Jakarta (ANTARA) - Di tengah derasnya arus disinformasi dan konten negatif yang membanjiri ruang digital, pemerintah mengajak generasi muda menjadi garda terdepan menyuarakan fakta, harapan, dan kemajuan bangsa. Lewat konten yang jernih dan komunikatif, terutama dalam bahasa Inggris, Indonesia harus mampu hadir sebagai bangsa yang terbuka, berdaulat secara informasi, dan dipercaya oleh dunia.
Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menggelar Indonesiagoid Goes to Campus di Malang Creative Center, Jumat (25/7), sebagai bagian dari penguatan kemampuan penerjemahan konten berbahasa Inggris yang akurat dan bernarasi kuat. Kegiatan ini bertema “Sehat Itu Hak, Gizi Itu Nyata”, sejalan dengan kampanye nasional program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Direktur Informasi Publik, Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media, Nursodik Gunarjo, menegaskan bahwa kemampuan generasi muda dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan Indonesia kepada dunia internasional akan menentukan seberapa jauh citra bangsa melampaui batas wilayah.
“Mari kita beramai-ramai mengisi media sosial kita dengan konten yang baik, supaya konten yang buruk tidak memenuhi ruang digital kita,” ujar Nursodik.
Ia menambahkan bahwa narasi positif dari masyarakat sangat penting dalam mendukung berbagai program prioritas pemerintah. Dalam hal ini, MBG menjadi salah satu simbol kebijakan yang mengedepankan keadilan sosial dan hak dasar anak Indonesia.
“Mudah-mudahan kita bisa berkontribusi. Sedikit tidak apa-apa, yang penting kita berkontribusi membuat konten positif,” tuturnya.
Penerjemahan Bukan Sekadar Alih Bahasa
Indonesiagoid Goes to Campus menghadirkan Akademisi Linguistik Universitas Brawijaya dan Polinema Sugeng Hariyanto yang menekankan bahwa prinsip dasar penerjemahan berita adalah proses memahami, menyaring, dan menyampaikan pesan secara tepat tanpa kehilangan makna.
“Penerjemahan berita tidak bisa sembarangan. Harus menangkap makna secara utuh, tanpa mengurangi esensi informasi yang disampaikan,” jelas Sugeng.
Ia menjabarkan bahwa judul berita dalam Bahasa Inggris sebaiknya tetap menggunakan bentuk present tense untuk menarik perhatian pembaca internasional, sementara isi berita dapat disampaikan dalam past tense. Sugeng juga menekankan pentingnya penggunaan kalimat aktif dan variasi ungkapan yang tidak repetitif.
“Seperti MBG, harus dituliskan bentuk panjangnya terlebih dahulu: Free Nutritious Meals, sebagaimana yang digunakan dalam dokumen resmi pemerintah,” ujarnya.
Kreativitas Lokal, Gaungkan Indonesia Global
Pada sesi berikutnya, Penerjemah Ahli Madya Kementerian Komdigi Filmon Leonard Warouw turut menyoroti pentingnya membangun reputasi Indonesia di mata dunia melalui penerjemahan konten yang benar dan representatif.
“Indonesia perlu dikenal oleh masyarakat global, baik potensi, sumber daya manusia, maupun berbagai kabar baik. Penerjemahan yang baik dan benar harus dilakukan supaya tidak ada kesalahan pesan,” ujarnya.
Filmon mengingatkan agar penerjemah memahami latar belakang audiens, konteks kebijakan, serta terminologi resmi yang digunakan lembaga pemerintah.
“Periksa ulang struktur kalimat dan istilah kebijakan. Jangan ragu membuka kamus. Kuasai gaya bahasa dan pelajari takarir serta subtitle sebagai pelengkap kemampuan,” sambungnya.
Sementara Penerjemah Ahli Muda Donum Theo menambahkan bahwa sangat penting memperkuat elemen caption dalam distribusi informasi digital. Ia menekankan bahwa deskripsi visual yang efektif menjadi kunci menjangkau audiens yang lebih luas melalui media sosial.
“Caption intinya adalah membuat deskripsi dalam bentuk teks, untuk menjelaskan konten visual foto atau video,” jelas Theo.
“Kita mengajak pembaca kita untuk melakukan sesuatu, seperti ‘tolong berikan like’ atau ‘tulis di komentar’,” tambahnya.
Indonesiagoid Goes to Campus merupakan bagian dari upaya Kementerian komdigi membangun ekosistem kreatif komunikasi publik berbasis kolaborasi, literasi digital, dan jurnalisme positif. Dengan menyasar anak muda sebagai mitra strategis, Kemkomdigi ingin menciptakan generasi penerjemah konten kebijakan yang tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga sensitif terhadap konteks sosial dan budaya bangsa.
Melalui pelatihan ini, peserta dibekali kemampuan teknis dan praktis dalam menyusun narasi kebijakan, artikel, hingga deskripsi visual yang mampu menembus batas bahasa dan wilayah.
“Konten kita harus berbicara dalam dua bahasa: bahasa rakyat dan bahasa dunia. Dari Malang, kita suarakan bahwa Indonesia hadir dan dipercaya,” tutup Nursodik.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.