Open House Prabowo, Sejumlah Disabilitas Kecewa Tak Bisa Sampaikan Aspirasi

1 day ago 11

TEMPO.CO, Jakarta - Herman, 38 tahun, menyampaikan kekecewaannya dalam acara gelar griya atau open house yang digelar Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresiden, Jakarta Pusat, Senin, 31 Maret 2025. Kekecewaan itu karena Kepala Negara hanya menyapa dan menyalami masyarakat di satu lokasi yang sama yaitu di halaman Istana Kepresidenan.

Bagi Herman, kondisi itu tidak memungkinkan menyampaikan aspirasi sebagai disabilitas daksa. Pria asal Pamanukan, Subang, Jawa Barat itu ingin meminta Prabowo membuat kebijakan ramah disabilitas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Supaya disabilitas bisa mendapatkan pekerjaan tanpa diskriminasi," kata dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin, 31 Maret 2045.

Berdasarkan pantauan Tempo, masyarakat umum sudah mulai memasuki Istana Kepresidenan sejak pukul 09.00 WIB. Masyarakat tidak langsung bertemu dengan Prabowo. Mereka diminta menunggu di Tenda Besar yang berada di Halaman Istana Kepresiden. 

Mereka menunggu giliran setelah Prabowo selesai menyalami pejabat di aula Istana Merdeka untuk bersalaman dan berfoto. Pejabat itu mulai dari menteri Kabinet Merah Putih hingga kepala badan. Di aula Istana Merdeka, Prabowo menyalami dan berfoto dengan para pejabat. 

Sekitar pukul 11.30 WIB, Prabowo kemudian menghampiri masyarakat umum yang sudah menunggu di halaman Istana Kepresidenan. Dalam ruangan itu, panitia membuat pembatas dan jalur yang akan dilalui oleh Prabowo. Masyarakat berada di belakang pembatas itu. 

Setelah itu, Prabowo memutari ruangan dan menyalami masyarakat satu per satu. Kondisi itu yang menurut Herman tidak kondusif untuk menyampaikan aspirasi. "Padahal saya ingin menyampaikan banyak hal," kata dia. 

Herman menjadi disabilitas daksa sejak mengalami penyakit polio pada umur 7 tahun. Penyakit itu membuat saraf kakinya mengecil. Meski begitu, Herman tidak putus asa. Dia mengaku masih bisa melakukan berbagai macam pekerjaan. 

Masalahnya, kata Herman, masyarakat sudah memberikan stereotipe bahwa disabilitas tidak bisa melakukan pekerjaan. Pandangan itu yang membuat Herman geram. Sebab, memutus akses disabilitas untuk bekerja. 

"Saya sendiri pedagang. Karena kebanyakan di dunia nyata disabilitas itu mencari kerja dipandang sebelah mata," ka dia.

Stereotipe itu yang membuat disabilitas tidak bisa berkembang. Karena itu, dalam momen open house ini, Herman ingin menyampaikan harapan kepada Prabowo untuk memudahkan akses pekerjaan kepada disabilitas. Dia ingin, kesempatan kerja disabilitas tidak diskriminatif. "Sayangnya saya belum sempat sampaikan," kata dia. 

Aspirasi sama disampaikan oleh Stella, 57 tahun. Warga Jakarta Utara ini memiliki anak disabilitas autisme bernama Justin, 24 tahun. Menurut Stella, disabilitas autisme lebih sulit mendapatkan pekerjaan dibandingkan disabilitas lain. Karena itu, Stella berharap Prabowo memberikan akses pekerjaan yang mudah bagi semua disabilitas. 

"Anak saya juga ingin dia dapat pekerjaan. Karena saya engga tahu mau diarahkan ke mana. Anak disabilitas autis, negara jarang memperhatikan. Kalau yang lain mungkin diperhatikan," kata dia di Halaman Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin, 31 Maret 2025.

Tempo berupaya meminta tanggapan kepada Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi perihal kekecewaan dan harapan dari sejumlah disabilitas yang dalam dalam acara open house di Istana. Namun hingga artikel ini diunggah, Hasan belum meresponsnya.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online