Jakarta -
Kromosom Y adalah bagian penting dari penentuan jenis kelamin biologis pada manusia, khususnya laki-laki. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kabar bahwa kromosom Y perlahan-lahan mengalami degradasi dan bisa saja menghilang di masa depan. Benarkan kromosom Y perlahan menghilang?
Mengutip laman Sciencefocus, menurut penelitian terkini, kromosom Y, faktor krusial yang menentukan apakah seseorang berjenis kelamin laki-laki. Faktanya, kromosom Y telah mengalami degenerasi berat dan pada akhirnya dapat menghilang sepenuhnya. Namun, apa yang akan terjadi setelah kromosom Y hilang?
Jenny Graves, seorang ahli genetika ternama dari Australia dan pakar terkemuka tentang kromosom Y menjelaskan alasan kemungkinan kromosom Y punah atau menghilang. Ia menjelaskan tentang kromosom seks pada manusia dan beberapa mamalia lain. Menurutnya, betina memiliki dua kromosom X, sedangkan jantan memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y.
"Kromosom hadir berpasangan, tetapi pasangan kelamin tidak biasa karena perbedaannya pada pria dan wanita. Sementara wanita memiliki dua X, yang merupakan kromosom yang sangat besar, pria memiliki X dan Y,” kata Jenny Graves dikutip dari laman Sciencefocus.
Graves mengatakan dibandingkan dengan kromosom X, kromosom Y sangat kecil, hanya ada 45 gen pada kromosom Y dan hanya satu di antaranya yang menjadikan laki-laki.
"Beberapa gen lainnya membantu membuat sperma, tetapi untuk yang lainnya, kita tidak tahu persis mengapa mereka ada di sana. Kita tidak dapat benar-benar menghilangkannya dibandingkan antara 900 dan 1400 pada X," tutur Jenny Graves.
Menurut Graves, awalnya, kromosom Y mirip dengan kromosom X dan memiliki lebih dari 900 gen. Kini, hanya tersisa sekitar 45 gen. Karena kromosom seks berevolusi dari kromosom biasa yang identik dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin, banyak dari sisa-sisa gen yang ada sekarang pada dasarnya tidak lagi berguna.
Dengan sejarahnya yang agak unik, mungkin tidak mengejutkan bahwa kromosom Y mulai mengalami kerusakan. Namun, ini bukan hanya masalah pada manusia, hal serupa juga terjadi pada hewan lain. Lalat buah, misalnya, telah kehilangan hampir seluruh kromosom Y mereka.
“Alasan hilangnya ini tampaknya ada dua. Pertama, kromosom Y secara definisi selalu berada di testis, tidak pernah di ovarium. Ternyata, testis adalah tempat yang berbahaya karena terjadi banyak mutasi di sana,” kata Graves.
"Untuk memproduksi sperma, dibutuhkan banyak pembelahan sel, dan setiap pembelahan sel adalah kesempatan terjadinya mutasi. Ini bisa berdampak cukup besar pada kromosom. Selain itu, kromosom Y juga tidak terlalu baik dalam memperbaiki dirinya sendiri karena hanya ada satu dalam setiap sel," imbuhnya.
Tapi kata Graves, sebagian besar kromosom dapat memperbaiki kerusakan akibat mutasi dengan cara menukar DNA dengan kromosom pasangannya. Proses ini dikenal sebagai rekombinasi.
"Karena kromosom Y diwariskan secara tunggal, maka kromosom ini tidak memiliki pasangan untuk ditukar, tidak seperti pada perempuan yang memiliki dua kromosom X," tutur Graves.
Apa artinya ini bagi masa depan spesies laki-laki?
Dibandingkan dengan bentuk aslinya, kromosom Y manusia kini telah kehilangan sekitar 97 persen dari gen leluhurnya. Sementara itu, kromosom X tetap relatif tidak berubah. Dengan tingkat degenerasi yang begitu cepat, apa artinya ini bagi spesies laki-laki? Apakah kita sedang menuju dunia tanpa laki-laki manusia?
"Ketika saya mengatakan 'cepat', saya berbicara dalam konteks evolusi. Kromosom seks berevolusi pada mamalia sekitar 180 juta tahun yang lalu. Dibutuhkan waktu selama itu agar kromosom Y tererosi hingga mencapai tingkat seperti sekarang,” kata Graves.
"Lucunya, banyak orang merasa cemas soal hilangnya kromosom Y. Perhitungan kasarnya, kita masih punya sekitar enam atau tujuh juta tahun sebelum kromosom itu benar-benar hilang,” imbuh Graves.
Menurut Graves, ada beberapa hewan mampu menghasilkan keturunan dari telur yang tidak dibuahi melalui proses yang disebut partenogenesis, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi pada manusia.
“Kita memiliki sejumlah gen yang harus berasal dari sperma agar bisa aktif. Gen-gen ini dikenal sebagai gen yang dicetak secara genomik (genomically imprinted genes). Jadi, kita memang membutuhkan laki-laki dan kita memang membutuhkan sperma. Namun, ada alternatif lain. Kita bisa saja berevolusi dengan gen penentu jenis kelamin yang baru. Ini sudah terjadi pada beberapa jenis hewan pengerat, dan tampaknya berhasil dengan baik," kata Graves.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)