TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Letjen TNI Suharyanto memimpin rapat koordinasi penanganan darurat bencana di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat malam, 6 Desember 2024.
Dalam rapat tersebut, Suharyanto memberi instruksi agar BNPB segera mengaktivasi posko tanggap darurat bencana. Melihat kondisi terdampak bencana banjir dan longsor di Sukabumi, Suharyanto menyarankan untuk dibuat dua posko, yakni posko utama berada di Pendopo Sukabumi dan posko taktis berada di Pelabuhan Ratu.
"Posko utama bisa dibuat di Pendopo Sukabumi, untuk posko taktis berada di Pelabuhan Ratu karena di sana banyak titik bencana," jelas Suharyanto. Suharyanto mengatakan posko tanggap darurat bencana itu sudah harus terbentuk pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Selain itu, Suharyanto juga mengatakan BNPB akan melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Sukabumi demi mengantisipasi terjadinya bencana susulan. Sebab berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Sukabumi masih berpotensi hujan.
"Kami berupaya untuk meminimalisir atau mengurangi jumlah debit hujan yang turun di wilayah Sukabumi dengan Operasi Modifikasi Cuaca," ujar Suharyanto. Meskipun hujan tidak bisa dihentikan, OMC diharapkan dapat mengurangi intensitas hujan yang turun. Sehingga, kata Suharyanto, akan mempermudah proses pencarian korban hilang di lapangan.
Adapun operasi pencarian memiliki golden time selama tujuh hari. Apabila dalam kurun waktu tersebut korban belum ditemukan, Suharyanto meminta pemerintah daerah setempat bersama tim SAR gabungan untuk segera menemui para ahli waris. Per Jumat, 6 Desember 2024, ada sebanyak tujuh korban yang hilang dan masih dalam proses pencarian.
Sementara itu, ada lima korban meninggal dunia. Kelimanya adalah Aden Dafa, Ade Wahyu, Elma Ayunda, Sahroni, dan Dadang. Dari lima korban tersebut, empat diantaranya berasal dari Kecamatan Simpenan dan satu berasal dari Kecamatan Ciemas.