Orang Arab Datangi Indonesia Demi Tanaman Kafur yang Disebut dalam Al-Qur'an / Foto: かるちる via Wikimedia Commons
Jakarta, Insertlive -
Tanaman kamper atau kapur barus menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Arab sejak ratusan tahun lalu.
Dalam Surat Al-Insan ayat 5, Al-Qur'an menyebutkan air kafur sebagai minuman bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.
Banyak ulama menafsirkan bahwa kafur yang dimaksud adalah tanaman yang memiliki aroma khas dan khasiat kesehatan.
Namun, tanaman ini tidak tumbuh di tanah Arab, sehingga masyarakat setempat harus mencarinya ke wilayah lain.
Pencarian ini membawa mereka ke kepulauan Nusantara, yang kini dikenal sebagai Indonesia, khususnya ke daerah Barus di Sumatera, pusat produksi kapur barus berkualitas tinggi.
Arkeolog Edward Mc. Kinnon dalam bukunya Ancient Fansur, Aceh's Atlantis (2013) mengungkap bahwa perdagangan kapur barus telah berlangsung sejak lama.
Pedagang Arab dan bangsa lain menyebut Fansur-nama lama Barus-sebagai wilayah utama penghasil tanaman ini.
Sejumlah catatan sejarah mendukung klaim tersebut. Pedagang Arab Ibn Al-Faqih pada tahun 902 sudah mencatat bahwa Fansur menjadi pusat produksi kapur barus, cengkih, pala, dan kayu cendana.
Sementara itu, ahli geografi Ibn Sa'id al-Magribi di abad ke-13 juga menegaskan bahwa kapur barus terbaik berasal dari Sumatera.
Bahkan, jauh sebelumnya, Ptolemy dari Romawi sudah mencatat keberadaan Barus di abad ke-1 Masehi.
Daya tarik kapur barus dari Barus semakin meningkat karena kualitasnya lebih unggul dibandingkan dengan yang berasal dari Malaya dan Kalimantan.
Hal ini menyebabkan arus kedatangan pedagang Arab ke Barus semakin meningkat seiring waktu.
Kedatangan orang Arab ke Sumatera tidak hanya berorientasi pada perdagangan.
Mereka juga turut membawa pengaruh budaya dan agama. Barus menjadi salah satu pintu masuk awal Islam ke Nusantara.
Sejarawan Claude Guillot dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu (2008) menyebut bahwa pedagang Arab biasanya berlayar langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon (Sri Lanka), sebelum akhirnya berlabuh di pantai barat Sumatera.
Mereka tidak hanya singgah, tetapi juga menetap dan berinteraksi dengan penduduk setempat, memperkenalkan ajaran Islam.
Bukti awal kehadiran Islam di Barus terlihat dari kompleks makam kuno Mahligai, yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 Masehi.
Temuan ini memperkuat teori bahwa Islam sudah hadir di Indonesia jauh sebelum abad ke-13, meskipun masih menjadi bahan perdebatan di kalangan sejarawan.
Terlepas dari diskusi akademik, keberadaan pedagang Muslim di Barus berperan besar dalam membangun jaringan perdagangan yang menghubungkan dunia Arab dengan Nusantara.
Hubungan ini turut membuat Indonesia dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan tanaman berharga sejak zaman kuno.
(ikh/ikh)
Tonton juga video berikut:
ARTIKEL TERKAIT
Loading LoadingBACA JUGA
detikNetwork