Eks Komisioner KPU Bilang Pilkada Berbiaya Mahal karena Praktik Politik Uang

3 months ago 49

8000 Hoki Online List Situs server Slots Maxwin Indonesia Terbaik Mudah Jackpot Full Setiap Hari

hokikilat.com Login situs Slot Maxwin Indonesia Terbaik Gampang Lancar Win Online

1000hoki List Situs web Slot Gacor Singapore Terbaru Gampang Lancar Scatter Non Stop

5000 Hoki Online List ID situs Slot Maxwin Cambodia Terkini Gampang Menang Non Stop

7000hoki.com List Daftar web Slot Maxwin Japan Terpercaya Gampang Lancar Win Online

9000 hoki List ID server Slots Maxwin Myanmar Terpercaya Pasti Jackpot Full Banyak

Alternatif Daftar situs Slot Maxwin basis Myanmar Terbaru Mudah Menang Full Terus

Idagent138 Id Slot Anti Rungkat

Luckygaming138 Daftar Id Slot Gacor Terbaik

Adugaming Daftar Akun Slot Terbaik

kiss69 Slot Maxwin Online

Agent188 login Akun Slot

Moto128 login Slot Maxwin

Betplay138 login Slot

Letsbet77 Slot Anti Rungkad Terbaik

Portbet88 login Slot Game

Jfgaming Akun Slot Maxwin Terbaik

Mg138 login Akun Slot Anti Rungkad Online

Adagaming168 login Akun Slot Anti Rungkat Terbaik

Kingbet189 Akun Slot Game Terpercaya

Summer138 login Id Slot Maxwin Terbaik

Evorabid77 login Slot Maxwin Terpercaya

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hadar Nafis Gumay, mengatakan mahalnya biaya pemilihan kepala daerah disebabkan praktik politik uang. Hadar berpandangan yang perlu diperbaiki adalah perilaku partai politik dan peserta pilkada

Hadar mengatakan penyelesaian mahalnya biaya itu tidak harus mengubah sistem pilkada dari pemilihan secara langsung menjadi tidak langsung atau oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). “Mahal karena ada praktik politik uang. Mereka (peserta pilkada) yang menciptakan kondisi itu,” kata Hadar ketika dihubungi pada Senin, 16 Desember 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hadar menilai jika kepala daerah dipilih oleh DPRD, praktik politik uang akan lebih leluasa dilakukan. Sehingga pengawasan publik dan penyelenggara pemilu akan semakin terbatas. Dia mengatakan, faktor itulah yang menjadi semangat perubahan sistem pilkada tidak langsung menjadi pemilihan langsung.

“Salah satu faktor dulu kenapa mau diubah karena banyak permainan uang. Itu gelap sama sekali. Rakyat betul-betul tidak bisa mengikuti dan mengetahui proses pemilihan di DPRD,” katanya.

Di lain sisi, Hadar juga menekankan KPU untuk lebih efisiensi dalam penyelenggaraan pilkada. Dia mengatakan penyelenggara pemilu tidak perlu menggelontorkan anggaran untuk agenda yang tidak perlu.

“Jangan dikasih uang berlebihan kepada penyelenggara sehingga mereka mengerjakan hal-hal yang tidak efisien dan tidak perlu,” katanya. “Penggunaan teknologi juga bisa mengurangi biaya penyelenggaraan, misalnya rekapitulasi suara.”

Hingga berita ini ditayangkan, Komisioner KPU bidang Teknis dan Penyelenggaraan Pemilu, Idham Holik, belum merespons permintaan wawancara dan pertanyaan yang dikirimkan ke nomor pribadinya. 

Sistem pilkada dan biaya politik ini kembali menjadi sorotan saat Presiden Prabowo Subianto mengusulkan perubahan mekanisme pilkada, dari pemilihan langsung ke pemilihan di DPRD. 

Usulan itu diungkapkan Prabowo saat berpidato dalam perayaan ulang tahun Partai Golkar di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Kamis, 12 Desember 2024. Acara ini dihadiri ketua umum partai politik pendukung pemerintahan Prabowo.

"Saya lihat negara-negara tetangga kita efisien. Malaysia, Singapura, India, sekali milih anggota DPRD, sekali milih, ya sudah DPRD itulah yang milih gubernur, milih bupati," ujarnya.

Daniel Ahmad Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online