Kontranarasi Hari Buruh 2025 di Media Sosial

5 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Akun bercentang biru @HendraSien di media sosial X mengunggah poster berisi ajakan agar tidak ada yang terprovokasi demonstrasi Hari Buruh yang digelar 1 Mei. “Demi terciptanya iklim kerja yang sehat,” tulis Hendra yang beberapa kali mengunggah konten soal program pemerintah, pada 27 April 2025. Unggahan yang dibagikan ulang hingga 471  kali tersebut mencantumkan tagar #MayDayKondusif di akhir narasi. 

Konten bertagar #MayDayKondusif  bertebaran di akun-akun media sosial menjelang Hari Buruh 1 Mei 2025. Kajian dari Data & Democracy Research Hub Monash University Indonesia mendokumentasikan 30 ribu cuitan bertagar #MayDayKondusif di X sejak 26-28 April 2025. Puluhan ribu cuitan itu berasal dari 5.500 akun memuncak pada Sabtu malam, 26 April 2025, sekitar pukul 22.00  dengan 3.412 unggahan. Tagar itu tetap tinggi hingga Ahad dini hari, 27 April 2025, dengan 1.876 cuitan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cuitan bertagar #MayDayKondusif pada 26-28 April 2025. (Sumber: Data & Democracy Research Hub, Monash University Indonesia, 29 April 2025)

Narasi-narasi tersebut muncul di tengah rencana ribuan buruh menggelar aksi unjuk rasa pada Kamis, 1 Mei 2025. Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) misalnya, akan mengerahkan sekitar 10 ribu orang di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta. Tak hanya buruh, aksi itu melibatkan mahasiswa, serikat tani, masyarakat adat, dan organisasi hak asasi manusia lainnya. 

Narasi Negatif hingga Disinformasi terhadap Gerakan Buruh

Menggunakan perangkat plug-in berbasis web, InVID/WeVerify, tim Cek Fakta Tempo mengambil sampel 317 teks dan 1.490 konten yang memuat video dan poster bertagar #MayDayKondusif pada periode 26-28 April 2025. Konten tersebut menyebar di tiga pelantar media sosial utama, yakni Instagram (46%), YouTube (35%) dan X (14%). Tim Cek Fakta kemudian menganalisis narasi-narasi yang disebarkan untuk mempengaruhi warganet di media sosial terkait Hari Buruh 2025.

Pertama, narasi-narasi yang mengajak warga tidak ikut unjuk rasa yang divisualisasikan melalui poster. Konten-konten tersebut menuding demonstrasi Hari Buruh adalah provokasi dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).

Kedua, narasi yang memberikan stigma negatif terhadap gerakan buruh yang akan berujung pada kericuhan atau kerusuhan. Konten narasi tersebut dilengkapi dengan video dari media Trans 7 yang mendokumentasikan buruh CV. Berkah Alam Saribumi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ketika bentrok dengan polisi pada 29 Mei 2018. Saat itu, buruh kecewa karena pemilik perusahaan mangkir memenuhi upah pekerja hingga empat kali. Aksi ini juga tak berlangsung saat Hari Buruh.

Selain memberi stigma, narasi-narasi yang bertebaran, berisi agar May Day dilakukan secara damai, kondusif, dan mengutamakan dialog. “May Day damai kayak sekarang, keluarga tetap terjaga, investasi berjalan, macet pun enggak datang,“ tulis akun Wulan Sari di YouTube, 27 April 2025. “May Day tetap hangat kalo kita sama-sama jaga damai dan kondusifitas,” tulis akun Evi Ziana di X pada 26 April 2025. 

Ketiga, melabeli seruan aksi May Day dari sejumlah serikat pekerja sebagai informasi bohong. Tim Cek Fakta mendokumentasikan poster dari beberapa serikat pekerja yang dilabeli hoaks oleh sejumlah akun. Poster-poster yang dilabeli hoaks tersebut antara lain dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia, Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia, Asean Trade Union Council, dan Gerakan Buruh untuk Keadilan Sumatera Selatan.

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan poster-poster seruan tersebut benar-benar diproduksi serikat-serikat pekerja untuk memperingati Hari Buruh 2025.  

Co-Director Data & Democracy Research Hub, Ika Idris, mengatakan ada upaya membangun narasi agar warga tidak bergabung ke aksi demonstrasi saat peringatan May Day. Kampanye tersebut cukup terorganisasi karena dilakukan pada malam dan dini hari, waktu yang tak lazim bagi warganet untuk aktif di media sosial. “Tujuannya, agar tagarnya naik dan tidak ada yang menandingi,” kata Ika Idris pada Selasa,  29 April 2025.

