli hingga awal Agustus 2024 diduga turut memengaruhi keputusan memecat Luo sebelum bukti pelanggaran sepenuhnya terverifikasi.
Dokumen pengadilan mengungkapkan kronologi pencurian data yang sistematis.
Seminggu sebelum keluar dari Intel, Luo mencoba menyalin data dari laptop perusahaan ke drive penyimpanan eksternal, namun upaya pertama ini berhasil diblokir sistem keamanan Intel.
Tiga hari sebelum tanggal keluar resmi, ia mencoba lagi dengan metode yang berbeda dan berhasil mentransfer data ke perangkat NAS (Network Attached Storage).
Dalam hari-hari terakhirnya sebagai karyawan Intel, Luo diduga mengunduh total sekitar 18.000 berkas rahasia yang mencakup kekayaan intelektual penting perusahaan.
Intel segera mendeteksi aktivitas akses tidak wajar ini dan meluncurkan penyelidikan internal menyeluruh.
Selama lebih dari tiga bulan setelah Luo menghilang, perusahaan berulang kali menghubungi mantan insinyur tersebut melalui telepon, email, dan surat resmi.
Namun, semua upaya komunikasi ini tidak mendapat respons apa pun dari Luo.
Sikap bungkam inilah yang akhirnya memaksa Intel mengambil langkah hukum dengan mengajukan gugatan untuk memulihkan aset digital yang dicuri.
Sejarah Pelanggaran Serupa di Intel
Insiden pencurian data oleh Jinfeng Luo bukan yang pertama kali terjadi di Intel.
Sebelumnya, seorang insinyur lain di perusahaan tersebut telah dijatuhi hukuman percobaan dua tahun dan denda USD 34.000 setelah terbukti menyalin data secara ilegal untuk melamar pekerjaan di Microsoft.
Yang lebih mengejutkan, dokumen pengadilan bahkan menyebut Microsoft memanfaatkan informasi curian tersebut dalam negosiasi bisnis dengan Intel.
Kasus-kasus seperti ini menunjukkan betapa rentannya perlindungan kekayaan intelektual di industri teknologi, bahkan untuk perusahaan sekaliber Intel yang dikenal dengan sistem keamanan berlapis.
Perusahaan asal Santa Clara ini tengah berjuang mempertahankan daya saing di tengah persaingan ketat pasar semikonduktor global, dimana perlindungan properti intelektual menjadi kunci utama.
Intel sendiri telah melakukan berbagai inovasi produk dalam beberapa tahun terakhir, termasuk peluncuran prosesor Core 13th Gen yang diklaim sebagai prosesor desktop tercepat dunia.
Perusahaan juga aktif memperkenalkan perangkat dengan teknologi terbaru, seperti 30 laptop yang sudah tersedia dengan prosesor 12th Gen di Indonesia.
Implikasi dan Tuntutan Hukum
Hingga saat ini, Jinfeng Luo masih berstatus “hilang” dan belum memberikan tanggapan atas tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Intel menuntut pengembalian penuh seluruh data yang dicuri sekaligus kompensasi finansial senilai USD 250.000 sebagai ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan.
Perusahaan teknologi seperti Intel sangat bergantung pada perlindungan kekayaan intelektual untuk mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar global.
Inovasi dalam prosesor dan teknologi komputasi menjadi tulang punggung bisnis mereka, sehingga setiap kebocoran data rahasia dapat berdampak signifikan terhadap posisi strategis perusahaan.
Gugatan hukum terhadap Luo terjadi di tengah transformasi besar-besaran yang sedang dijalani Intel.
Perusahaan tidak hanya melakukan restrukturisasi internal melalui PHK besar-besaran, tetapi juga terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi masa depan, termasuk aliansi strategis dengan berbagai mitra teknologi global.
Perkembangan kasus ini akan terus dipantau, mengingat dampaknya terhadap praktik keamanan siber dan perlindungan kekayaan intelektual di industri teknologi.
Intel diharapkan dapat memulihkan data yang dicuri dan menegakkan sistem keamanan yang lebih ketat untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan.
.png)

















































