Selular.ID – Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris (CMA), akhirnya menyetujui penggabungan 3 (Three) UK dengan unit Vodafone Group di negara tersebut.
Syaratnya, operator hasil merger tersebut memenuhi semua komitmen investasi jaringan dan pembatasan harga pada tarif tertentu selama tiga tahun.
Setelah menyetujui penggabungan tersebut, regulator menyatakan rencana peningkatan dan integrasi jaringan selama delapan tahun yang dirancang oleh operator, dikombinasikan dengan janji jangka pendek pada beberapa harga eceran dan grosir.
Kesepakatan tersebut, pada akhirnya menyelesaikan kekhawatiran yang pernah tercetus dan banyak disuarakan oleh kalangan termasuk para pesaing.
Operator telah berjanji untuk menginvestasikan £11 miliar dalam apa yang diklaim Vodafone akan menjadi salah satu jaringan 5G tercanggih di Eropa.
Regulator komunikasi Inggris Ofcom dan CMA akan mengawasi pelaksanaan rencana tersebut.
CMA mencatat kelompok independen yang menilai proposal tersebut menyimpulkan peningkatan jaringan “akan meningkatkan persaingan antara operator jaringan selular dalam jangka panjang, yang menguntungkan jutaan orang”.
Bersamaan dengan pembatasan tarif seluler dan data tertentu selama tiga tahun, pasangan tersebut diwajibkan untuk menawarkan harga dan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk layanan grosir selama periode yang sama.
Sebuah langkah yang dirancang untuk memastikan MVNO “dapat memperoleh ketentuan dan syarat yang kompetitif saat rencana jaringan diluncurkan”.
Selama proses persetujuan, Vodafone juga menandatangani kesepakatan untuk menjual sebagian spektrum kepada pesaingnya Virgin Media O2 jika penggabungan dengan 3 UK mendapat lampu hijau, dalam upaya yang jelas untuk meredakan kekhawatiran persaingan.
Seperti yang diduga, Vodafone dan 3 (Three) menyambut baik keputusan CMA, dan dalam pernyataan bersama menyoroti bahwa mereka akan bekerja sama dengan regulator untuk menerapkan langkah-langkah yang diperlukan.
CEO Grup Vodafone Margherita Della Valle mengatakan persetujuan tersebut “melepaskan hambatan bagi industri telekomunikasi Inggris dan peningkatan investasi akan mendorong Inggris ke garis depan telekomunikasi Eropa”.
Wakil ketua dari 3 induk perusahaan CK Hutchison Canning Fok menambahkan bahwa perusahaan akan “sepenuhnya mendukung bisnis gabungan tersebut dalam mengimplementasikan rencana investasi jaringannya, mengubah infrastruktur digital Inggris dan memastikan pelanggan di seluruh negeri mendapatkan manfaat dari kualitas jaringan terbaik di dunia”.
Untuk diketahui, rencana penggabungan kedua operator telah diumumkan pada Juni 2023. Merger yang akan meniptakan operator terbesar di Iggris itu, diharapkan akan tuntas pada semester I-2025.
Dalam klausul merger yang disepakati, Vodafone akan memiliki 51% dari perusahaan gabungan tersebut. Sedangkan CK Hutchison yang berbasis di Hong Kong, sebagai pemilik sisanya.
Selain itu, Vodafone juga memiliki opsi untuk membeli saham mitranya tiga tahun setelah penyelesaian, tergantung pada kondisi.
Baca Juga: Karyawan XL Axiata Cuti Massal, Tagar #MergerYangBener Berkumandang
Gejolak Merger XL dan Smartfren Karena Proses yang Tak Transparan
Berbeda dengan penggabungan 3 (Three) UK dan Vodafone, merger antara dua operator selular di Indonesia, XL Axiata dan Smartfren justru menimbulkan gejolak.
Dimulai dengan mundurnya CEO/Dirut XL Axiata Dian Siswarini pada Selasa (8/12/2024). Hingga berlanjut dengan aksi cuti massal yang dilakukan ratusan karyawan XL (6/12/2024).
Dalam unggahannya di sosial media, Serikat Karyawan XL Axiata menuntut pihak perusahaan untuk memberikan kejelasan terkait proses merger dengan Smartfren.
Penelusuran Selular menunjukkan, pengunduran diri Dian secara mendadak dengan alasan pribadi, ternyata terkait dengan proses merger yang dinilai tidak transparan dari induk usaha, yaitu Axiata Group.
Dian yang telah menjadi nahkoda XL selama 10 tahun, bahkan tidak masuk kalkukasi dan line up sebagai calon CEO MergeCo (nama operator kelak hasil merger).
Perempuan berhijab itu, bahkan disinyalir tidak banyak dilibatkan dalam keputusan-keputusan terkait strategis terkait rencana merger.
Padahal, dengan kompetensi, kepemimpinan, pencapaian dan pengalamannya yang panjang, Dian sudah membukti kan diri berhasil membawa XL tetap kompetitif di industri telekomunikasi Indonesia.
Mundurnya Dian yang terbilang mendadak, berdampak pada kekecewaan karyawan XL sehingga berujung pada aksi cuti masal.