Visualisasi kumpulan kata, tagar, dan frasa dominan di X pada 26-28 April 2025 (Sumber: Data & Democracy Research Hub, Monash University Indonesia, 29 April 2025)

Ika menjelaskan, akun-akun yang menyebarkan narasi #MayDayKondusif di X didominasi oleh mereka yang pengikutnya kecil dan aktif mendukung program-program pemerintah. Tidak ada pemengaruh dari tokoh publik yang mengamplifikasi narasi tersebut. Sedangkan dari penggunaan kata  “kondusif”, menurut dia, pilihan diksi tersebut sangat lekat berkaitan dengan isu keamanan.  

Bentuk Represi terhadap Kebebasan Sipil

Dosen Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Nabiyla Risfa Izzati, mengatakan operasi mempengaruhi narasi aksi buruh di media sosial baru terjadi kali ini di Indonesia. Dia menduga ada upaya serius mempengaruhi warganet untuk mencegah lebih banyak orang terlibat di May Day. 

Nabiyla memprediksi para pekerja akan aktif mengikuti demonstrasi karena situasi ekonomi yang buruk. Kondisi itu berdampak pada buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja. “Narasi itu untuk menakuti warga agar tak mengikuti demonstrasi,” ujarnya.

Menurut Nabiyla, kontranarasi dengan tagar #MayDayKondusif menunjukkan represi kebebasan sipil semakin serius. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari represi digital terhadap kebebasan sipil lain sebelumnya seperti aksi #IndonesiaGelap. “Padahal unjuk rasa saat May Day adalah bagian dari hak warga negara,” kata kandidat doktor dari Queen Mary University of London.

Koordinator Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat Sunarno menjelaskan, operasi di media sosial tersebut dapat mempengaruhi dukungan warganet terhadap gerakan buruh dan pekerja yang belum mengetahui aksi May Day. Ia menyebut ada upaya pemerintah untuk membangun citra yang seolah dekat dengan kalangan buruh. “Supaya masyarakat tidak perlu aksi,” kata Sunarno, Selasa 29 April 2025. 

Serangan di media sosial itu, kata Sunarno, mencerminkan tantangan yang semakin tinggi untuk menggelar peringatan Hari Buruh 2025. Selain di ruang digital, beberapa elemen buruh juga dipersulit untuk menggelar aksi. Contohnya, beberapa perusahaan otobus dilarang mengangkut rombongan buruh. 

Aliansi Gebrak juga dilarang menggelar demonstrasi di sekitar Istana Negara, Jakarta Pusat, karena bersamaan dengan perayaan Hari Buruh yang dihadiri Presiden Prabowo Subianto bersama federasi buruh lainnya. “Kami menggeser demonstrasi ke depan gedung DPR RI,” kata Sunarno. Aliansi Gebrak, Sunarno mengklaim, akan melibatkan 10 ribu buruh bersama elemen masyarakat lain dari mahasiswa, petani, masyarakat adat, dan perempuan. 

Tagline Mayday is Kolaborasi Day, yang tagar itu bukan dari kami. Kai sudah mengeluarkan tagar sendiri, merajut kebersamaan dalam kesejahteraan dan produktifitas nasional. Kemenaker sudah mengeluarkan tagar tersebut, jika ada di luar sana untuk mayday kondusif, harapannya baik. Selama ini mayday kondusif karena perayaan buruh juga ingin kondusif. Kalau mereka menyampaikan tuntutan itu harapan mereka. Surat kami ke instansi ketenagaerkaan di seluruh indonesia, aagr mendukung memberikan masukan arahan dan imbauan untuk melangsungkan kegiatan yang positif. Kami tidak pernah menyampaikan ada tagar lain, tidak ada larangan melakukan aksi. Namanya netizen, media sosial, bebas. 

Koordinator Pemberdayaan Organisasi Pekerja dan Organisasi Pengusaha, Kementerian Ketenagakerjaan, Olivia Matiur Napitupuluh, mengatakan, kontranarasi #MayDayKondusif tidak berasal dari instansinya. Dia juga tidak mengetahui siapa yang mengeluarkan kontranarasi tersebut dan tidak pernah melarang buruh turun aksi. 

Kemenaker, kata dia, telah membuat jargon sendiri yakni May Day is Kolaborasi Day untuk memperingati Hari Buruh 2025. Pemberitahuan mengenai jargon tersebut telah dikirim ke seluruh pemerintah daerah. “Jadi kalau ada tagar lain, itu bukan dari kami,” kata dia saat dihubungi Tempo, 30 April 2025.. 

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online