Jangan Sampai Ketinggalan! Bitcoin Cs Bangkit dari Kubur, Siap-Siap Panen Cuan?

5 hours ago 3

loading...

Bitcoin dan aset kripto lainnya mengalami kenaikan setelah turun cukup dalam. Foto: The Independent

JAKARTA - Setelah sempat terhuyung, Bitcoin kembali menunjukkan taringnya, naik mendekati level psikologis USD105.000 (sekitar Rp1.680.000.000) kemarin. Ini dipicu serangkaian kabar baik yang bagai angin segar bagi para investor aset digital dan pasar saham Amerika Serikat.

Bayangkan saja, setelah sempat terkoreksi ke zona USD101.000 (Rp1.616.000.000), Bitcoin seolah menemukan tempat baru. Pendorong utamanya? Tak lain adalah data inflasi CPI Amerika Serikat yang lebih jinak dari perkiraan para ekonom. Angka inflasi yang melandai ke 2,3%, lebih rendah dari ekspektasi 2,4%, menjadi sinyal bahwa tekanan ekonomi di Negeri Paman Sam mungkin mulai mereda.

Tak hanya itu, pernyataan penuh harapan dari Presiden Trump turut menyulut optimisme pasar. Ditambah lagi, kabar bahwa bursa terbesar di AS, Coinbase (COIN), resmi bergabung dengan indeks bergengsi S&P 500, semakin menambah daya tarik aset-aset berisiko.

Alhasil, harga Bitcoin sempat menyentuh USD104.700 (Rp1.675.200.000), sementara Ethereum tak kalah garang, melonjak 9% hingga menembus USD2.700 (sekitar Rp43.200.000), memimpin kenaikan altcoin lainnya.

Saham Coinbase (COIN) pun meroket hingga 24%, diprediksi akan menerima kucuran dana segar hingga USD16 miliar (sekitar Rp256 triliun) dari perusahaan pengelola dana yang setia mengikuti gerak indeks S&P 500.

Euforia juga menjalar ke pasar saham AS, yang ditutup menghijau pada Selasa (13/05). Indeks S&P 500 naik 0,7%, mencatatkan kinerja positif untuk tahun ini, sebuah pemandangan yang terakhir terlihat sejak Februari. Lonjakan saham-saham teknologi seperti Palantir (+8,1%), Super Micro Computer (+16%), Tesla (+4,9%), dan Nvidia (+5,6%) menjadi motor penggerak utama.

Nasdaq pun ikut bergairah, menguat 1,6%. Di sisi lain, Dow Jones harus sedikit tertahan, turun 0,6% akibat anjloknya saham UnitedHealth sebesar 18% setelah CEO-nya mengumumkan pengunduran diri.

Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menyebut ada optimisme investor di pasar kripto dan Saham AS yang turut dipicu oleh laporan inflasi CPI yang menunjukkan penurunan ke 2,3%, lebih rendah dari ekspektasi ekonom di 2,4%, serta merupakan angka terendah sejak 2021.

Lebih lanjut, Fahmi menambahkan sentuhan kehati-hatian di tengah euforia. “Terlepas dari ketidakpastian terkait dampak kebijakan dagang Presiden Trump yang masih membayangi, perkembangan tersebut menggambarkan kondisi ekonomi AS yang masih cukup solid,” katanya.

Dari sisi kebijakan, kesepakatan dagang terbaru AS dengan Inggris dan China, serta pelonggaran tarif barang bernilai rendah dari China, turut memberikan sinyal positif bagi pasar. Namun, Fahmi mengingatkan bahwa “investor terlihat masih cukup berhati-hati di tengah tren positif yang terjadi saat ini, terlihat dari kenaikan harga emas sebagai aset lindung nilai sebesar 0,6% ke USD3.240,30 (sekitar Rp51.844.800). Investor tradisional AS juga terlihat melakukan profit taking dan hold pada investasi Bitcoin mereka,”.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online