Selular.id – Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai kenaikan transaksi belanja online di platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, hingga Lazada belakangan ini lebih banyak didorong oleh faktor harga yang lebih murah dibandingkan toko offline, bukan karena peningkatan daya beli masyarakat.
Ekonom Digital Celios, Nailul Huda, mengatakan tren ini memperkuat fenomena ‘rohali’ (rombongan hanya lihat-lihat) dan ‘rojali’ (rombongan hanya nanya) yang akhirnya melakukan pembelian melalui platform daring.
“Perdagangan daring hingga saat ini masih membelanjakan pendanaan untuk perang harga, perang promo,” kata Huda, seperti Selular kutip (11/11/2025).
Kondisi ini memunculkan pola belanja musiman setiap bulan, terutama pada momentum tanggal cantik hingga periode payday.
Huda menilai lonjakan penjualan yang terjadi lebih disebabkan oleh harga yang lebih murah, bukan karena daya beli yang membaik.
“Maka, saya rasa kampanye tanggal kembar, bahkan puncaknya nanti di 12.12 ketika Hari Belanja Online Nasional, itu akan menjadi titik tertinggi sama seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa strategi diskon besar-besaran tetap menjadi pendorong utama aktivitas konsumen di platform digital.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), transaksi belanja online yang dilakukan peritel dan marketplace meningkat 6,19% secara kuartalan (qtq) pada kuartal III/2025.
Sementara itu, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai transaksi belanja online mencapai Rp134,67 triliun, tumbuh 4,93% (qtq) dan 3,74% (yoy).
Dari sisi volume, total transaksi mencapai 1,44 miliar, naik 7,72% (qtq) dan 20,5% (yoy).
BI menjelaskan lonjakan tersebut dipicu oleh beragam kampanye promo besar yang digelar sepanjang Juli hingga September.
Data ini konsisten dengan pengamatan Celios bahwa perang harga menjadi faktor penentu utama pertumbuhan transaksi e-commerce kuartal ketiga tahun ini.
Dukungan Data dari Asosiasi E-Commerce Indonesia
Sebelumnya, Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) juga menilai momentum kampanye musiman masih menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan transaksi e-commerce di Indonesia.
Sekretaris Jenderal idEA, Budi Primawan, mengatakan lonjakan transaksi pada periode tersebut mencerminkan efektivitas kampanye 7.7, 8.8, dan 9.9 yang digelar berbagai platform e-commerce.
“Yang berhasil meningkatkan traffic dan transaksi lintas kategori, terutama untuk kebutuhan rumah tangga, fesyen, serta produk kecantikan,” kata Budi.
Pola ini menunjukkan bahwa konsumen sangat responsif terhadap penawaran diskon pada kategori produk sehari-hari.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa meskipun terjadi peningkatan pada kuartal III/2025, puncak pertumbuhan biasanya terjadi di kuartal IV, terutama pada periode 11.11, 12.12, dan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).
Dia menuturkan, idEA memperkirakan tren positif ini akan berlanjut hingga akhir tahun, seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat, kepercayaan konsumen terhadap transaksi digital, serta strategi promosi yang semakin tersegmentasi di masing-masing platform e-commerce.
Selain kampanye promo besar, Budi menilai sejumlah faktor struktural turut memperkuat kinerja e-commerce menjelang akhir tahun.
Di antaranya adalah semakin luasnya adopsi digital oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), kemudahan sistem pembayaran digital seperti QRIS, Buy Now Pay Later (BNPL), dan e-wallet, serta meningkatnya efisiensi logistik dan fulfilment.
Dia menambahkan, integrasi antara sektor kreatif dan live commerce juga berperan penting dalam menciptakan pengalaman belanja yang lebih interaktif.
Momentum konsumsi akhir tahun menjelang Natal dan Tahun Baru, kata Budi, juga secara tradisional mendorong kenaikan penjualan lintas kategori.
Tren belanja online semakin mendapat tempat di hati konsumen Indonesia, sebagaimana terlihat dalam popularitas event kompetisi online seperti DGL 2025 yang juga memanfaatkan platform digital.
Pertumbuhan Signifikan Harbolnas
Dari sisi performa tahunan, idEA mencatat adanya peningkatan signifikan pada gelaran Harbolnas.
Berdasarkan data idEA dan hasil pemantauan industri, total nilai transaksi selama Harbolnas 2023 mencapai sekitar Rp25,7 triliun, sedangkan pada Harbolnas 2024 naik menjadi sekitar Rp31,2 triliun, atau tumbuh sekitar 21,4% dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Budi, peningkatan tersebut didorong oleh partisipasi UMKM yang lebih tinggi, perluasan kategori produk lokal, serta adopsi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan analitik data dalam strategi kampanye.
“idEA memperkirakan momentum akhir tahun 2025 akan tetap kuat, terutama karena kombinasi antara kampanye 11.11 dan 12.12 yang kini banyak difokuskan untuk mendorong produk lokal serta efisiensi rantai pasok digital,” tutup Budi.
Pertumbuhan e-commerce ini juga selaras dengan perkembangan teknologi rumah tangga, seperti robot vacuum Xiaomi S40 Pro yang banyak dibeli melalui platform online.
Kemudahan akses informasi stok produk secara digital, mirip dengan layanan cek stok BBM Shell online, turut mendorong keputusan pembelian konsumen.
Dengan berbagai faktor pendukung ini, industri e-commerce Indonesia diproyeksikan tetap menunjukkan kinerja positif menuju akhir tahun 2025.
Kombinasi antara strategi promo agresif, peningkatan infrastruktur digital, dan adopsi teknologi menjadi kunci pertumbuhan berkelanjutan sektor perdagangan elektronik nasional.
.png)
















































