Selular.ID – Chris Penrose, Global Head of Business Development, Telco di Nvidia, menjuluki AI sebagai aplikasi 5G yang mematikan (Killers Apps) yang telah lama dicari industri telekomunikasi.
Ia menjelaskan bahwa operator merupakan salah satu pengguna teknologi terbesar dan, pada gilirannya, menuai manfaat terbesar sejauh ini.
Menurut Penrose, operator melampaui penggunaan awal AI di jaringan mereka dengan menggunakan iterasi generatif untuk mendukung pengalaman pelanggan dan operasi internal.
Ia menjelaskan tidak ada bagian dari bisnis telekomunikasi yang tidak dapat disentuh oleh teknologi tersebut, mencatat banyak yang sekarang beralih dari pembuktian konsep ke peluncuran komersial.
Peluncuran ini melibatkan penyambungan sejumlah perangkat yang terus bertambah. Berbagai perangkat seperti wearable XR dan AR, kamera, drone, mobil, dan robotika sebagai contoh daftar titik akhir.
Penrose mencatat langkah selanjutnya adalah memungkinkan orang untuk “berinteraksi dengan data” yang dihasilkan produk secara real-time.
“Anda akan melihat semakin banyak lalu lintas yang dihasilkan” dari perangkat di luar ponsel pintar, dengan AI generatif kemudian digunakan untuk “menciptakan hasil yang menakjubkan”.
Penrose memiliki banyak statistik untuk mendukung prediksinya.
Ia mengatakan sistem yang dibuat oleh Amdocs untuk menangani permintaan dukungan penagihan yang masuk telah menghasilkan pengurangan 60 persen dalam waktu panggilan rata-rata dan peningkatan 49 persen dalam kepuasan pelanggan.
“Ini sempurna: kami tidak hanya melihat pelanggan yang lebih bahagia tetapi juga peningkatan efisiensi yang besar”.
Sebuah proyek dengan SoftBank Corp dengan Nvidia memberikan pandangan yang lebih praktis tentang manfaat AI generatif dalam RAN.
Penrose menyatakan operator Jepang tersebut melaporkan pengembalian $5 untuk setiap $1 yang dipompa ke belanja modal, pengembalian investasi sebesar 219 persen dan peningkatan efisiensi energi sebesar 40 persen.
Penrose memperkirakan operator akan semakin banyak menggunakan AI generatif untuk RAN dan fungsi bisnis utama lainnya.
Meski demikian, Penrose berpendapat bahwa kemitraan akan menjadi kunci untuk memenuhi persyaratan.
Ia menunjuk kolaborasi baru-baru ini yang diumumkan Nvidia dengan T-Mobile AS, Ericsson dan Nokia yang menargetkan peningkatan efisiensi di seluruh metrik termasuk energi dan spektrum frekwensi.
Baca Juga: Jensen Huang Apresiasi Pemerintah Indonesia Jadikan AI Sebagai Prioritas Pembangunan
Adopsi AI Oleh Operator Selular di Indonesia
Sejalan dengan tren global, adopsi AI juga sudah merambah operator selular di Indonesia. Pada tahap awal, implementasi AI dapat memangkas beban yang harus para emiten telko itu tanggung untuk mengadopsi AI.
PT Telkom misalnya, telah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan ini melalui anak usahanya, Telkomsel untuk melayani konsumen.
Direktur Digital Business Telkom Muhamad Fajrin Rasyid menjelaskan saat ini di Telkomsel pada layanan pelanggan sudah mengadopsi AI.
Penerapan teknologi ini bisa membuat pekerjaan lebih cepat rampung.
“AI tidak menggantikan pekerjaan customer service, tetapi membantu dan yang menariknya, ada efisiensi hampir 70% berkat AI,” kata Fajrin belum lama ini.
Di samping itu, lanjut Fajrin, Telkom juga telah melakukan investasi maupun kerja sama dengan perusahaan rintisan ataupun pihak luar terkait AI. Investasi Telkom ini juga disalurkan melalui MDI Ventures.
“Salah satu bidang yang kami investasikan akhirnya juga AI di tahun ini. Selain itu ada teknologi baru dan keamanan siber,” ucap pria yang juga menjabat Komisaris Utama MDI Ventures ini.
Indosat juga sedang gencar bertransformasi menjadi perusahaan AI Native TechCo. Usahanya, telah diawali dengan kerja sama NVIDIA dan Google Cloud.
Presiden Direktur Indosat Vikram Sinha menyampaikan Indosat Ooredoo Hutchison akan mengintegrasikan AI ke seluruh organisasi.
Pada tahap awal, AI membantu Indosat dalam melakukan pengembangan kapasitas. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan bisa menghabiskan Rp 4 triliun–Rp 5 triliun untuk peningkatan kapasitas.
Dengan bantuan AI, tingkat akurasi pembangunan meningkat menjadi 99% dibanding kinerja manual hanya 72%–75%.
“Sampai saat ini, AI telah membantu kami dalam menghemat capital expenditure sekitar US$ 25 juta. Kami selalu berinvestasi di tempat yang penting,” kata Vikram.
Tak ketinggalan, XL Axiata juga meningkatkan penerapan AI untuk membuka peluang baru dalam industri telekomunikasi. Salah satunya, dalam pengembangan produk.
Dian Siswarini, Presiden Direktur XL Axiata menuturkan AI juga digunakan untuk meningkatkan ketepatan lokasi site BTS dan meningkatkan efisiensi operasional.
“XL Axiata juga meningkatkan penerapan AI untuk membuka peluang-peluang baru dalam landscape industri telekomunikasi yang sangat dinamis,” kata Dian dalam satu kesempatan.
Baca Juga: Themes by Copilot, Fitur Baru Outlook untuk Ubah Tema Bertenaga AI Generatif