CEO Mozilla Curhat Soal Firefox saat Google Wajib Jual Chrome

5 hours ago 1

Selular.ID – Chief Financial Officer (CFO) Mozilla, Eric Muhlheim, blak-blakan bahwa perusahaannya sedang terancam gulung tikar saat Google menjalani sidang antimonopoli dari Departemen Kehakiman (DOJ) Amerika Serikat (AS). Selama ini, Google menjalin kerja sama eksklusif dengan Mozilla Firefox untuk menjadikan Chrome sebagai peramban default di perangkatnya.

Chrome dan Firefox memang bersaing secara langsung. Namun, kontrak eksklusif dengan Google lebih menguntungkan finansial Mozilla. Dalam kesaksiannya di persidangan, Eric Muhlheim membeberkan bahwa 90% dari total pendapatan Mozilla, 85% diantaranya berasal dari kesepakatan dengan Google.

Eric Muhlheim menegaskan, jika kerja sama dengan Google dihapus karena putusan sidang memaksa Google menjual Chrome, maka Mozzila bakal melakukan PHK besar-besaran terhadap karyawannya. Parahnya, perusahaan harus mengurangi investasi dalam pengembangan produk Firefox, sehingga membuatnya kurang menarik bagi pengguna. Situasi ini disebut ‘downward spiral’.

Situasi downward spiral bisa membuat Firefox benar-benar tutup. Ini juga bisa berdampak pada pendanaan untuk proyek nirlaba seperti alat web open source, dan penelitian penggunaan AI untuk menghadapi perubahan iklim.

Baca juga: Perangi Testimoni Palsu di Amazon Gara-gara ChatGPT, Mozilla Firefox Garap Tool Belanja Baru

Ironisnya, Muhlheim menyebut bahwa dampak seperti ini justru bisa memperkuat dominasi Google pada pasar. Padahal, sidang yang dilakukan DOJ sendiri menjadi salah satu upaya mencegah dominasi Google di pasar.

Mesin browser Gecko milik Firefox, kata Muhlheim, adalah satu-satunya mesin browser yang dimiliki oleh lembaga nirlaba, bukan oleh raksasa teknologi. Dua mesin lainnya adalah Chromium yaitu open source milik Google, dan WebKit milik Apple.

Mozilla mengembangkan Gecko sebagai langkah pencegahan terhadap dominasi Microsoft atas protokol internet. Pengembangan Gecko memastikan bahwa browser bisa saling terhubung (interoperable), sehingga akses ke web tidak dikendalikan oleh satu perusahaan saja.

Meski demikian, dalam persidangan, Firefox menunjukkan sikap yang berbeda, yakni tidak tertarik membeli Chromium Google.

DOJ mengusulkan agar Google dilarang membayar atau melakukan perjanjian eksklusif agar bisa menjadi mesin pencari default di browser pihak ketiga seperti Firefox. Usulan lainnya termasuk pemaksaan agar Google menjual browser Chrome miliknya dan mewajibkan Google membagikan hasil pencariannya kepada para pesaing.

Sebelumnya, DOJ telah memutuskan bahwa Google memonopoli pasar pencarian secara ilegal, sebagian karena perjanjian eksklusif yang menjadikannya mesin pencari default di berbagai browser dan ponsel, sehingga menghalangi pesaing untuk bersaing dan berkembang.

Hanya Google yang Mumpuni

Muhlheim mengatakan, mencari sumber pendapatan dari hal lain untuk Firefox tidak semudah menjalin kerja sama eksklusif dengan Google. Dicontohkan dia, Firefox bisa saja menjalin kerja sama dengan Microsoft untuk mesin pencariannya yaitu dengan Bing.

Dijelaskan Muhlheim, penawaran dengan Microsoft jelas akan menurunkan nilai perjanjian, karena Google tak lagi menjadi pesaing yang ikut menawar. Selain itu, Bing juga tidak efektif memberikan masukan finansial dari lalu lintas perambannya, seperti milik Google Chrome.

Pada 2021–2022, Mozilla mengadakan studi untuk melihat dampaknya jika secara diam-diam mereka mengganti mesin pencari default dari Google ke Bing. Hasilnya, pengguna yang beralih ke Bing hanya menghasilkan sedikit pendapatan. Ini merupakan temuan yang menurut Muhlheim mencerminkan kemerosotan finansial Firefox jika hal tersebut terjadi.

Mozilla sebelumnya juga pernah mencoba mengganti mesin pencari default untuk seluruh pengguna, dan hasilnya tidak memuaskan. Antara 2014 hingga 2017, mereka menjadikan Yahoo sebagai default di Firefox, namun pengguna tidak menyukainya dan banyak yang pindah ke browser lain.

DOJ berpendapat bahwa jika semua usulan mereka berhasil diterapkan, maka dalam teori akan muncul lebih banyak mesin pencari berkualitas yang bisa bersaing untuk menjadi default di Firefox, serta menggantikan pendapatan yang saat ini diberikan Google. Namun menurut Muhlheim, proses ini akan memakan waktu sangat lama.

Baca juga: Mozilla Salahkan Praktik Google Chrome Jadi Dampak Kematian FireFox

Saat dikroscek oleh DOJ, Muhlheim mengakui bahwa sebenarnya lebih ideal jika Mozilla tidak bergantung pada satu sumber pendapatan saja. Ia juga sepakat bahwa perusahaan browser lain seperti Opera sudah berhasil memperoleh lebih banyak pendapatan dari iklan di browser, jika dibandingkan dari kerja sama dengan mesin pencari.

Namun meskipun itu bisa menjadi cara untuk mendiversifikasi pendapatan Firefox, Muhlheim mengatakan bahwa pengembangan model bisnis seperti itu di Firefox tidak semudah di Opera. Alasannya, sebagian karena pendekatan Firefox yang lebih ketat dalam menjaga privasi pengguna.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online