.png)
RAKYAT MERDEKA — Putra Presiden ke-2 RI Soeharto, Bambang Trihatmodjo, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto usai sang ayah resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Bambang hadir langsung dalam upacara penganugerahan gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
“Kami sekeluarga sangat bersyukur. Terima kasih kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kepada Presiden Prabowo, dan kepada seluruh rakyat Indonesia,” ujar Bambang di Istana Kepresidenan.
Soeharto Resmi Jadi Pahlawan Nasional di Era Prabowo
Penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional menjadi sorotan publik, mengingat pengusulan gelar tersebut telah berlangsung sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bambang menyebut keluarganya menghormati seluruh proses yang dilalui hingga akhirnya keputusan itu ditetapkan di masa pemerintahan Presiden Prabowo.
“Prosesnya panjang, kami mengikuti saja semua tahapan yang ada,” ungkapnya singkat.
Sementara itu, Siti Hardiyanti Rukmana atau Tutut Soeharto, yang turut hadir dalam acara tersebut, menilai masyarakat kini sudah cukup cerdas untuk menilai sendiri jasa-jasa ayahandanya.
“Rakyat sekarang sudah makin pintar, apalagi teman-teman wartawan, bisa melihat apa yang Bapak lakukan dan menilainya sendiri. Kami enggak perlu membela diri, semuanya sudah terlihat jelas,” ujar Tutut.
Ia juga menilai perdebatan publik mengenai gelar tersebut merupakan hal yang wajar dalam iklim demokrasi.
“Pro dan kontra itu biasa. Tapi sebaiknya semua pihak melihat juga bagaimana jasa Bapak selama 32 tahun memimpin Indonesia,” tambahnya.
Pengakuan Atas Jasa dan Kontroversi
Soeharto memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade, sejak tahun 1967 hingga 1998. Masa pemerintahannya meninggalkan jejak panjang dalam sejarah nasional — baik dari segi pembangunan maupun dinamika politik yang menyertainya.
Dengan pemberian gelar Pahlawan Nasional, pemerintah menilai ada kontribusi besar Soeharto terhadap bangsa, meskipun sebagian kalangan masih memperdebatkan sisi lain dari kepemimpinannya.
