Saat Project Kuiper Milik Amazon Mencoba Menantang Dominasi Starlink

3 days ago 14

Selular.ID – Gelombang pertama satelit internet milik Amazon telah melesat ke orbit pada Senin (18/4), menjadi pendatang terbaru di pasar konstelasi mega yang saat ini didominasi oleh ribuan Starlink milik SpaceX.

Roket Atlas V milik United Launch Alliance membawa 27 satelit Project Kuiper milik Amazon, yang dinamai berdasarkan pinggiran dingin tata surya kita di luar Neptunus.

Setelah dilepaskan ke orbit, satelit tersebut pada akhirnya akan mencapai ketinggian hampir 400 mil (630 kilometer).

Sebelumnya, dua satelit uji diluncurkan pada 2023, juga oleh Atlas V. Pejabat proyek mengatakan peningkatan besar telah dilakukan pada versi terbaru.

Satelit terbaru juga dilapisi dengan lapisan cermin yang dirancang untuk menyebarkan sinar matahari yang dipantulkan dalam upaya untuk mengakomodasi para astronom.

CNN melaporkan bahwa, setiap satelit akan mengorbit sekitar 280 mil (450 kilometer) di atas Bumi, yang sedikit lebih rendah dari ketinggian sekitar 340 mil (550 kilometer) tempat satelit Starlink SpaceX beroperasi.

Baik satelit Kuiper maupun Starlink akan beroperasi di wilayah luar angkasa yang disebut orbit Bumi rendah, yang secara dramatis lebih dekat ke planet kita daripada tempat satelit komunikasi tradisional beroperasi.

Misalnya, perusahaan yang telah menyediakan Wi-Fi ke daerah terpencil atau layanan dalam penerbangan untuk maskapai penerbangan.

Seperti Inmarsat yang berbasis di London dan Viasat yang berbasis di Carlsbad, California. Keduanya mengoperasikan satelit dalam orbit geosinkron, yang terletak sekitar 22.236 mil (35.786 kilometer) dari atas tanah.

Pada ketinggian tersebut, data membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk mencapai pelanggan. Hal itu memberikan satelit yang terbang rendah seperti Starlink dan Kuiper keuntungan yang signifikan dalam hal kecepatan.

Sebagai penguasa LEO (Low Earth Orbit), SpaceX yang dimiliki taipan Elon Musk, telah memanfaatkan jaringan Starlink untuk beberapa tujuan.

Diantaranya, menghubungkan rumah dan bisnis perorangan di daerah terpencil, menyediakan konektivitas untuk beberapa pesawat terbang, RV, dan bahkan astronot yang bepergian dengan pesawat ruang angkasa orbital.

Baca Juga: Saingi Starlink, Amazon dan Vrio Bakal Rilis Layanan Internet Satelit

Project Kuiper Bisa Membebani Amazon

Kehadiran ribuan satelit Project Kuiper dari Amazon, tak pelak menambah kerasnya persaingan. Tercatat, SpaceX yang bermarkas di Hawthorne, California itu,  telah meluncurkan lebih dari 8.000 unit Starlink sejak 2019.

Perusahaan tersebut menandai peluncuran Starlink ke-250 pada Minggu malam (27/4). Saat ini terdapat lebih dari 7.000 satelit milik Starlink yang masih mengorbit sekitar 300 mil (550 kilometer) di atas Bumi.

Selain Amazon dan SpaceX, konstelasi satelit milik OneWeb yang berbasis di Eropa berjumlah ratusan bertengger di orbit yang lebih tinggi.

Meski menawarkan alternatif kepada pengguna, namun analis di Wall Street malah merasa khawatir tentang masuknya Amazon ke pasar.

Pertanyaan besarnya adalah apakah sudah terlambat bagi Amazon untuk menyaingi SpaceX.

“Kuiper masih harus menempuh jalan panjang untuk mengejar ketertinggalan agar dapat melayani sebagian besar pasar,” kata Craig Moffett, Direktur Pelaksana Senior di firma riset MoffettNathanson, kepada CNN.

“Sepertinya ada kemungkinan yang sangat, sangat tinggi bahwa ini akan menjadi sangat terlambat sehingga tidak akan pernah mendekati investasi yang menarik.”

Moffett menyebutkan bahwa, akan sulit bagi Amazon untuk mencoba mengikis dominasi SpaceX, terutama pada awal penerapan Kuiper, karena akan membutuhkan waktu dan uang untuk memperluas layanan.

Berdasarkan laporan perusahaan jasa keuangan Raymond James yang diterbitkan pada Oktober 2024, hanya dengan menyiapkan sistem Kuiper generasi pertama yang terdiri dari sekitar 3.200 satelit saja, Amazon sudah harus mengeluarkan biaya awal sebesar $17 miliar.

Dan bahkan jika Amazon mengimbangi biaya tersebut dengan pendapatan setelah merilis layanannya, Kuiper masih bisa membebani perusahaan sebesar $1 miliar hingga $2 miliar per tahun, tambah Josh Beck, analis dari analis Raymond James.

Sementara itu, Moffett tidak yakin kalkulasi Amazon dalam bersaing dengan Starlink masuk akal.

“Mungkin sudah terlambat bagi Amazon untuk menguangkan investasi Amerika Serikat dalam memperluas akses internet”, ujar Moffet.

Ia meyakini proyek Kuiper berpeluang memberi raksasa teknologi itu semua kerugian dari mengoperasikan megakonstelasi satelit tanpa banyak manfaatnya.

Didirikan oleh Jeff Bezos, yang sekarang menjalankan perusahaan roketnya sendiri, Blue Origin, Amazon berambisi untuk menempatkan lebih dari 3.200 satelit ke orbit untuk menyediakan layanan pita lebar yang cepat dan terjangkau di seluruh dunia.

Amazon telah membeli lusinan peluncuran roket dari United Launch Alliance dan Blue Origin untuk Project Kuiper, serta yang lainnya.

“Ada beberapa hal yang hanya dapat Anda pelajari dalam penerbangan” meskipun telah dilakukan pengujian ekstensif di darat, kata Rajeev Badyal, wakil presiden proyek tersebut.

“Tidak peduli bagaimana misi ini berlangsung, ini hanyalah awal dari perjalanan kami,” katanya dalam sebuah pernyataan menjelang peluncuran malam itu.

Upaya peluncuran pertama awal bulan ini dibatalkan karena cuaca buruk. Butuh waktu hingga sekarang untuk mengamankan tempat lain dalam jajaran peluncuran di Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral.

Terlepas pertarungan bisnis antar pemain, para pengamat bintang menentang konstelasi satelit yang mengorbit rendah yang tumbuh cepat, dengan alasan bahwa hal itu merusak pengamatan.

Tak sedikit yang khawatir akan lebih banyak terjadinya tabrakan antar satelit.

Padahal tabrakan satelit dapat menyebabkan beberapa imbas, termasuk peningkatan sampah antariksa, potensi gangguan komunikasi satelit, dan risiko terhadap misi luar angkasa di masa depan.

Selain itu, tabrakan tersebut dapat menghasilkan puing-puing yang dapat membahayakan satelit lain atau bahkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Baca Juga: Starlink Jadi Korban Perang Tarif Kanada Vs AS, Izin Lisensi Terancam Dibekukan

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online